Nadine Wijaya, 25 tahun, putri tunggal dari keluarga pemilik perusahaan fashion ternama di kota, dikenal sebagai sosialita manja dengan gaya hidup mewah namun, memiliki kecerdasan dan ambisi yang tersembunyi. Tapi hidupnya hancur sehari sebelum pernikahan, saat ia memergoki tunangannya, Rafael Armand , 28 tahun, menikahi adik tirinya, Laura Wijaya yang berusia 23 tahun karena hamil. Bukannya dibela, orang tua mereka justru menyalahkan Nadine dan memaksanya tetap menikah demi menjaga reputasi keluarga. Di tengah kehancuran dan keputusasaan, muncul Leonhart Armand, 34 tahun,dia adalah paman Rafael yang juga merupakan CEO dingin dan jenius dari perusahaan teknologi global. menawarkan pernikahan kontrak demi kepentingan bisnis dan nama baik bersama. Tanpa pilihan, Nadine menerima tawaran itu, membuka babak baru dalam hidupnya yang penuh tekanan dan kejutan. Dengan dukungan Leon dan kemampuan tersembunyi yang selama ini diremehkan, Nadine perlahan bangkit dan menjelma menjadi konsultan bisnis kelas dunia. Meski pernikahan mereka dimulai tanpa cinta, keduanya justru menemukan fondasi yang kuat dalam kepercayaan dan kasih yang tumbuh perlahan.
view more“Ahhh... Sayang, jangan sekarang. Kamu lupa, ya? Aku sedang hamil anak kamu."
Suara perempuan manja dan menggoda terdengar dari dalam kamar tidur Laura. Kamarnya sedikit terbuka, membuat langkah Nadine terhenti. Nadine berdiri mematung di depan kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Laura. Tangannya yang sudah menyentuh gagang pintu menjadi kaku. "Cuma sebentar saja, kok. Bagaimana?" Telinga Nadine berdiri tegak mendengar suara pria yang sangat familiar. Itu suara tunangannya! Nadine mengerutkan alis. Ruang tamu rumah keluarga Wijaya sore itu seharusnya hanya diisi pelayan dan beberapa kru dekorasi pernikahan. Tapi suara barusan? Kenapa Rafael bisa masuk ke kamar Laura? Kepala Nadine terasa sakit, memikirkan berbagai kemungkinan. "Itu tidak mungkin Laura dan Rafael, kan?" Perasaan tak enak menggeliat di dada Nadine. Ia menarik napas, membuka pintu perlahan. Di sanalah mereka! Berpelukan mesra. “Kalau Kakak tiriku tahu, kita bisa tamat” Suara Laura bergetar. Tangannya memeluk Rafael. Rafael meraih wajahnya. “Tenang. Kita sudah sah di mata hukum. Dia tidak bisa membatalkan pernikahan ini. Karena semuanya sudah diatur.” Jantung Nadine memompa lebih cepat. Ia merasakan emosinya meningkat. Tapi, napasnya tercekat di tenggorokan. Nadine memilih mundur, lalu perlahan menutup pintu kembali. Tangan Nadine gemetar, tapi wajahnya dingin. Bukti dan firasatnya tentang hubungan perselingkuhan adik tiri dan tunangannya terbukti benar. Dan sekarang, Nadine sudah melihatnya sendiri. Seharusnya Nadine menangis, meraung, atau marah. Tapi yang ia lakukan justru berjalan kembali ke kamarnya. Nadine mengenakan blazer putih gading. Ia mengambil amplop yang berisi bukti pengkhianatan Rafael dan Laura. lalu, turun menghampiri ayahnya di ruang rapat keluarga. Sesampainya di dalam, Nadine menatap Ayahnya. "Pa, aku mau batalkan pernikahanku dengan Rafael," kata Nadine, mencoba tetap tegar. “Apa maksudmu membatalkan pernikahan ini, Nadine?” Suara Yusuf Wijaya terdengar berat. Matanya menatap tajam ke arah putri semata wayangnya. Nadine meletakkan amplop di atas meja kayu panjang yang terletak di tengah ruang rapat keluarga Wijaya Group. “Buka saja, Pa. Semua ada di situ.” Suara Nadinetenang. Hampir seperti bukan Nadine yang biasanya emosional. Cecilia, ibu tirinya, buru-buru meraih amplop. Lalu, membuka isinya. Dalam hitungan detik, wajah Cecilia memucat. “Ini … ini pasti palsu!” “Sayangnya tidak,” potong Nadine cepat. Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Nadine menoleh ke arah Rafael yang datang belakangan. Langkahnya berat dan gelisah. “Kamu mau bilang itu bukan wajahmu yang mencium Laura di parkiran klinik?!" tanya Nadine dengan nada marah. Rafael tidak menjawab. Ia hanya mengepalkan tangan dan menatap Nadine tajam. "Kenapa kamu begitu drama, Nadine? Aku tetap akan menikahimu. Kamu bisa jadi istri kedua ku … atau kamu bisa jadi istri pertama dan Laura yang kedua. Semua bisa diatur.” Cecilia mencengkeram lengan Yusuf, berharap suaminya menghentikan percakapan ini. Yusuf berkata dengan lugas, “Nadine, kamu tetap harus menikah besok walaupun itu hanya untuk formalitas. Semuanya demi reputasi keluarga Wijaya.” “Menikah karena terpaksa demi reputasi keluarga?” Nadine tertawa pelan. “Itu bukan hidup yang aku mau.” “Kamu harus menuruti perkataan Papa, Nadine,“ timpal Cecillia agak kesal. Suasana hening. Nadine hanya mengepalkan tangannya dan menahan amarah. Lalu, tiba-tiba pintu ruang rapat terbuka. Seorang pria tinggi berjas biru tua masuk dengan langkah tenang. Sorot matanya tajam dengan dagu yang terangkat dengan percaya diri. Nadine menyipitkan mata. 'Dia ... Leonhart Armand, kan?' “Maaf mengganggu,” kata Leonhart datar, lalu menatap Nadine. “Kau punya keberanian yang mengagumkan." “Pa-Paman ….” Rafael melangkah cepat. Tapi Leonhart hanya mengangkat tangan ringan, menyuruhnya diam. “Saya sudah mendengar semuanya. Tujuan saya datang ke sini ingin membereskan masalah yang dibuat keponakan saya ini.” Semua mata tertuju pada Leonhart. Leonhart menatap Yusuf dan berkata dengan pelan namun mantap, “Biarkan saya yang menggantikan Rafael. Saya yang akan menikahi Nadine.” Nadine membeku. Ucapan itu seperti bom yang dilempar ke tengah ruangan. Yusuf mendadak berdiri. “Apa kamu sadar apa yang kamu katakan?” Leonhart tetap tenang. “Saya tahu ini terdengar gila. Tapi inilah satu-satunya cara menyelamatkan reputasi keluarga Anda … dan juga Nadine.” tiba-tiba Rafael berteriak dan menolak mentah-mentah usulan itu. “Kau sudah gila, Paman!” Cecilia membentak, “Apa kau gila? Kau ingin mengkhianati keluargamu?” Nadine masih diam. Sorot matanya tak lepas dari Leonhart. Apa ini penyelamatan … atau jebakan baru? Nadine menarik napas pelan dan akhirnya bersuara. “Kenapa? Kenapa Anda melakukan ini, padahal kita tidak saling mengenal?” Leonhart menatapnya, dan dengan nada tenang menjawab, “Karena aku tak tahan melihat seseorang dihancurkan atas nama kehormatan palsu.”“Apa kau sudah siap?”tanya Leonhart begitu melihat Nadine keluar dari kamarnya. Nadine tampak rapi dengan blouse putih dan celana panjang hitam. Rambutnya ditata rapi dan dijepit kebelakang.“Mungkin.” jawab Nadine sambil tersenyum kecil, meski wajahnya terlihat tegang.Bagaimana tidak? Hari ini Nadine akan diperkenalkan secara resmi ke tim inti Inter Tech, dan berkeliling kantor untuk melihat divisi tempat ia akan bekerja nanti.“Ini, makanlah dulu,” ucap Leonhart sambil memberikan semangkuk salad sayuran ke Nadine.“Terima kasih,” jawab Nadine.Nadine tidak langsung menyantap sarapannya. Ia cukup lama memandangi saladnya sambil melamun.Leonhart memperhatikan raut wajah Nadine yang tampak tegang. Ia mulai khawatir.“Apa kita tunda saja perkenalan hari ini?” tanyanya pelan.Nadine cepat menggeleng. “Ti-tidak, jangan ditunda. Aku sudah menyiapkan diri untuk pertemuan hari ini,” jawabnya, sedikit gugup.“Benarkah? Apa kau yakin?”Nadine menarik napas dalam, lalu mengangguk. “Ya. Janga
“Ternyata ini tidak seburuk yang aku bayangkan.”Itulah yang Nadine pikirkan ketika ia membuka matanya pagi itu. Ia masih tidak percaya bahwa dirinya telah menikah dengan Leonhart.Nadine bangun dan duduk ditepi tempat tidurnya, lalu menatap ke arah jendela. Samar samar terlihat pemandangan jalan raya kota dari balik tirainya.Nadine berdiri dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri serta mengganti pakaian.Setelah mandi dan berpakaian santai, Nadine keluar dari kamarnya. Ia melihat Leonhart sudah duduk di meja makan, menyantap sepotong sandwich dan secangkir kopi.“Pagi,” sapa Nadine sambil duduk di sebelah Leonhart.Leonhart menoleh, lalu mengangguk. “Pagi. Apa tidurmu nyenyak?” tanyanya.Nadine mengangguk. “Lumayan,” sahutnya.Ia mengambil sepotong sandwich dan menuangkan jus ke dalam gelasnya. Nadine menyantapnya dalam diam.Leonhart yang sudah selesai sarapan, bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ruang tamu untuk kembali bekerja.“Setelah selesai sarapan, temui aku di
