Share

Bab 55

Author: Cancer Girl
last update Last Updated: 2025-05-15 22:42:40

Hari pertama Helen bekerja tiba. Matahari belum tinggi saat ia melangkah keluar rumah, mengenakan kemeja biru muda dan celana bahan hitam. Rambutnya diikat ekor kuda rapi, dengan wajah yang dibalut bedak tipis dan bibir yang dipoles sedikit lipstik nude. Ia membawa tas kerja hitam berisi map, pulpen, dan selembar CV yang sudah tak lagi dibutuhkan tapi tetap ia simpan sebagai pengingat perjuangannya.

"Hati-hati, Helen," ucap Loren, ibunya, dari balik pintu.

Helen tersenyum, menoleh sebentar dan melambaikan tangan. "Iya, Bu. Doain Helen ya."

Setelah menumpang ojek online, ia tiba di gedung kantor yang terdiri dari lima lantai. Gedung itu tampak modern dengan kaca bening menghiasi setiap jendelanya. Sebuah papan nama perusahaan "PT. Garuda Mitra Global" berdiri tegak di depan lobi. Helen menarik napas panjang sebelum melangkah masuk.

Di meja resepsionis, ia disambut seorang wanita muda bernama Rani. "Selamat pagi. Bisa saya bantu?"

"Pagi, saya Helen. Hari ini saya mulai kerja sebagai sta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 58

    Setelah kenyang menyantap makan siang di sebuah rumah makan sederhana di Jalan Kenari, Helen melirik jam tangannya. Waktu istirahat masih tersisa dua puluh menit. Ia memutuskan untuk tidak berlama-lama karena tidak ingin menjadi bahan omelan Gudel. Dengan langkah cepat, ia keluar dari rumah makan dan kembali memesan ojek daring. Tidak butuh waktu lama, motornya tiba dan Helen pun segera naik.Di perjalanan kembali ke kantor, Helen tak henti menghela napas. Hari ini baru hari kedua, tapi Gudel sudah membuatnya jengah. Pria itu benar-benar seperti lintah yang lengket, selalu mencoba mencari celah untuk mendekat atau ikut campur dalam urusannya.Setibanya di kantor, Helen melangkah masuk dengan hati-hati. Dia baru saja akan duduk di mejanya ketika suara sarkastik Gudel menyambutnya."Kamu ke mana malah pergi?" tanyanya ketus sambil bersandar di pintu ruangannya.Helen menoleh pelan, menahan diri untuk tidak melemparkan tatapan tajam."Lho, ini kan jam istirahat, Pak. Jadi saya keluar car

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 57

    Setelah pertemuannya dengan Taufik di ruang tamu kantor, Gudel kembali ke ruangannya dengan wajah masam. Ia tak bisa menyembunyikan kekesalannya, meskipun di luar ia berusaha terlihat tenang. Pikirannya masih berputar-putar memikirkan kehadiran Taufik di kantor itu. Ia tidak menyangka pria itu akan muncul di tempatnya bekerja, apalagi membawa dokumen kerja sama dari sebuah perusahaan yang cukup dikenal.Langkah kaki Gudel terdengar berat saat melewati lorong menuju ruangannya. Dan seperti biasanya, sebelum masuk ke ruang pribadinya, ia menyempatkan diri mampir ke meja Helen. Kali ini tanpa mengetuk atau memberi aba-aba, Gudel langsung berdiri di depan meja Helen dan bertanya dengan nada datar."Laporan kamu sudah selesai?"Helen yang sedang mengetik dengan penuh konsentrasi sontak menahan napas sejenak. Ia mengangguk pelan tanpa menoleh. "Sudah saya kirim ke email divisi administrasi, dan sudah dicetak dua rangkap."Gudel mengangkat alis, seolah tak percaya dengan kecepatan kerja Hele

