Setelah kondisi dirasa aman, Roby berniat meninggalkan ruang kerja Reno.
Namun sebuah tangan reflek menarik lengannya meminta berhenti melangkah.
"Bi, tunggu!"
Merasa dipanggil, Roby pun segera menoleh.
"Ada apa?"
Hira hanya melongo mendengar jawaban singkat sahabatnya.
"Hah, ada apa katamu. Kamu ngapain di sini mengendap-endap di ruang Om Reno?" tanya Hira penuh selidik.
"Kamu sendiri ngapain coba?"
"Ishh, dasar Roby nyebelin. Aku jadi curiga deh. Kamu pasti merencanakan sesuatu, iya kan, Bi? Jangan-jangan kamu...? Ah sudahlah." cecar Hira dengan muka garang justru membuat Roby tersenyum santai.
"Kamu apa, Ra? Kamu mau menuduhku?"
"Ti...tidak. Bukan begitu, Bi."
"Lalu?"
Roby mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Hira yang menatapnya tajam.
Tatapan Roby yang tak beralih seketika menyurutkan nyali Hira hingga membuatnya memalingkan muka ke samping.
"Kamu sebaiknya memilih tidak usah
Roby hampir mendaratkan ciumannya yang mengarah ke bibir Hira.Plak,Reflek saja Hira merasa harus memberikan tamparan tanpa disuruh.Didorongnya dada Roby oleh Hira seraya berteriak."Br*ngs*k kamu, Bi. Berani-beraninya menyentuhku." Roby memegang pipi kirinya yang terasa panas.'Ckk, tamparanmu lumayan juga, Ra,' gerutu Roby.Reno yang melihat langsung berlari mendekat dan melayangkan pukulannya ke wajah Roby.Bug, bug."Rasakan ini, sudah kubilang jangan dekati Hira!""Om Reno, Om hentikan!"Hira menarik tubuh Reno dari arah belakang. Dua ayunan bogem sudah mendarat di rahang Roby membuat bekas merah bertambah di pipi kiri. Sudut bibir pun terlihat mengeluarkan darah.Diusapnya darah dengan tangan, Roby mencoba berdiri tegak menantang lawannya."Kamu mau melawanku, hah?" tantang Reno dengan tatapan menggebu dan berkacak pinggang membuat Roby tersenyum mengejek."Aku bisa saja mengalahkanmu,
"Maafkan aku, Ra. Besok aku pamit tidak masuk kerja."Kening Hira berkerut mendengar jawaban Roby yang sarat kesedihan."Maksudmu, kamu ada tugas keluar kota? Atau tugas lapangan?""Bukan. Aku...., Aku dipecat, Ra."Mulut hira menganga tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin Roby dipecat secara tiba-tiba. 'Apakah karena masalah di atap kemarin?'Setidaknya pikiran itu yang melintas di benak Hira tetapi urung dikatakan."Kamu, dipecat?"Roby hanya bisa menganggukkan kepala."Apa alasannya, Bi?"Mencoba mencari tahu, Hira berdiri lalu melangkah mendekati Roby.Ditatapnya wajah Roby tanpa berkedip dan sarat menuntut jawaban atas kalimat tanyanya."Aku tidak tahu pastinya, pesanku berhati-hatilah! Siapa kawan dan siapa lawan, kamu harus cerdik memilahnya.""Apa benar perusahaan sedang ada masalah?"Tak mampu membendung rasa penasarannya lagi, Hira menanyakan kejanggala
"Apa yang terjadi, Kak Jen? Mas Ilyas, Mas...?""Aku..."Ilyas memegang kepalanya yang berdenyut hebat.Brukk.Ilyas jatuh tak sadarkan diri bersama kruk yang tergeletak di lantai."Mas Ilyas...."Hira berteriak histeris disusul Bu Liyan yang datang dari arah dapur.Hira dan Jeni bersusah payah mengangkat tubuh Ilyas ke kamar tidur lantai bawah.Masih dengan tangan gemetar, Hira segera menelpon dokter keluarga untuk memeriksa suaminya.Dalam waktu lima belas menit dokter pun datang dan segera memeriksa Ilyas.Wajah Bu Liyan dipenuhi rasa kawatir, bahkan sesekali tangannya mengelus-elus dada sebelah kiri. Isakan kecil juga terdengar membuat Hira mendekatinya."Sebentar Kak Jeni, ceritanya nanti ya, aku hibur Mama dulu!"Jeni mengangguk, awalnya mau mulai bercerita tentang kejadian di kantor, tetapi kondisi Bu Liyan masih shock dan butuh teman."Ma, sabar ya! Mas Ilyas sudah ditangani dokter. Ki