“Maaf, aku tidak sempat memberitahumu soal bekerja di Inter Tech. Aku pikir, akan lebih baik jika kau ikut bergabung,”Leonhart berkata pelan saat mereka duduk di dalam mobil, setelah konferensi pers selesai.Nadine menunduk, lalu menatap Leonhart dengan serius. “Kenapa kau mengambil keputusan tanpa persetujuanku? Kenapa tidak memberitahuku lebih dulu?” kata Nadine, sedikit kesal.Leonhart terdiam sesaat sebelum akhirnya bicara. “Kupikir keputusan yang kuambil adalah keputusan terbaik untukmu. Mungkin karena aku terbiasa mengambil keputusan sendiri, aku jadi tidak mempertimbangkan perasaanmu.” Nada suaranya terdengar menyesal.Nadine mengangguk pelan.“Itu masa depanku. Mulai sekarang, aku ingin kau menanyakan dan memberitahuku lebih dulu sebelum mengambil keputusan,” ucapnya tenang tapi tegas.Leonhart menatapnya, lalu bertanya hati-hati,“Jadi … apa kau tidak ingin bergabung dan bekerja di Inter Tech?”“Siapa bilang aku tidak mau? Tentu saja aku sangat ingin bergabung disana.” jawab
“Apa tanggapan kalian terkait video rekaman keluarga Wijaya yang tersebar?”tanya seorang wartawan yang langsung menghampiri Nadine dan Leonhart yang baru saja turun ke lobi hotel.Nadine kebingungan. Video apa yang dimaksud para wartawan? Nadine menatap Leonhart dengan penuh tanya.“Kami akan menjelaskannya dalam konferensi pers siang ini di Singapura. Tolong beri kami waktu,” jawab Leonhart dengan tenang.Konferensi pers? Nadine bertanya-tanya apa maksudnya, kenapa ia tidak diberitahu apapun?Mereka segera naik ke mobil yang sudah disiapkan dan segera berangkat menuju bandara Soekarno Hatta.“Apa maksud para wartawan tadi? Rekaman video apa? konferensi pers apa? Kenapa kau tidak memberitahuku apa pun?” Nadine menatap Leonhart, matanya penuh tanda tanya.Leonhart menatap Nadine lekat-lekat. “Rekaman itu tentang percakapan kita sehari sebelum pernikahan. Dan soal konferensi pers … maaf, aku benar-benar lupa memberitahumu.”“Maksudmu soal kau yang ingin menggantikan Rafael menikah de
“Ada apa? Apa kau datang karena berubah pikiran?”Suara Nadine pelan, tapi terasa getir. Ia duduk sambil memandangi dirinya di depan cermin rias.Leonhart meletakkan amplop coklat di meja rias Nadine, “Aku tidak berubah pikiran. Aku hanya ingin memberimu ini,” jawab Leonhart.“Apa ini kontrak pernikahan?” tanya Nadine.Leonhart hanya menganggukan kepalanya.“Aku hanya ingin kau melihat dan memeriksanya. Jika ada syarat yang mau kau tambahkan, kau bisa katakan padaku,” ucapnya tanpa basa-basi.Tanpa menunggu jawaban Nadine, Leonhart berbalik dan melangkah keluar dari ruangan.Nadine perlahan mengambil amplop itu dengan tangan yang gemetar, lalu dengan hati-hati ia membuka amplop itu dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dijadikan satu di dalamnya.Nadine membaca satu per satu terkait pasal dalam kontrak. Nadine terdiam. Ia menarik napas panjang.Nadine sedikit lega setelah membaca isi kontrak itu. Ia sempat berpikir bahwa Leonhart akan benar-benar memperalatnya melalui kontrak t
“Apa kau pikir ini lelucon?”Yusuf menggebrak meja. Wajahnya pucat dan terlihat marah, tapi tetap berusaha mengendalikan emosinya. Suasana di ruangan itu terasa lebih pengap dan sesak daripada sebelumnya. Siapa yang menduga Leonhart akan mengusulkan ide gila?Menggantikan Rafael menikahi Nadine?Rasa-rasanya tidak mungkin!Leonhart tetap berdiri tenang. “Saya sangat serius,” ucapnya datar.“Kau pikir mengganti pengantin satu hari sebelum pernikahan itu masuk akal? Ini bukan main-main! Jangan coba-coba mengacaukannya!” Cecilia melotot ke arah Leonhart. Wajahnya merah padam karena marah.“Pernikahan ini sudah kacau bahkan sebelum dimulai, dan saya hanya ingin membantu menyelesaikan masalah yang ditimbulkan keponakan saya!” sindir Leonhart.Rafael melangkah cepat ke arah Leonhart dan berdiri di seberangnya. Ia menunjuk dada pria itu dengan kemarahan yang meledak-ledak. “Kau pikir siapa dirimu, hah? Seenaknya datang dan mengacaukan pernikahanku!”“Orang yang tidak tidur dan menikahi adik
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments