Share

27. Insiden Memalukan

Author: Pixie
last update Last Updated: 2024-09-13 15:01:42
"Oh, Sayang," Sky mengecup kepala putrinya, "maaf kalau Mama belum bisa memberikan yang terbaik untukmu. Mama pikir selama ini kamu bahagia. Mama sudah berusaha membuat kehidupanmu sempurna, tapi ternyata, kamu masih menyimpan kesedihan."

Dalam pelukan sang ibu, Summer berkedip-kedip mencerna situasi. "Apakah Mama merasa bersalah terhadapku?"

"Ya, Mama tidak tahu kalau kamu menginginkan kehadiran seorang ayah," bisik Sky lirih.

Mendengar itu, mata Summer membulat. "Apakah itu artinya Mama akan berubah pikiran? Mama mau menikah dengan Paman Louis supaya dia menjadi papaku?"

Summer menarik kepalanya mundur dan menatap sang ibu. Sky bisa melihat kerlip harapan di matanya menyapu redup. Namun, ia tidak mau menjaganya tetap menyala dengan kebohongan.

"Tidak, Sayang. Mama tidak mungkin menikah dengan Paman Louis. Dia sudah melamar orang lain. Kalau kamu memang menginginkan seorang ayah, Mama harus mencari orang lain. Mungkin di luar sana, ada seseorang yang bisa mencintai kita
Pixie

Akankah cinta lama bersemi kembali?

| 7
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Yanti Aching
harus CLBK, cinta lama belum kelar...
goodnovel comment avatar
Cory Cornelia
akaaaaaaaan.....
goodnovel comment avatar
Indah Carolina
ahahhaha.. semoga clbk segera
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   28. Ancaman Summer

    Sambil meringis menahan malu, Sky menurunkan kakinya dari atas tempat tidur. Setelah itu, cepat-cepat ia bergeser ke samping, menjauh dari Louis. "Aku baik-baik saja. Terima kasih telah menolongku," tutur Sky setengah berbisik. Entah karena terkejut ataupun karena kehangatan yang tadi sempat melingkupinya, debar jantungnya masih terlalu kencang. "Kau yakin baik-baik saja? Tidak ada yang sakit?" selidik Louis. Sky tidak berani membalas tatapan kawatir itu. Ia tertunduk, memutar badan ke kanan dan ke kiri. "Ya, pinggangku aman." Louis pun mengangguk lega. Sementara itu, dari atas kasur, Summer menyaksikan dengan senyum terkulum. Ia merasa lucu melihat ibunya salah tingkah, dan ia senang karena Louis masih perhatian terhadap Sky. "Paman Louis kurasa kau harus memeriksa kaki Mama. Mama bisa saja terkilir. Kakinya terangkat begitu tinggi saat ia jatuh tadi," tutur Summer tanpa sedikit pun rasa bersalah. Mendengar nada ceria tersebut, Sky menoleh. Ia mengira bahwa telinganya salah

    Last Updated : 2024-09-14
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   29. Misi Rahasia Summer

    Louis menghela napas. Tatapannya terkunci pada wajah bulat yang menggemaskan di hadapannya. "Kau boleh tinggal di sini satu hari lagi. Kita lakukan agenda yang tertunda, tapi ingat! Besok kau harus pulang bersama ibumu. Aku tidak bisa mengantar kalian karena hari ini, aku akan menunda banyak pekerjaan. Besok aku harus mengurusnya." "Benarkah?" Mata Summer berbinar. Tawanya bergema. Dengan penuh semangat, ia bangkit duduk menghadap Louis. "Kamu sungguh akan menghabiskan waktu bersamaku hari ini, Paman?" tanyanya dengan suara ringan. Louis mengangguk. "Ya." Summer langsung menghambur ke arah Louis, memeluknya erat. Kalau saja Louis tidak kuat menahan serbuannya, mereka berdua pasti sudah terguling ke lantai. "Terima kasih, Paman Louis. Kamu memang bijaksana! Aku janji tidak akan nakal. Aku akan menjadi anak baik selama kita bersama!" seru Summer ringan. "Jangan hanya saat kita bersama, Manusia Mungil, tapi selamanya. Teruslah menjadi anak baik supaya ibumu tidak pusing."

