Short
Cinta Datang Di Saat Kumenemukan Penggantinya

Cinta Datang Di Saat Kumenemukan Penggantinya

By:  SabrinaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel4goodnovel
11Chapters
2views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Suamiku tidak mencintaiku, apalagi mencintai putri kami. Selama enam tahun sejak putri kami lahir, dia bahkan belum pernah menggendongnya sekali pun. Dokter bilang, dia mengidap gangguan emosi. Bukan karena tidak peduli, hanya saja dia tidak tahu cara mengekspresikannya. Namun hari itu, saat wanita yang pernah dia cintai kembali, untuk pertama kalinya suamiku tersenyum pada kami. Bahkan di luar kebiasaannya, dia membawa hadiah untuk putri kami. Aku pikir, mungkin dia akhirnya sadar dan berubah. Sampai aku dan putri kami melihat foto yang jadi layar kunci di ponselnya. Di foto itu, dia tersenyum lebar. Satu tangannya memeluk gadis kecil yang giginya ompong, tangan lainnya menggenggam wanita yang pernah dia cintai. Putriku menggenggam tanganku erat dan matanya mulai memerah. "Ma, apa kita harus pergi dari sini?" bisiknya pelan. "Boleh nggak kita kasih Papa tiga kesempatan terakhir saja? Kalau setelah itu Papa tetap nggak mau sama kita ... ya sudah, kita pergi saja."

View More

Chapter 1

Bab 1

Aku mengelus kepala putriku dengan lembut, lalu mengangguk pelan. Aku mengembalikan ponsel ke tempat semula, berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa. Namun tetap saja, rasa perih itu memenuhi dadaku.

Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian membujuk putriku kembali ke kamar.

Kami sudah sepakat akan memberi tiga kesempatan terakhir untuk Darwin. Oleh karena itu, putriku masih memperlakukannya seperti seorang ayah.

Bahkan di Hari Ayah, dia membawa pulang boneka tanah liat yang dia buat di taman kanak-kanak. Dia bertanya dengan suara pelan dan ragu, "Mama, Papa bakal suka nggak ya sama hadiahku?"

Kulihat sela-sela jarinya masih kotor oleh tanah liat yang susah dibersihkan. Dengan hati-hati, aku membersihkan tangannya dan melihat luka kecil di jari-jarinya yang putih dan lembut. Aku mengusap kepalanya dan menenangkan, "Papa pasti suka, Sayang."

Mendengar ucapanku, putriku langsung tersenyum cerah.

Sebenarnya, dia sama sekali tidak pandai membuat boneka tanah liat. Namun sejak melihat sebuah boneka tanah liat di ruang kerja Darwin, dia mengira ayahnya menyukai benda seperti itu. Jadi, dia diam-diam belajar membuatnya di sekolah.

Entah sudah berapa kali dia gagal dan menghancurkan boneka buatannya, hingga akhirnya berhasil membuat satu yang cukup layak.

Malam itu, dia duduk di sofa menunggu Darwin pulang. Sampai tengah malam, Darwin belum juga datang.

Saat aku hendak menggendongnya kembali ke kamar, dia terbangun. "Itu Papa ya?" tanyanya setengah mengantuk.

Aku menggeleng, "Mama gendong kamu tidur dulu ya, nanti kalau Papa pulang, Mama bangunin."

"Nggak mau. Aku mau tunggu Papa di sini!" Dia tetap bersikeras menunggu di sofa sambil mengantuk sampai akhirnya pintu depan terbuka.

Darwin pulang.

Putriku langsung melompat turun dari sofa dan berlari kecil, lalu mengangkat boneka tanah liat buatan tangannya dengan antusias untuk diperlihatkan pada Darwin.

"Papa, selamat Hari Ayah."

Darwin tampak jelas tertegun sesaat. Lalu, dia menerima hadiah itu dari tangan putri kami dan berkata kaku, "Terima kasih."

Mata putri kami langsung berbinar, dia bertanya penuh harap, "Papa suka nggak?"

Darwin tidak menjawab. Dia hanya diam dan melangkah masuk ke ruang kerjanya.

Putriku ingin ikut masuk, tapi Darwin langsung menegur, "Sudah berapa kali Papa bilang, jangan masuk ke ruang kerja Papa?"

Putriku terkejut dan tubuhnya sedikit gemetar. Dia menjawab lirih, "Aku tahu, Papa."

Dia mendongak, berniat melihat ekspresi ayahnya, tapi yang dilihat justru membuat hatinya hancur.

Boneka tanah liat yang susah payah dia buat, diletakkan begitu saja di atas meja tanpa diperhatikan sedikit pun. Sebaliknya, Darwin mengambil seutas tali rajutan yang compang-camping dan tampak asal dibuat, lalu menggantungnya di rak bukunya seolah benda itu sangat berharga.

Mata putriku langsung memerah dan dia tanpa sadar bertanya, "Papa, itu ... itu dari Kak Candice ya?"

Gerakan Darwin terhenti. Raut wajahnya tampak sedikit canggung.

Seolah tiba-tiba mengerti semuanya, putriku buru-buru melangkah mundur keluar dari ruang kerja. "Maaf, Papa. Mulai sekarang aku janji nggak akan masuk ruang kerja Papa lagi."
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status