Suamiku tidak mencintaiku, apalagi mencintai putri kami. Selama enam tahun sejak putri kami lahir, dia bahkan belum pernah menggendongnya sekali pun. Dokter bilang, dia mengidap gangguan emosi. Bukan karena tidak peduli, hanya saja dia tidak tahu cara mengekspresikannya. Namun hari itu, saat wanita yang pernah dia cintai kembali, untuk pertama kalinya suamiku tersenyum pada kami. Bahkan di luar kebiasaannya, dia membawa hadiah untuk putri kami. Aku pikir, mungkin dia akhirnya sadar dan berubah. Sampai aku dan putri kami melihat foto yang jadi layar kunci di ponselnya. Di foto itu, dia tersenyum lebar. Satu tangannya memeluk gadis kecil yang giginya ompong, tangan lainnya menggenggam wanita yang pernah dia cintai. Putriku menggenggam tanganku erat dan matanya mulai memerah. "Ma, apa kita harus pergi dari sini?" bisiknya pelan. "Boleh nggak kita kasih Papa tiga kesempatan terakhir saja? Kalau setelah itu Papa tetap nggak mau sama kita ... ya sudah, kita pergi saja."
View MoreLovira langsung menerjang, mencoba merebut ponselku. Aku kesulitan bergerak karena harus menyeret gaun pengantin yang panjang dan hampir saja kuku tajamnya mengenai kulitku.Tiba-tiba, sebuah tangan terulur dan mencengkeram lengan Lovira. Itu pertama kalinya aku melihat ekspresi menyeramkan di wajah Yohanes. Dia menepis tangan Lovira dengan kasar."Istriku bukan orang yang bisa kamu pukul sesuka hati!"Pria botak di samping Lovira langsung membungkuk, memasang wajah menyesal saat melihat Yohanes. "Pak Yohanes datang bersama istri untuk mencoba gaun pengantin ya ... Aku benar-benar nggak tahu. Ini cuma salah paham."Sambil menekan kepala Lovira, dia memarahinya, "Apa lihat-lihat?! Cepat minta maaf sama Pak Yohanes dan istrinya!"Lovira menatap tak percaya. Tatapannya seolah berkata, "kenapa dia asal pilih lelaki saja, aku tetap kalah jauh darinya?"."Anne, akan kubunuh kamu!"Lovira mendadak menyerang. Yohanes tidak sempat bereaksi. Namun, saat terdengar suara pisau cutter menembus kuli
Bagaimana mungkin bisa kembali lagi?Setelah sibuk bekerja selama seminggu penuh, Yohanes akhirnya menyelesaikan semua pekerjaannya yang menumpuk. Dia sengaja meluangkan waktu di akhir pekan hanya untuk mengajak Peggy bermain sepuasnya.Namun saat aku dan Peggy sedang membeli es krim, kami bertemu seseorang yang tak diundang.Darwin.Dia tidak mengenakan setelan jas seperti biasanya. Bahunya yang tegap tampak merunduk, rambutnya panjang hingga menutupi sebagian wajah, dagunya penuh dengan cambang, dan seluruh tubuhnya memancarkan aura putus asa.Barulah saat melihatku dan Peggy, sorot matanya kembali hidup. Dia berlari kecil ke arah kami. "Anne, Peggy, akhirnya aku menemukan kalian."Namun, Peggy sama sekali tidak berlari ke arahnya dengan antusias seperti dulu. Sebaliknya, dia justru bersembunyi di belakang Yohanes.Darwin memanggil, "Peggy, ini Papa, Nak."Peggy bahkan enggan melihatnya. Dia justru membantah dengan suara lantang, "Kamu bukan papaku! Papa Yohanes adalah papaku!"Seket
Sepuluh hari kemudian di hari penyerahan karya, aku tidak merilis lukisan seperti yang dijadwalkan. Aku sengaja menundanya satu hari.Pada hari itu juga, kulihat Darwin menggelar konferensi pers. Dia meminta maaf secara terbuka, mengaku bahwa perusahaannya mengalami gangguan internal hingga produk gagal diluncurkan tepat waktu.Tentu saja, semua kerugian akibat penundaan itu sepenuhnya dibebankan pada Lovira.Sore harinya, aku baru saja selesai memanggang biskuit kecil untuk Peggy di dapur, lalu membuka ponselku. Ponselku langsung dibanjiri pesan.Lovira mengamuk.[ AN! Dulu kamu nggak pernah terlambat upload saat sudah buat karya. Kenapa sekarang malah ditunda? Kamu sengaja jebak aku, ya?! ][ Kamu bikin aku kehilangan tunangan, kehilangan pekerjaan. Aku benci kamu sampai mati! ]Kali ini, insting seorang wanita rupanya cukup akurat. Memang benar, aku sengaja melakukannya.Sisanya adalah pesan-pesan dari Darwin. Dengan nada penuh penyesalan, dia menulis.[ Master AN, aku minta maaf ka
"Kalau semua sudah selesai, aku dan Peggy akan ambil piagam dulu, lalu pulang," ucapku santai, seolah semuanya tidak berarti apa-apa.Wajah Darwin yang semula tegang perlahan mereda. Dia menghela napas panjang dan mengangguk."Baiklah. Anne, kamu dan Peggy pulang dulu. Urusan di sini biar aku yang bereskan."Dalam hati, aku hanya bisa tertawa dingin. Benar, aku dan Peggy memang akan pulang. Tapi bukan untuk menunggu dia. Kami akan pulang untuk berkemas dan pergi.Yohanes menyusul di belakang kami. "Biar aku antar kamu dan Peggy pulang."Dulu, aku selalu menolak kebaikan Yohanes. Aku selalu memikirkan perasaan Darwin, menjaga jarak dari semua pria asing. Namun kali ini, aku mengangguk menyetujui.Kalau Darwin saja tidak pernah mengantar aku dan Peggy pulang sekali pun, kenapa aku tidak boleh memilih pria lain yang mau menjemput dan mengantar kami dengan tulus?"Yohanes, terima kasih," kataku.Yohanes tampak sedikit terkejut, seakan tidak percaya aku benar-benar berkata demikian. Sepanja
"Jangan asal ngomong. Pak Darwin itu dikenal adil. Ini semua cuma urusan profesional.""Aku belum pernah lihat yang namanya profesional malah menggendong anak orang lain dan membentak anak kandung sendiri."Mendengar suara bisikan dari orang-orang, wajah Darwin mulai mengernyit.Sementara itu, Yohanes justru tersenyum tipis dan mengeluarkan sebuah kartu memori dari sakunya. "Aku adalah penanggung jawab teknis lomba ini. Di tanganku ada rekaman CCTV yang bisa membuktikan kalau Peggy nggak menjiplak."Melihat Yohanes mengulurkan tangan dengan kartu itu, Candice langsung menyembunyikan diri lebih dalam ke pelukan Darwin.Wajah Lovira langsung berubah, lalu buru-buru mencoba meredam keadaan. "Sebetulnya nggak perlu sampai begini juga. Aku cuma ingin Peggy minta maaf ke Candice, lalu menyerahkan gelar juaranya. Itu saja.""Mimpi!" Aku berdiri di samping Yohanes, lalu mengambil kartu memori itu dari tangannya. "Peggy nggak menjiplak. Aku nggak akan biarkan dia jadi kambing hitam!"Aku meliri
Aku dan Peggy ... tidak akan pernah bisa memaafkanmu lagi.Saat aku masih memikirkan bagaimana caranya membuktikan bahwa Peggy tidak menjiplak, tiba-tiba sebuah suara laki-laki memecah keheningan yang tegang itu."Apa? Menjiplak? Aku bisa buktikan kalau Peggy nggak menjiplak!" Seorang pria berpakaian santai, tetapi tampak gagah berjalan mendekat."Paman Yohanes!" Peggy langsung mengenalinya, dia adalah Yohanes.Yohanes adalah teman SMA-ku. Dulu dia murid kurang mampu, bahkan untuk makan pun sering kesulitan. Aku diam-diam membantunya waktu itu.Setelah dia tahu, dia berjanji suatu hari akan membalas kebaikanku. Sejak lulus, kami lama tidak bertemu. Baru dua tahun terakhir ini aku bertemu dia kembali.Saat tahu aku sudah punya anak, Yohanes sering mengirim mainan kecil atau aksesori cantik untuk Peggy. Di kamar Peggy, hampir tidak ada jejak Darwin, tapi hadiah-hadiah dari Yohanes ada di mana-mana.Jadi, tidak heran bila Peggy bisa langsung mengenalinya.Yang pertama dilakukan Yohanes sa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments