Setelah itu menuju ke pusat perbelanjaan untuk mencari kado buat Willy. Cukup lama mereka berkeliling sambil mencari ide untuk memilih kado. Dev yang tidak suka bertele-tele, sebenarnya menyarankan untuk memberi uang saja, daripada bingung mau ngasih kado apa.Satu set bed cover motif floral akhirnya di pilih Kamalia. Dikarenakan sudah terlalu capek berjalan, Dev menyarankan itu saja buat kado.Jam sepuluh malam mereka sampai di vila. Sumi langsung mengganti baju Gaffi, gosok gigi, dan mengajaknya tidur di kamar bocah itu setelah ikut berjamaah Salat Isya dengan orang tuanya.Dev memeluk dari belakang sambil mengusap perut buncit istrinya. Setelah di elus begitu Kamalia baru bisa tidur. Giliran Dev yang terjaga. Padahal sejak sore tadi, ia ingin bermesraan malam itu. Tapi ... ya, sudahlah. Mungkin menjelang subuh nanti kalau mood istrinya terlihat baik.🌷🌷🌷Pagi itu Kamalia sibuk menyetrika baju yang akan di pakai mereka untuk ke rumah Willy. Minggu siang ini ada acara syukuran di
Tepat jam tiga sore, Kamalia terbangun. Sejak pulang dari rumah Willy tadi ia langsung tidur. Kamar sepi. Terdengar suara Dev dan Gaffi bermain di luar kamar.Perlahan Kamalia bangkit, memeriksa ponselnya sebentar sebelum keluar kamar. Ada pesan dari Yana.[Terima kasih, untuk kadonya Lia.] Emot senyum.Kamalia segera membalasnya.[Sama-sama.]Segera Kamalia keluar kamar. Menghampiri Dev yang menemani anaknya bermain hot wheel di lantai ruang tengah."Gimana, sudah enakan?" tanya Dev pada istrinya."Iya. Kok sepi, Mas? Mama kemana?""Belanja sama Mbok Tini. Ben lagi keluar juga. Tadi Mama sudah bilang, masuk kehamilan delapan bulan, Lia harus pindah sementara ke sini."Kamalia memandang suaminya. "Mas, sendiri bagaimana?""Tidak apa-apa. Nanti seminggu sekali Mas akan ke sini. Daripada nanti lahiran di tengah jalan seperti Gaffi dulu."Kamalia mengangguk pelan. Bagaimanapun ia juga harus setuju. Meski rasanya berat berjauhan dengan Dev. Sejak hamil kedua ini bawaannya memang manja. Me
Jam tiga sore, Dev bersiap hendak mengantarkan Gaffi ke TPA. Ia menunggu anaknya selesai mandi di teras."Mau ke mana, Mas?" tanya Willy yang baru saja pulang jalan-jalan dari halaman belakang bersama Yana."Mau ngantar Gaffi ngaji.""Ngaji di mana?""Di TPA dekat rumah Ragil. Mau ikut?""Enggak, Mas. Besok saja aku ajak Yana mampir ke sana kalau mau pulang."Sudah lama Willy tidak main ke rumah Ragil, karena padatnya pekerjaan setelah setahun lalu proyek kilang selesai ia dipindahkan ke kantor pusat yang ada di kotanya."Oke."Kamalia datang sambil menggandeng Gaffi yang berbaju koko dan membawa ransel kecil di punggungnya."Puding ini nanti kasihkan Mbak Eva, Mas." Kamalia memberikan tas plastik ukuran sedang kepada suaminya.Bocah kecil itu mencium tangan sang Mama sebelum berangkat. Tanpa di suruh pun Gaffi juga menyalami Willy dan Yana."Pinternya anak ganteng," puji Yana.Setelah itu mobil meluncur pergi meninggalkan vila. Kamalia segera menyuruh Yana dan Willy mandi sebelum ud
"Nyenyak enggak tidurnya tadi malam?" tanya Kamalia kepada Yana pagi itu. Ketika Yana ikut menyiapkan sarapan pagi di ruang makan."Iya, sampai malas mau bangun. Subuh aja hampir kelewatan. Kalau enggak mendengar Mbok Darmi nyetekin kompor di dapur. Biasanya kalau di rumah Willy kan kami mendengar suara azan.""Makanya kami selalu membunyikan alarm di ponsel tiap masuk waktu Maghrib dan Subuh."Kamalia memperhatikan teman yang mengeluarkan kue cucur dan mendut dari plastik, kemudian menyusunnya di piring oval. Rambutnya kering. Apa mereka cuma tidur aja dalam suasana tempat baru? Ah, kenapa ia sibuk memperhatikan."Kira-kira betah enggak tinggal di pegunungan begini?"Yana tersenyum. "Kalau semua tersedia seperti kamu gini, ya, betah aja Lia. Tapi kalau semua harus dikerjakan sendiri, mau ke mana-mana mesti sendiri so pasti aku enggak bakalan kerasan.""Aku kalau lagi bosan, hampir seharian main ke rumah Mbak Eva. Tapi jarang juga, sih. Paling sebulan sekali aku ke sana."Setelah sara
Selesai sarapan Dev, Kamalia, dan Gaffi langsung pamitan ke orang-orang rumah. Seluruh barang bawaan telah masuk ke dalam mobil."Hati-hati, ya, Nduk," pesan Mbok Darmi.Kamalia mengangguk sambil tersenyum.Mereka jadi teringat peristiwa empat tahun lalu, yang mana setelah pamitan tidak lama kemudian Kamalia pulang lagi. Mbok Darmi malah berharap kalau kejadian itu akan terulang lagi kali ini.Beliau menganggap Kamalia sudah seperti putrinya sendiri dan kelucuan Gaffi pasti akan di rindukan mereka yang di vila.Mbok Darmi, Pak Karyo, dan Sumi mengantar kepergian mereka hingga ke halaman vila. Melihat mobil Dev yang bergerak pergi dan hilang di tikungan depan."Mainan kesukaan Gaffi di bawain semuanya, 'kan?" tanya Dev."Iya, daripada nanti dia rewel di sana," jawab Kamalia sambil menoleh ke belakang. Dimana Gaffi duduk di car seat-nya sambil melihat pemandangan di sisi sebelah kiri. Ketika mobil telah melewati hutan pinus dan berada di area persawahan dekat jalan ke desa, Dev menepik
Di perjalanan Dev gelisah. Mobil dipacu cepat namun tetap hati-hati. Padahal kalau menurut perkiraan dokter, Kamalia akan melahirkan empat hari lagi. Makanya Dev berencana akan ke rumah sang mama Jum'at sore. Namun kisah Gaffi terulang lagi, lahir beberapa hari sebelum tanggal perkiraan dokter.Dev mengurangi kecepatan mobil, memasang headset, lantas menghubungi Ben."Halo, Mas.""Bagaimana keadaan Lia?""Ini sudah di rumah sakit. Mama lagi nemenin Lia di dalam, aku sama Gaffi nunggu di luar. Kata dokter sudah bukaan empat. Mas, sudah sampai mana ini?""Baru setengah perjalanan.""Lalu lintas kota agak padat, Mas. Nanti lewat jalan dalam saja, muter dikit enggak apa-apa daripada kejebak macet.""Oke.""Mas, telepon saja Mama. Lia masih bisa duduk dan jalan-jalan di ruangan. Aku mau ngajak Gaffi keluar nyari makan dulu.""Baiklah, jaga Gaffi, Ben.""Pastilah!"Setelah mengakhiri panggilan, Dev kembali fokus ke jalan. Ia akan mencari tempat untuk menepi sejenak dan menelepon Kamalia.Se
Thisa Safiqah Narendra. Nama yang diberikan Dev dan Kamalia untuk bayi mungil mereka. Bu Rahma yang pernah memiliki nama untuk cucu perempuannya tidak jadi diberikan untuk anak Dev. Sebab nama itu sudah di pakai oleh sepupu Dev yang melahirkan dua tahun lalu.Pagi itu Dev baru selesai mandi saat seorang petugas rumah sakit datang mengantarkan sarapan untuk Kamalia. Sementara Bu Rahma sedang memangku sang cucu yang baru selesai di mandikan dan diajak berjemur di taman depan kamar mereka.Ben yang tadi malam mengajak Gaffi pulang ke rumah belum datang lagi ke rumah sakit."Sayang, mau sarapan sekarang?" tanya Dev pada istrinya yang duduk ditepi ranjang sambil membenahi jilbabnya."Iya, nanti Thisa bangun pasti mau ASI.""Mas suapi, ya?""Enggak usah, aku bisa sendiri. Kita sarapan bareng saja. Nanti gantian Mama yang makan.""Oke."Dev membuka plastik wrap yang menutup tempat makan jatah dari rumah sakit. Ada daging, tempe, dan tumis brokoli yang dicampur dengan wortel. Pisang yang men
Pernikahan megah telah usai, kini kehidupan Willy dan Yana jelas berbeda. Sekarang status mereka sebagai suami istri. Yana yang sejak kecil terbiasa melakukan apapun sendiri, tidak kaku tinggal di rumah mertua. Sebagai anak sulung yang memiliki empat orang adik dan kedua orang tua bekerja semua, membuat Yana cekatan melakukan pekerjaan ibu rumah tangga.Mbak Tri, wanita umur empat puluhan yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga Willy sangat terbantu dengan kehadiran Yana. Tambah anggota keluarga bukannya tambah pekerjaan, malah meringankan tugasnya. Yana akan membantu bersih-bersih rumah sebelum atau sesudah pulang kerja."Mbak Yana, biar saya saja yang ngepel. Mbak, jangan capek-capek. Ibu ngebet banget pengen segera punya cucu, kalau Mbak kecapekan entar enggak jadi-jadi," tegur Mbak Tri sambil mengambil gagang pel dari tangan Yana. Wanita itu tersenyum. "Doain lekas jadi, dong, Mbak Tri.""Iya, pasti saya doain."Willy yang berada di balik dinding dengan kedua tanga