"Siap, aku tidak akan mengecewakanmu, Bos.""Ya Lily, aku percaya padamu."Ilyas mengakhiri panggilan dari Jasmine tanpa menyadari ada Hira yang berdiri di ambang pintu kamar dengan membawa nampan berisi makan malam.'Mas Ilyas bicara dengan siapa? Sepertinya di kantor tidak ada karyawan bernama Lily. Mungkinkah dia....?'"Astaga, ini tidak mungkin. Kenapa aku jadi berprasangka buruk? Apa Mas Ilyas ada main di belakangku. Siapa wanita yang disebut tadi?"Ilyas menoleh ke arah Hira yang melamu."Kenapa diam disitu, Ra?"Seruan Ilyas seketika membuyarkan lamunan Hira."Ah iya, ini makan malamnya. Mas Ilyas tadi istirahat lama jadi terlambat makan malam," ucap Hira dengan nada gusar.Ingin rasanya Hira mengurangi kegundahan hatinya dengan bertanya. Namun Hira bingung harus mulai darimana. Dia takut Ilyas bertambah murka karena saat ini emosinya sedang tidak stabil.Memilih me
MSS 32Saat tangan Hira memegang knop pintu kamar, sebuah tangan turut menggenggam dari arah belakang. Dengan cepat tangan itu mengunci pintu kamar dan melempar kuncinya ke sembarang arah.Deg,Jantung Hira berdesir seketika, dia merasakan seseorang mendekat dari belakang dan mencium rambut panjangnya yang tergerai masih basah."Welcome my dear."Tubuh Hira pun meremang, bulu kuduknya berdiri. Walaupun dia dalam posisi membelakangi, tetapi dia tahu siapa gerangan yang ada di belakangnya.'Astaghfirullah, bagaimana ini. Aku sungguh terjebak. Kenapa yang aku takutkan benar terjadi?' Hira bergeming sambil berusaha berpikiran jernih.Dia perlahan membalik badannya, justru laki-laki yang tak lain adalah Reno mengurungnya dengan kedua tangan dan memojokkannya ke daun pintu."Om...Om Reno." Hira terbata dan menutup mulutnya. Ada tatapan tajam yang dilayangkan oleh Reno kepada Hira.Mata itu menyiratkan penuh
MSS 33"Kenapa berhenti di sini, Om?""Menurutmu? Wajah penuh seringai yang ditunjukkan Reno membuat Hira merinding.""Apa yang mau Om lakukan, dasar br*ngs*k!"Hira sudah mengumpat dan ingin berteriak, tetapi lebih dahulu laki-laki yang menjelma menjadi monster itu telah membungkamnya dengan paksa.Plak."Aku bosan menunggu, sudah sebulan tapi kamu tidak merespon permintaanku, Ra. Jangan salahkan, kalau aku memaksa!""Kumohon, jangan Om! Tolong, to...long!"Hira berteriak pasrah karena sekitar yang memang sepi, tidak mungkin ada yang mendengar.Reno sudah tidak peduli dengan Hira yang meronta dan ketakutan, yang ada hanya emosi dan rasa menggebu ingin memiliki.Baju kemeja Hira pun menjadi korban, kancing bagian atas berceceran karena ditarik paksa lawannya hingga menampakkan sedikit bagian kulit mulusnya.Tok,tok.Beruntung ada pengendara motor yang berhenti dan mendekatinya hingga Re
M34 "Kamu mau mengelak, hah?" Hira penasaran, segera diambil ponsel itu dan melihat layarnya. "Astaghfirullah." Hira hanya mampu menutup mulutnya dengan telapak tangan. "Roby. Kenapa semua jadi runyam begini. Rumi maafkan aku yang sudah menikah dengan suamimu. Kenyataan tak sesuai dengan apa yang aku harapkan." Tubuh Hira luruh ke lantai sambil meratapi kesedihannya. Kali ini suaminya pasti murka. "Mas, Mas Ilyas pasti salah paham. Dengarkan penjelasanku dulu! Foto itu tidak seperti yang Mas bayangkan." "Memangnya kamu tahu apa yang kubayangkan?" teriak Ilyas sampai mengundang orang yang tak sengaja lewat depan kamarnya. Foto di layar menampakkan Hira yang berada dalam dekapan Roby tentunya bisa membuat yang melihat menjadi salah paham. "Ada apa?" Reno yang baru saja datang dari kantor bak pahlawan bagi Hira dengan pura-pura lembut membangunkan wanita itu dari posisi duduk d
M35Sesi untuk 18th+Mohon bijak memilih bacaannya ya. Agak sedikit sensitif."Apa, kamu kencan sama Pak Reno? Dia laki-laki br*ngs*k, Mine.""Ayolah, laki-laki yang datang ke sini hampir semuanya br*ngs*k.""Ckk, kecuali aku," terak Roby.Roby dibuat tercengang kembali saat melihat ada gadis muda yang duduk tak nyaman di sebelah laki-laki seumuran Pak Reno menatapnya mes*m."Airin."Jasmine mulai melakukan aktingnya sebagai wanita penggoda. Dia mendekati Reno yang baru saja duduk menyapa Robert."Kenapa lama sekali, Sayang?" keluh Jasmine sambil bergelayut manja dan mengalungkan tangannya di leher Reno.Laki-laki itu terlihat gugup dan merasa jantungnya berdesir saat matanya beradu dengan kerlingan mata Jasmine.'Ckk, Jasmine sudah mengalihkan pandanganku pada Hira,' guman Reno."Kenapa melamun, Sayang?""Ah, tidak Mine. Aku hanya membayangkan bersena