    Last Updated : 2024-09-14
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   30. Akal-Akalan Summer

    Pagi itu, Summer tak henti-hentinya tersenyum dan tertawa. Hatinya sangat bahagia. Louis betul-betul menepati janji. Ia menemani Summer menggosok gigi dan mencuci muka. Setelah balita itu selesai mandi, ia juga menyisir rambutnya. Louis jadi seperti sedang memanjakan anaknya sendiri. Menyaksikan hal itu, napas Sky terasa berat, matanya berkaca-kaca. Rasa bersalah mengendap di hatinya. Summer sudah berusia empat tahun, tetapi baru sekarang ia bisa merasakan kasih sayang dan perhatian dari “seorang ayah”. Sky merasa bertanggung jawab atas kemalangan putrinya. "Lihat, Mama! Aku akhirnya menjadi bersih dan wangi lagi. Rasanya segar sekali," tutur Summer begitu Louis selesai mengolesi wajahnya dengan krim. Wanita yang sejak tadi mengamati dari pintu pun tersenyum kecut. "Kamu bicara seolah-olah kamu sudah lama tidak mandi, Sayang." "Memang sudah lama, Mama. Sejak tiba di sini, baru pagi ini aku sempat mandi," aku Summer tanpa dosa. Alis Sky sontak terdongkrak naik. "Kenapa? B

    Last Updated : 2024-09-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   31. Memotivasi Sky

    Summer tampak sangat lucu dengan setelan balap mungil di tubuhnya. Apalagi, helm yang ia kenakan menjepit pipi gembulnya. Semua orang yang melihat merasa gemas. "Ayo mulai berlatih, Paman Louis! Hari ini, aku harus sudah bisa mengemudi!" seru Summer sembari mengepalkan tangan dengan erat. Saat ia menapakkan kaki di atas mini jeep, semangatnya semakin membara. Semua penjelasan Louis ia simak dengan saksama. Beberapa saat kemudian, ia sudah meluncur meski lajunya berkelok-kelok. "Woohoo! Mama, lihat aku! Aku sudah bisa mengemudi!" serunya sembari melambaikan tangan. Saat itulah, mobilnya berbelok drastis. Louis yang mengawasi dari belakang pun berseru, "Summer, pegang kemudi dengan dua tangan! Bisa gawat kalau kamu menabrak pagar." Melihat bagaimana Louis berlari mengejar gadis kecil, Sky terkekeh. Namun, ketika sesuatu melintas dalam pikirannya, tawanya mereda. Perlahan-lahan, sudut bibirnya berubah arah. Matanya berkaca-kaca. "Apakah aku egois telah membiarkan Summer tumbuh

    Last Updated : 2024-09-15
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   32. Ayah Kandung Summer

    "L-Louis?" Sky memaksakan senyum. "Kenapa kau melihatku begitu?" "Bukankah aku yang seharusnya bertanya kepadamu? Kenapa kau menggenggam ponselku dan mengerang begitu?" Louis menaikkan sebelah alis. Ekspresinya tampak curiga dan nada bicaranya dingin. Sky pun berkedip-kedip. "Oh, ini ... aku ...." Louis pun mengambil ponsel dari tangan Sky. Sambil sesekali melirik si tersangka, ia memeriksa apa yang berbeda. "Emily menelepon?" simpulnya kemudian. "Ya!" Sky cepat-cepat mengangguk. "Karena itulah, aku berani mengangkatnya." "Dia bilang apa?" Sky menggaruk pelipis sebentar. "Dia bertanya kau sedang apa. Mungkin, dia mau memastikan kau bersikap baik kepada aku dan Summer. Karena itu, aku memperlihatkan kepadanya bagaimana kamu mengajari Summer mengemudi." Mendeteksi kekakuan Sky, mata Louis kembali menyipit. "Lalu, dia bilang apa lagi?" Rahang Sky sontak bergetar. Mulutnya membuka dan menutup, menunggu keputusan otak. Haruskah ia menjawab yang sebenarnya? "Emily bilang k

    Last Updated : 2024-09-16
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   33. Mulai Goyah

    "Ayo kejar aku, Mama, Paman! Kalau kalian berhasil, aku akan mentraktir kalian es krim!" seru Summer dengan suara yang sangat lucu. Akan tetapi, Sky malah semakin geram. "Kami tidak butuh es krim darimu, Sayang. Sekarang juga, cepat kemari! Jangan ke mana-mana lagi! Kamu bisa ditendang kuda nanti!" omelnya. Malangnya, Summer tetap tidak menggubris. "Kuda-kuda itu tidak akan berani menendangku, Mama. Mereka justru akan takut padaku karena aku berpakaian seperti astronot. Mereka mungkin mengira aku alien yang akan menculik mereka! Oh, itu mereka!" Tiba-tiba, Summer mengubah haluan lagi. Sky dan Louis sontak meringis. "Summer, jangan dekati kuda-kuda itu!" Sky berusaha menambah kecepatan. Namun ternyata, Louis-lah yang melesat. "Summer, berhenti!" "Apa? Tambah kecepatan lagi? Oke!" Balita itu terkikik usil. Louis pun berlari semakin gesit. Ia harus menangkap sang balita sebelum mobilnya menabrak kuda. Melihat kepedulian Louis terhadap Summer, hati Sky menghangat. Untuk perta

    Last Updated : 2024-09-16
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   34. Louis Terpana

    "Selesai!" Summer merentangkan tangannya dengan senyum semringah. "Sekarang saatnya aku mandi dengan sampo dan sabun yang wangi." Mendengar seruan sang putri, Sky pun mematikan air. Ia bermaksud menemaninya ke kamar mandi. Namun, belum sempat ia melangkah, Summer sudah lebih dulu bicara. "Mama, aku sudah besar. Aku bisa mandi sendiri. Mama tidak perlu menemaniku," angguknya mantap. Mata Sky membulat. "Kamu yakin?" "Yakin, Mama. Aku janji tidak akan melompat-lompat. Kalau lantainya licin, itu bisa berbahaya. Dan kalau aku menemui kesulitan, aku pasti akan memanggil Mama. Sekarang," Summer tersenyum misterius. "Mama di sini saja. Bantu Paman Louis membersihkan diri. Dia sudah membantuku tadi, jadi Mama harus membalas kebaikannya. Oke?" Ekspresinya menjadi semakin lucu dengan alis yang dinaikkan seperti itu. Sky menarik napas panjang. Lirikan matanya tertuju pada sang pria. Ia mengerti bahwa itu adalah kesempatan emas. "Baiklah." Belum sempat Sky bicara lebih dari satu kata,

    Last Updated : 2024-09-17
  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   35. Dipaksa Dekat

    Selama ini, setiap kali Emily bertanya tentang penampilan Sky, Louis selalu menjawab dengan candaan. Hal itu sering membuat Sky kecewa dan kesal. Namun tadi, jawaban Louis terdengar jujur dan spontan. Sky tidak bisa berhenti tersenyum karenanya. Bahkan, saat mereka sudah menunggangi kuda, sudut bibirnya masih terangkat ringan. "Sayang, apakah kau suka dengan kuda itu?" tanya Sky ringan. Balita yang sedang mengelus kuda pun menoleh. Wajahnya sama ceria dengan wajah sang ibu. "Ya, Mama! Dusty sangat kuat! Padahal, aku dan Paman Louis berat, tapi dia sanggup membawa kami. Dia sudah bekerja keras hari ini. Dan dia sangat cepat! Apakah Mama lihat bagaimana dia berlari tadi?" Sky mengangguk dengan senyum manis. "Ya. Kuda Mama sampai tertinggal jauh tadi." Rasa bangga semakin terpancar dari mata abu si gadis kecil. "Aku sudah seperti koboi cilik yang sedang menggembala sapi bersama ayahnya. Kuda kami melaju cepat karena harus mengejar ternak. Kalau ada sapi yang nakal, aku bisa memut

    Last Updated : 2024-09-17

Latest chapter

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   228. Kehebohan di Taman

    Emily hanya bisa mengangguk. Sambil menggenggam tangan Sky, ia menggigit bibir. Summer dan River pun berhenti bercanda. Mereka menghampiri Emily. "Ada apa, Bibi?" tanya mereka kompak. "Dia mengalami kontraksi lagi," sahut Sky pelan. Wajah Summer berubah sendu. Ia berjongkok di dekat kaki Emily. "Apakah ini bisa membuat Bibi lebih baik?" tanyanya seraya memijat. Di sisi Emily yang lain, River melakukan hal yang sama. "Mungkin para bayi merasa gerah akibat senam tadi. Jadi, mereka meronta. Perut Bibi jadi berkontraksi?" "Kalau begitu, Bibi jangan melanjutkan senam lagi," simpul Summer tegas. "Istirahat saja di sini. Anggap kita sedang piknik. Mama, kita membawa bekal, kan? Bagaimana kalau kita membentang karpet dan mulai menata? Begitu Bibi selesai kontraksi, dia bisa menikmati makanan dan minuman yang kita siapkan." Sky mengangguk kecil. "Terima kasih, Sayang. Idemu brilian sekali." "Kalau begitu, River, ayo kita ke mobil!" ajak Summer, penuh semangat. Akan tetapi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   227. Perhatikan Aku

    "Yuck! Itu sangat menjijikkan! Kenapa kalian menginjaknya? Apakah kalian tidak tahu bahwa itu kotoran penguin?" tanya River, tak habis pikir. "Itulah rute yang harus kami lalui kalau mau mengelilingi pulau," Sky mengedikkan bahu. "Kalau kalian berkunjung ke sana nanti, kalian juga akan melewatinya," ujar Louis dengan nada menakut-nakuti. Summer mengerucutkan bibir. "Kalau begini, kita harus menggencarkan kampanye perubahan iklim. Saat kita ke sana nanti, kuharap es dan salju sudah menebal lagi. Dengan begitu, para penguin punya lebih banyak tempat untuk membuang kotoran. Tidak perlu menumpuk di satu pulau!" "Apakah tidak ada rute yang aman dari kotoran? Itu sangat licin dan lengket. Bisa berbahaya kalau kita terpeleset di sana. Aku tidak bisa membayangkan betapa kotor dan bau baju kita," gumam River, was-was. "Tenang, River," Summer memegangi pundaknya lagi. "Kita bisa membeli sepatu roda dan berlatih keseimbangan setelah ini. Jadi, begitu kita ke sana nanti, kita tidak ak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   226. Keseruan di Antartika

    Summer mengamati oleh-oleh yang ia dapat selama beberapa saat. Begitu ia selesai, ia langsung berlari menuju Sky yang kebetulan baru kembali dari membagikan hadiah. "Mama, terima kasih banyak! Aku suka semua barang yang Mama beli!" serunya seraya memberikan pelukan hangat. River mengangguk sepakat. "Ya, terima kasih banyak, Nyonya Harper. Oleh-oleh ini sangat keren! Terima kasih juga, Paman Louis." Dari sofanya, Louis terkekeh. "Sama-sama, River." Sedetik kemudian, Summer berlari dan melompat ke pangkuan sang ayah. Louis dengan sigap menangkapnya. "Terima kasih, Papa! Aku tahu, Papa pasti membantu Mama memilih barang-barangnya," ujar Summer sembari menempelkan pipinya di pundak sang ayah. "Ya, beberapa barang itu adalah pilihan Papa. Mana yang paling kamu suka?" Bibir Summer mengerucut. Telunjuknya mulai mengetuk dagu. "Itu pertanyaan sulit. Tapi kalau harus memilih, kalender itu yang paling berguna bagiku. Aku bisa memakainya untuk menentukan jadwal bersama River.

