Noha tampak girang ketika melihat gelembung balon sabun yang berterbangan. Tangan kecilnya berusaha menangkap balon sabun. Namun begitu balon berwarna bening itu bisa ditangkapnya, balon pun meletus. Eliza tertawa ketika melihat tingkah lucu Noha. Bayi berwajah tampan itu tidak putus asa. Ia kembali berlari dan menangkap balon yang lain."Lihat nak balonnya nggak pecah." Eliza berhasil mendapatkan satu balon yang hinggap di tangannya. Melihat balon di tangan Eliza Noha kembali kegirangan. Sedangkan si bapak yang menjual pistol gelembung semakin bersemangat menembakkan cairan sabun dari pistolnya. Nathan berdiri tidak jauh dari Eliza. Melihat suara tertawa Noah yang sangat keras serta senyum yang terus saja tercetak di bib iniir Eliza, membuat ia sangat bahagia. Melihat Noha yang sangat suka menangkap gelembung balon, Nathan mendekati si bapak penjual. "Pak, harga pistolnya berapa?" tanya Nathan."25.000 mas," jawab si bapak dengan tersenyum. "Mas, Liza juga mau pistolnya." Eli
Nathan tersenyum ketika naik kereta api Thomas. Tidak ada istimewanya naik kereta api ini. Hanya saja dia mendengar lagu anak-anak seperti balonku ada Lima, naik odong-odong dan masih banyak lagu anak-anak lainnya. Sebenarnya yang dijadikan kereta api adalah mobil pick up yang dimodifikasi sehingga sangat mirip dengan kereta api Thomas seperti di film kartun. Si pemilik kereta api benar-benar kreatif."Senang sekali naik kereta api?" Nathan mencubit pipi putranya dengan gemas. "Iya dong." Eliza sebagai juru bicara Noha langsung menjawab. "Mas besok malam mingguan kita ke sini lagi ya. Oh iya berapa harga pistolnya satu?" Eliza memandang kantong plastik yang saat ini masih dipegang oleh Nathan. "Murah, satunya cuman dua puluh lima ribu," jawab Nathan. "Oh," kata Eliza tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Setelah beberapa kali mengelilingi areal taman, kereta api pun berhenti. Eliza dan Nathan turun dari atas kereta. "Kita pulang lagi nak?" Nathan bertanya sambil mencubit ke
Kiara tidak menghiraukan permasalahan yang dihadapi oleh sang dokter. Sebelum keluar dari ruangan ia merapikan barang-barang sang dokter terlebih dahulu dan juga membersihkan ruang praktek. Setelah itu barulah dia keluar dari ruangan."Permisi Dok." Kiara mengetuk pintu terlebih dahulu dan masuk ke dalam ruangan setelah mendapat persetujuan dari sang dokter. "Jadi kamu tidur di sini?" Rizki memandang suster Kiara. Sebenarnya ia sudah lama tahu kalau Kiara tidur dikamar Yura, namun baru sekarang bertanya. "Iya dok nemani Yura, kasihan soalnya kalau Yura sendirian. Lagian saya di kos-kosan sendiri, suntuk juga Dok. Kalau di sini kan enak mau dinas juga nggak perlu pakai-pakai ongkos ojek. Bisa dibilang biayanya sangat irit." Kiara menjelaskan panjang lebar.Rizky menganggukkan kepalanya dan tidak mempermasalahkan "Apa Yura sudah makan?" Rizky bertanya sambil mengusap kepala Yura. Yura menggelengkan kepalanya. "Yura pengen pizza, om dokter." .Rizky melihat menu yang disediakan rumah
Rizky memandang Yura yang terus saja tersenyum padanya. Entah apa yang sedang dipikirkan gadis kecil ini hingga selalu saja tersenyum."Kenapa senyum?" Tanya Rizky sambil mencubit hidung Yura."Om dokter, kakak Kiara cantik sekali ya." Yura berkata sambil meletakkan jari telunjuknya di dagu."Iya, semua perawat disini cantik-cantik," jawab Rizky."Semua?" Tanya Yura dengan mata melotot."Iya." Rizky menganggukkan kepalanya."Bagaimana dengan suster Maya, apa cantik?" Yura bertanya seakan sedang menguji penglihatan Rizky.Rizky diam sesaat, ia tampak ragu untuk menjawab. Pertanyaan Yuna, bagaikan jebakan yang harus diwaspadai. Meskipun usianya masih 4 tahun, namun Yura sangat cerdas. Terkadang jika berbicara dengannya, seperti sedang berbicara dengan orang besar."Pengecualian." Rizki akhirnya mengambil jalan aman. Yura mengangkat jempolnya pertanda dia setuju dengan pendapat sang dokter. "Tapi tetap aja Suster Kiara yang paling cantik." Yura kembali fokus dengan topik obrolan."Iya,