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 56

    Pagi itu suasana kantor Taufik terlihat lebih sibuk dari biasanya. Para staf berlalu lalang membawa berkas-berkas penting, ruangan rapat utama juga sudah dipersiapkan sejak pagi. Taufik, dengan kemeja putih dan dasi abu-abu yang rapi, duduk di ujung meja rapat. Di hadapannya, beberapa rekan kerjanya sudah menyiapkan presentasi.Hari ini adalah hari penting bagi perusahaan yang ia kelola. Setelah beberapa bulan melakukan pendekatan dan pembicaraan informal, akhirnya ada peluang kerja sama dengan sebuah perusahaan swasta yang sedang berkembang cukup pesat di bidang distribusi dan pengelolaan hasil pertanian modern.Seorang pria setengah baya dari divisi pemasaran memberikan berkas kepada Taufik. "Ini dokumen saham yang akan diserahkan, Pak. Perusahaan ini membuka kesempatan kerjasama dan penanaman modal dalam bentuk kemitraan jangka panjang."Taufik membaca dokumen itu dengan seksama, kemudian matanya berhenti pada bagian alamat perusahaan yang akan ia datangi."Jl. Wijaya Kusuma No.17,

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 55

    Hari pertama Helen bekerja tiba. Matahari belum tinggi saat ia melangkah keluar rumah, mengenakan kemeja biru muda dan celana bahan hitam. Rambutnya diikat ekor kuda rapi, dengan wajah yang dibalut bedak tipis dan bibir yang dipoles sedikit lipstik nude. Ia membawa tas kerja hitam berisi map, pulpen, dan selembar CV yang sudah tak lagi dibutuhkan tapi tetap ia simpan sebagai pengingat perjuangannya."Hati-hati, Helen," ucap Loren, ibunya, dari balik pintu.Helen tersenyum, menoleh sebentar dan melambaikan tangan. "Iya, Bu. Doain Helen ya."Setelah menumpang ojek online, ia tiba di gedung kantor yang terdiri dari lima lantai. Gedung itu tampak modern dengan kaca bening menghiasi setiap jendelanya. Sebuah papan nama perusahaan "PT. Garuda Mitra Global" berdiri tegak di depan lobi. Helen menarik napas panjang sebelum melangkah masuk.Di meja resepsionis, ia disambut seorang wanita muda bernama Rani. "Selamat pagi. Bisa saya bantu?""Pagi, saya Helen. Hari ini saya mulai kerja sebagai sta

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 54

    Pagi itu langit tampak cerah, cahaya mentari menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar Helen. Ia sudah bersiap sejak subuh, mengenakan kemeja putih bersih yang dipadu dengan rok sepan hitam selutut. Sepatu hak berwarna coklat yang mengkilap dikenakannya dengan anggun. Rambutnya ia ikat rapi ke belakang, dan di tangan kanannya tergantung sebuah tas mini berwarna coklat muda yang senada dengan sepatunya.Helen menuruni tangga dengan langkah mantap. Di ruang makan, Loren sedang duduk sambil menikmati teh hangat. Saat melihat putrinya datang, matanya menyipit memperhatikan penampilan Helen yang begitu formal."Mau ke mana, Hel? Rapi banget pagi-pagi begini," tanya Loren seraya menaruh cangkirnya."Aku mau coba melamar kerja, Bu. Kemarin aku nemu lowongan yang katanya nggak butuh pengalaman kerja," jawab Helen sambil tersenyum, meski jantungnya berdetak cepat.Loren sedikit terkejut. Ia tahu Helen memang mulai mencari pekerjaan sejak pulang dari liburan wisuda, tapi tak menyangka ana

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 53

    Pagi itu, cahaya matahari masuk dari celah-celah gorden kamar. Udara terasa segar dan tenang, menyiratkan hari yang akan menyenangkan. Ernita membuka matanya perlahan, tersenyum kecil saat menyadari sesuatu. Hari itu Taufik libur dari pekerjaannya di kantor. Tidak hanya itu, kebetulan pula Tia, asisten rumah tangga mereka, sedang pulang kampung untuk menjenguk ibunya yang sakit. Ernita tahu, ini adalah kesempatan sempurna baginya untuk memberi kejutan kecil bagi suaminya.Dengan semangat, Ernita turun dari tempat tidur lebih awal dari biasanya. Ia berjalan ke dapur tanpa membangunkan Taufik yang masih terlelap. Sambil mengenakan apron berwarna pastel yang ia beli beberapa bulan lalu, Ernita mulai menyiapkan bahan-bahan. Hari itu, ia berencana memasak makanan kesukaan Taufik, nasi goreng spesial dengan telur mata sapi, ayam goreng kremes, dan jus jeruk segar. Semua dibuat dengan penuh cinta.Ernita sibuk di dapur, mengiris bawang, memotong ayam, dan memasak nasi goreng dengan bumbu rac

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 52

    Matahari pagi menyinari halaman rumah Loren dengan lembut, membuat dedaunan tampak segar setelah semalam disiram embun. Pagi itu, sebuah mobil travel berhenti tepat di depan pagar rumah besar yang terletak di sudut kompleks elit itu. Dari dalam mobil, Helen turun dengan membawa dua koper besarnya. Raut wajahnya terlihat kelelahan, namun tetap cantik dengan balutan senyum tipis yang ia paksakan."Akhirnya sampai juga," gumamnya pelan, menarik napas panjang sebelum melangkah masuk ke halaman rumah.Pintu rumah terbuka sebelum ia sempat mengetuk. Loren sudah berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh senyum. "Anakku sudah pulang," ucapnya lembut.Helen tersenyum kecil, lalu memeluk ibunya sebentar. "Iya, Bu. Capek banget, tapi seru."Mereka masuk ke dalam rumah, dan suasana hangat langsung menyelimuti. Loren meminta salah satu pembantu rumah tangga untuk membawakan koper Helen ke kamar. Di ruang tamu, Helen duduk sambil menikmati segelas jus jeruk yang sudah disiapkan. Matanya menyapu se

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 51

    Pagi itu mentari menyapa dengan hangatnya, menyinari halaman vila tempat Helen dan ketiga temannya menginap. Suara burung berkicau bersahutan, berpadu dengan aroma laut yang terbawa angin. Helen bangun paling duluan. Ia membuka pintu balkon kamarnya, membiarkan angin laut menyentuh wajahnya dan membangkitkan semangat pagi."Bangun! Hari ini kita ke pantai!" serunya sambil mengetuk kamar Glena dan Weni, lalu melangkah ke dapur.Rose yang rupanya juga sudah bangun, sedang menyiapkan sarapan sederhana berupa roti panggang dan telur dadar. "Kau semangat banget, Len. Padahal semalam kamu yang paling cepat tidur."Helen terkekeh. "Karena aku tahu hari ini pasti menyenangkan. Aku suka suasana pantai."Setelah sarapan, mereka berganti pakaian santai. Helen mengenakan kemeja putih longgar dan celana pendek, topi jerami menghiasi kepalanya. Glena dan Weni memakai dress kasual, sedangkan Rose lebih memilih kaus oblong dan celana bahan. Mereka membawa tas kecil berisi tabir surya, air mineral, da

  • Menjadi Ibu Susu untuk Bayi Kembar Sang Presdir   Bab 50

    Malam mulai turun saat Helen kembali ke vila yang disewanya bersama tiga sahabatnya: Glena, Rose, dan Weni. Udara dingin dari kota pegunungan itu menyergapnya begitu ia melangkah melewati gerbang vila. Lampu-lampu taman kecil di halaman depan sudah menyala, memberikan kesan hangat meski angin malam berembus pelan."Hel, kamu ke mana aja sih? Lama banget!" seru Rose sambil berdiri dari sofa panjang di ruang tengah vila."Eh, aku, tadi sempat mampir ke rumah Kak Taufik," jawab Helen sambil melepas jaket dan duduk di sebelah Glena.Glena menoleh, matanya berbinar penasaran. "Kak kamu yang ketemu di mall itu? Jadi dia beneran tinggal di kota ini?"Helen mengangguk pelan. "Iya. Aku sempat ngobrol sebentar sama dia. Tapi, ya begitu deh.""Begitu gimana?" tanya Glena sambil menyodorkan segelas teh hangat ke Helen.Helen mengambil teh itu dan menghela napas. "Aku ketemu juga sama istrinya. Ernita."Rose dan Glena saling pandang, lalu duduk merapat. "Terus, kamu gimana? Kok wajahmu kayak nggak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status