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   225. Oleh-Oleh dari Kutub

    "Ya, kau sebaiknya fokus saja dengan kegiatan di penjara ini, Kendrick. Siapa tahu, kau bisa mendapat keringanan karena perilaku baik," Summer mengedikkan bahu santai. Akan tetapi, Kendrick malah semakin menggila. Ia mulai mengguncang pintu, memohon kepada para petugas untuk membukanya. Saat Orion mendekat, ia berteriak ketakutan. "Tidak! Menjauhlah dariku! Aku masih mau hidup! Jangan kau apa-apakan kepalaku!" Tiba-tiba, bunyi aneh terdengar dari pantat Kendrick. Bau busuk pun menyebar. Summer dan River cepat-cepat memencet hidung mereka. "Uuuh, Kendrik, kau jorok sekali!" tutur Summer, meledek. "Cepat sana ke kamar mandi! Dan jangan lupa dengan chipmu!" River terkekeh usil. "Dia tidak perlu membawanya, River. Chip ini yang akan datang sendiri kepadanya. Maksudku, petugas kepolisian yang akan memasukkan chip ke dalam otaknya!" Membayangkan kepalanya dibelah, Kendrick terkesiap. Mulutnya mulai bergetar. Saat pintu besi dibuka, lututnya ikut gemetar. Ia mencoba untuk melari

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   224. Seperti Psikopat

    Khawatir sandiwaranya terbongkar, Summer cepat-cepat mengobrol dengan River. Ia bertanya tentang penilaiannya terhadap roti lapis itu dan apa yang perlu mereka perbaiki ke depannya. Setelah Kendrick menghabiskan makanan dan minumannya, barulah ia meraih kotak besar di atas meja. "Apakah kau sudah kenyang?" tanya Summer yang kini berlutut di atas kursi. Kalau tidak, kotak besar itu pasti sudah menutupi wajahnya dari Kendrick. Narapidana itu mendengus. "Apa pedulimu?" "Apakah kau lupa? Aku sudah menjawab pertanyaan itu. Berapa kali pun kau bertanya, jawabanku akan tetap sama. Aku mengkhawatirkan kondisimu karena keluargakulah yang memasukkanmu ke dalam penjara itu," Summer menunjuk pintu besi yang dijaga oleh dua orang petugas kepolisian. Kendrick memutar bola mata. "Jangan berpura-pura peduli padaku. Aku tahu, kau dan orang tua berengsekmu itu berpesta setelah kalian melemparku ke tempat terkutuk ini." Summer terkesiap. Mata bulatnya berkilat oleh keterkejutan. "Tolong perhat

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   223. Misi Dadakan Summer

    "Tolong jangan disebut. Itu berbahaya!" ujar Summer lantang. River menyingkirkan tangan Summer dari mulutnya. "Kenapa?" "Pokoknya, itu berbahaya. Mari kita masukkan itu sebagai kata terlarang. Jangan membahasnya lagi sampai kita dewasa," tutur Summer dengan penuh keseriusan. River pun menghela napas kesal. Namun, melihat ketegasan di wajah Summer, ia akhirnya mengalah. "Baiklah, aku akan melupakannya. Anggap itu tidak pernah kudengar," ia memutar telinga seolah sedang memutar pita kaset ke belakang. Louis akhirnya bisa kembali bernapas lega. Sky terkekeh melihatnya mengelus dada. Setelah itu, perbincangan berlangsung normal. Tidak ada hal aneh lagi yang mereka bahas. Mereka hanya bertukar kabar. Saat perbincangan mereka berakhir, Summer memekik gembira, "Oh, aku sungguh tidak sabar ingin menyambut Papa dan Mama pulang! Mereka pasti akan membawa banyak cerita!" "Ya, aku juga. Aku tidak sabar ingin melihat oleh-oleh apa yang mereka bawa dari Antartika!" sahut River, tak

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   222. Agen Khusus yang Manis

    Sang kapten tersenyum simpul. "Dia mengaku bernama Summer." Louis dan Sky terbelalak. "Summer?" Lengkung bibir sang kapten melebar. "Ya. Summer Harper. Awalnya, saya berpikir bahwa itu hanyalah panggilan iseng. Tapi setelah mendengar caranya berbicara dan mengetahui namanya, saya percaya bahwa situasinya serius. Saya sarankan Anda untuk segera menghubunginya. Dia sangat resah." Sky mengangguk cepat. Di sisinya, Louis berkata, "Terima kasih, Kapten Alvarez. Kami akan segera menghubungi putri kami." Seperginya sang kapten, Sky melakukan panggilan video. Begitu Summer menerimanya, suara manisnya langsung bergema, "Mama, kenapa baru meneleponku sekarang? Ke mana saja dari tadi? Apakah Angelica mengganggu kalian lagi?" Melihat wajah cemberut sang putri, Sky dan Louis tertawa lirih. Mata mereka berkaca-kaca, terlapisi oleh keharuan sekaligus rasa bangga. "Maaf, Sayang. Mama dan Papa ada urusan mendesak. Kami terpaksa menghidupkan mode pesawat sebentar," timpal Sky, agak serak. "A

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   221. Seorang Penyelamat

    Pablo kembali tertawa. Sambil menggaruk alis, ia bergumam lirih, "Mengapa orang kaya suka sekali semena-mena?" Detik berikutnya, ia menatap Louis dengan kesan meremehkan. "Anda pikir dengan kekayaan yang Anda miliki, Anda bisa bertindak sesuka hati di sini? Maaf, Tuan Harper. Ini bukan L City. Di sini, Kapten Alvarez-lah yang memegang kendali. Dan lewat saya, beliau sudah menyampaikan perintah. Tahan Louis Harper dan sang istri. Karena itu ...." Pablo melihat rekan-rekannya dan menggerakkan kepala sekali. Para petugas mendekati Louis dan Sky lagi. Secepat kilat, Louis menarik Sky ke balik punggungnya. "Siapa yang berani menyentuh istriku, akan kupastikan dia tidak bisa berjalan lagi!" hardiknya, mengancam. Para petugas seketika menahan langkah. Louis pun menambahkan, "Daripada kalian bersikeras ingin menangkap kami, kalian lebih baik menghubungi kapten kalian." "Untuk apa?" sela Pablo dengan nada menjengkelkan. "Untuk mengulur waktu? Maaf, Tuan Harper. Kami sudah menghabi

  • Menikahlah dengan Mama, Tuan CEO   220. Salah Tangkap

    Draco menggertakkan geraham. Ia ingin sekali menghajar Louis. Saat itulah, Sky berbisik, "Apakah Pablo, si petugas keamanan itu? Dia yang membantu kau dan Angelica melancarkan misi untuk menggangguku dan Louis?" Draco tersentak. Mulutnya tanpa sadar menimpali, "Dari mana kau tahu kalau itu Pablo?" Sky tersenyum lebar. Ia sumpal mulut Draco dengan kain. "Terima kasih atas kejujuranmu." Kemudian, ia bangkit berdiri. Sementara Louis menahan Draco agar tidak macam-macam, Sky berhenti merekam suara di ponselnya. Saat ia memutarnya ulang, pengakuan Draco terekam jelas. "Emmhh .... Emm emmmh ...." Draco terus meronta-ronta. Louis yang masih berlutut di dekatnya pun berdesus. Telunjuknya teracung meminta waktu. "Apa yang kau ributkan?" gerutu Louis. "Kau takut Pablo membunuhmu karena gagal menjaga rahasianya? Tenang. Kami akan menangkapnya sebelum dia bisa membunuhmu." Setelah menepuk pipi Draco dengan kasar dua kali, Louis bangkit berdiri. Ia menghampiri Sky. Sang istr

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status