"Dokter mau? "Kiara mengambil satu potong pizza dan memberikan untuk Rizki. Rizki menganggukkan kepalanya dan mengambil pizza yang diberikan Kiara. Sebenarnya ia tidak tertarik untuk makan pizza, namun melihat Yura dan Kiara makan dengan lahap, Rizky jadi berselera."Apa enak?" Kiara bertanya ketika dokter itu sedang mengunyah pizza di mulutnya.Rizky menganggukkan kepalanya."Saya sudah sangat lama pengen makan pizza, akhirnya kesampaian juga." Kiara tersenyum sambil menikmati pizza di mulutnya. Begitu juga dengan Yura, mulut gadis kecil itu terisi penuh dengan pizza. "Dulu Mama sangat sering memberikan Yura pizza." Yura kembali bersedih ketika mengingat sang mama. Melihat Yura seperti ini membuat Rizki merasa semakin kasihan. Bagaimana jika nanti ia tidak bisa mengadopsi Yura dan gadis kecil itu harus tinggal di yayasan perlindungan anak?Saat ini kondisi psikis Yura, masih belum stabil. Begitu juga dengan kesehatan tubuhnya. Jika Yura diambil yayasan perlindungan anak, bukanlah
Nathan fokus mendengarkan penjelasan dari sang Mami. "Aku akan menikah sama Eliza, jika pesan gaunnya sekarang kira-kira kecepatan nggak mi?" "Dapat," batin Mawar. Akhirnya Nathan masuk kedalam perangkapnya.Mawar memang sedang merancang gaun pengantin untuk Eliza. Mengingat pesta pernikahan putranya yang hanya beberapa bulan lagi. Sesuai harapannya sang putra langsung memesan gaun sesuai dengan gambar yang dibuatnya. "Kamu mau gaun ini untuk Eliza?" Tanya Mawar. "Iya mi, tapi aku mau berliannya berwarna biru, sedangkan gaunnya berwarna putih tulang." "Bisa dong." Dengan cepat Mawar menerima request dari Nathan. "Ini harga gaunnya berapa ya mi?" "Murah banget, apalagi untuk kelas pengusaha sukses seperti kamu." Mawar tersenyum kecil menatap wajah putranya. Mengapa pandangannya mendadak berubah ketika memandang wajah Nathan. Wajah putranya sudah tidak tampan lagi, tapi lebih mirip lembaran uang ratusan ribu. "Berapa mi?" Nathan semakin bersemangat mendengar jawaban dari sang ma
Nathan sudah menghabiskan 3 cup puding yang dimasakkan Eliza. Mau seperti apapun rasa puding itu pasti dia akan memakannya. Apalagi puding buatan Eliza benar-benar enak. Tatapan mata pria itu memandang ke arah Eliza yang baru saja datang bersama dengan Noha. Ibu dan anak itu terlihat kompak dengan piyama tidur berwarna biru, motif Doraemon."Halo, grandpa, grandma, Daddy, om Rizky." Eliza menyapa semuanya dan kemudian duduk di sofa singgel. "Sore juga adk Eliza dan si ganteng Noha," jawab Rizky dengan ramah."Pasti baru bangun," tebak Mawar. "Iya mi, kami baru bangun," jawab Eliza dengan tersenyum. "Sini cucu grandpa." Hermawan mengembangkan tangannya agar Noha mendekat dengannya. Raut wajah pria paruh baya itu tampak kecewa Ketika Noha tidak berjalan mendekat ke arahnya. Bayi laki-laki itu justru mengejar puding yang ada di atas meja. Tangan Hermawan yang sudah terkembang terpaksa diturunkan karena Noha tidak mendekat ke arahnya."Sini Grandma yang suapin." Mawar memegang tang
Rizky sedang sibuk memeriksa bukti kejahatan yang telah dilakukan oleh Indra. Dia juga memeriksa semua bukti-bukti yang sudah disiapkan oleh pengacara Edwin. "Dengan bukti-bukti yang kita berikan ke pihak kepolisian, Saya pastikan saudara Indra akan menjalani hukuman mati." Pengacara Edwin berkata dengan optimis. "Saya ingin dia mendapatkan hukuman yang setimpal. Tapi bagaimana dengan Nita, istri pertama Indra. Apakah benar dia tidak terlibat?" Rizky berkata dengan wajah kesal. Bagaimana mungkin wanita licik itu bisa melepaskan dirinya dari tuduhan melakukan penganiayaan terhadap Yura. "Istri pertamanya tidak terlihat dalam kasus apapun. Semua tindakan kejahatan yang dilakukan Indra sendiri." Pengacara Edwin menjelaskan berdasarkan bukti yang ada.Rizky diam memandang perkataan pengacara Edwin. Jika Nita tidak terlibat dalam kasus apapun, itu artinya wanita itu akan terbebas dari hukum."Setelah menggugat Indra, saya akan fokus dengan aset yang dimiliki Indra. Kita meminta pengadi
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah