Short
Menjadi Bayang Cinta Pertamanya

Menjadi Bayang Cinta Pertamanya

Oleh:  Aaliyah ZoyaTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
9Bab
3.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Aku sedang hamil tiga bulan ketika suamiku, Jasper, memintaku terjun ke dalam air untuk mencari kalung peninggalan cinta pertamanya. Dengan mata yang bengkak karena menangis, aku memohon kepada Jasper sambil menggelengkan kepala. Namun, temannya yang tidak tahan melihat sikapku, akhirnya berbicara. "Cuma terjun ke dalam air, apa susahnya? Di antara kita semua, cuma kamu yang bisa berenang. Jadi kenapa bukan kamu saja yang melakukannya?" "Jessy, itu peninggalan ibunya Viola. Bukankah benda itu sangat penting?" Aku berjuang untuk meraih ujung pakaian Jasper dan memohon belas kasihan terakhir darinya. Namun, sebelum aku didorong ke dalam laut, aku hanya bisa menggantungkan harapan pada segelintir rasa tidak tega yang mungkin ada di matanya. Akhirnya, dia membuka mulutnya, "Jessy, kamu pandai berenang. Nggak akan terjadi apa-apa." Saat itu aku baru menyadari, bahkan dalam keadaan seperti ini, aku tidak lebih dari bayangan samar di hidupnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Splash ...." Sebuah suara percikan yang besar terdengar ketika aku didorong dari kapal pesiar ke dalam laut. Di dalam air, segalanya mendadak menjadi sunyi.

Pikiranku dipenuhi wajah mereka yang berdiri di atas kapal saat aku didorong. Semua ini hanya karena mereka sedang berlibur dan kalung yang diberikan Jasper kepada Viola jatuh ke laut.

Suamiku, Jasper, langsung mengusulkan agar aku, satu-satunya yang bisa berenang, turun untuk mencarinya.

Rasa asin memenuhi mulutku, membuatku tak bisa membedakan mana air laut dan mana air mata.

Perutku mulai terasa sakit dan mencengkeram dengan kuat.

Aku menggelengkan kepala dan berusaha untuk tetap sadar. Demi anakku, aku harus bertahan hidup. "Jasper, angkat aku ke atas!" Aku berteriak sekuat tenaga ke arah kapal, tapi suaraku hampir tidak terdengar.

Salah satu pria di samping Jasper berteriak padaku, "Kalung itu adalah peninggalan ibunya Viola, Jessy. Tolong temukan dulu sebelum naik!"

Suaranya tidak terlalu keras, tetapi terdengar jelas di telingaku. Aku menatap Jasper yang berdiri di sana dengan kepala tertunduk. Jasper, apakah itu juga yang kamu pikirkan?

Mencari kalung di lautan seperti ini jelas sama saja dengan membiarkanku mati.

Tak disangka, Jasper datang dengan sebuah tongkat bambu. Bukannya menarikku keluar, dia malah mendorongku lebih jauh ke dalam laut. Jaraknya tidak jauh, aku bisa melihat jelas gerakan bibirnya yang tidak terucap.

"Patuhlah ...."

"Gluk ...."

"Gluk ...."

Aku mengambang sendirian dengan tak berdaya di laut dan berjuang untuk tetap bertahan hidup. Aku meraih erat-erat rumput laut yang melayang di sekitar, sementara air laut bercampur air mata memenuhi lidahku dengan rasa pahit.

Ada tarikan kuat dari dasar laut yang terus menyeretku ke bawah. Dengan sisa tekad untuk bertahan hidup, aku berusaha keras untuk naik ke permukaan.

Untungnya, aku berhasil menyelamatkan diriku sendiri. Aku terdampar di pantai dan tubuhku terkulai lemas. Namun, di bawahku, pasir pantai sudah berubah merah karena darah. Tenda-tenda yang sebelumnya berdiri di sekitar pantai sudah lenyap entah ke mana.

Aku hanya bisa menundukkan kepala dengan lemah. Betapa konyolnya diriku, masih berharap bahwa Jasper akan menyesal melihat keadaanku yang mengenaskan.

Nyatanya, dia bahkan sudah pergi. Tidak ada siapa pun di sana. Perlahan-lahan, kesadaran mulai meninggalkanku dan aku pingsan.

Ketika membuka mata lagi, aku sudah berada di kamar rumah sakit yang kosong. Tidak ada siapa pun di sana selain aku sendiri.

Dokter masuk ke kamar dan memperbaiki kecepatan infusku. Dia berkata dengan nada penuh rasa kasihan, "Baru saja keguguran, kamu harus benar-benar jaga diri. Kenapa kamu berenang tanpa memikirkan kondisi anakmu?"

Aku memejamkan mata, menelan pahit getir yang tak berujung. Aku menjawab dengan suara pelan, menyembunyikan semua kepedihan yang menggerogoti hatiku.

Bahkan seorang dokter yang merupakan orang asing saja menunjukkan perhatian pada kesehatanku. Namun, orang yang telah hidup bersamaku selama lima tahun, suamiku sendiri, adalah alasan mengapa aku berada dalam kondisi ini.

Karena kami sedang berada di kota tujuan wisata, aku dipulangkan dari rumah sakit setelah hanya tiga hari dirawat. Kali ini, aku bersikeras untuk kembali ke hotel dan mengemasi barang-barangku. Aku memutuskan akan pulang sendiri dan merawat tubuhku di rumah.

Ketika tiba di hotel, aku langsung bertemu dengan Viola. Dia tampak terkejut melihatku. "Jessy?"

Aku menunduk, menatapnya dengan mata yang penuh tekad dan kemarahan. Jasper memang tidak bertindak benar, tapi Viola juga tidak lepas dari tanggung jawab atas kematian anakku.

"Kenapa kamu kembali?" tanyanya, sementara sekelompok orang di pantai sedang memanggang barbeku dengan santai.

Aku berjalan mendekati Jasper dengan wajah dingin. "Katakan padaku password kamar hotel. Aku tadi mencoba masuk tapi nggak bisa."

Aku ingin mengemasi barang-barangku dan meninggalkan tempat menyedihkan ini. Aku mau pulang untuk memulihkan diri. Sisanya, aku akan urus dengan Jasper nanti.

Namun, sebelum Jasper bisa menjawab, Viola memotong pembicaraan. "Jessy, kamar hotelmu sudah lama kami kembalikan."

Setelah berbicara, dia menatap sekeliling dengan ekspresi seolah tak bersalah, seakan ingin menunjukkan bahwa itu bukan kesalahannya. Dengan suara kecil, dia menambahkan, "Kami pikir kamu sudah pulang. Siapa sangka kamu akan kembali? Lagian, meskipun Kak Jasper punya banyak uang ...."

Air matanya hampir jatuh. "Nggak seharusnya kita menyia-nyiakannya, 'kan?"

Apa?!

Aku menarik napas panjang untuk menahan kemarahanku. Aku berjalan mendekati Viola bersiap untuk bicara, tetapi tiba-tiba sebuah frisbee melayang ke arah kami.

"Hati-hati!" Jasper yang biasanya begitu dingin, berlari panik ke arah Viola.

Dengan cepat, dia melindungi Viola di pelukannya. Dalam proses itu, kakinya menendang panggangan barbeku hingga panggangan itu terbalik dan bara panasnya jatuh tepat mengenai kakiku.

Rasa sakit langsung menjalar di kakiku. Kulit di betis bawahku berubah merah terang dalam sekejap.

"Ahh ...."
Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status