Chapter: Bab 49Keesokan harinya, mentari belum sepenuhnya turun saat suara motor matic berhenti tepat di depan rumah Taufik. Ernita yang sedang menyiram bunga di pekarangan kecil rumah itu menoleh ke arah pagar. Di balik helm berwarna ungu metalik, ia mengenali wajah manis yang turun dari motor itu, Helen.Seketika senyum Ernita mengembang, namun hanya sebentar. Hatinya diliputi rasa was-was. Ia tahu, hubungan mereka dulu tidak sehangat adik dan kakak ipar. Meski Helen tidak pernah terang-terangan menolak kehadirannya, Ernita merasa Helen menyimpan rasa tak suka yang rapi tersembunyi di balik sikap sopannya."Helen?" sapa Ernita ramah.Helen melepas helmnya dan tersenyum sekilas. "Sore, Mbak," jawabnya singkat.Dari dalam rumah, suara pintu terbuka terdengar. Taufik muncul dari ruang tengah. "Helen? Wah, akhirnya kamu datang juga!" seru pria itu sambil mendekat dan langsung memeluk adiknya dengan hangat."Maaf baru bisa mampir sekarang, Kak," ujar Helen sambil tersenyum kecil."Ayo masuk, ayo! Kebet
Last Updated: 2025-05-07
Chapter: Bab 48Mentari pagi mengintip malu-malu dari balik tirai langit. Di kediaman Loren, suasana tampak lebih sibuk dari biasanya. Helen, putri Loren satu-satunya, terlihat anggun dalam balutan gaun wisuda berwarna krem lembut. Rambutnya ditata rapi, dan riasan wajahnya menambah pesona elegan yang tak berlebihan. Hari itu adalah hari istimewa baginya, hari kelulusannya.Loren menatap putrinya dari ambang pintu kamar dengan perasaan haru. Meski sibuk dengan urusan pribadinya selama beberapa bulan terakhir, Loren tetap menyimpan rasa bangga kepada Helen. Namun, pagi itu ia memilih tidak mengungkapkan banyak kata, hanya menepuk bahu Helen dan mengucapkan, "Selamat, Nak. Jadilah perempuan kuat dan mandiri."Helen hanya mengangguk sambil tersenyum. "Terima kasih, Bu."Setelah acara wisuda di kampus selesai, Helen dan ketiga sahabatnya, Glena, Weni, dan Rose sudah merencanakan untuk merayakannya di luar kota. Mereka memesan vila dengan pemandangan pegunungan yang menenangkan, sebuah tempat sempurna unt
Last Updated: 2025-05-06
Chapter: Bab 47Malam telah larut, dan udara di luar mulai menghembuskan angin dingin yang menembus hingga ke tulang. Gudel menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju sebuah tempat yang selama ini menjadi pelariannya, sebuah klub malam yang berdiri mewah di tengah kota. Musik yang memekakkan telinga, lampu yang berkelap-kelip, dan minuman yang mengalir tanpa henti, semua itu biasanya cukup untuk membuat pikirannya sedikit tenang.Saat memasuki klub, tubuhnya disambut dentuman musik EDM yang menggema di seluruh ruangan. Gudel berjalan melewati kerumunan orang yang berjoget, lalu duduk di bar dan memesan minuman favoritnya. Ia mengambil gelas itu dan menyesapnya perlahan. Matanya menerawang ke lantai dansa, menyapu ruangan yang penuh oleh pengunjung malam itu.Namun kemudian, matanya terpaku pada sosok yang tak asing. Seorang wanita berdiri tak jauh dari sana, mengenakan gaun hitam elegan yang kontras dengan lampu kelap-kelip di sekitarnya. Rambutnya panjang, dibiarkan tergerai, dan wajahnya tampak di
Last Updated: 2025-05-06
Chapter: Bab 46Pagi itu, matahari bersinar cerah menerpa kawasan elit di pusat kota. Restoran mewah 'La Vina' baru saja membuka pintunya untuk tamu sarapan eksklusif. Dari dalam bangunan bergaya modern itu, Gudel melangkah keluar dengan langkah angkuh, mengenakan jas abu-abu muda dan kacamata hitam, menyalakan rokoknya di bibir trotoar sambil mengecek ponsel.Namun langkahnya terhenti saat melihat sosok perempuan berpakaian rapi namun sederhana mendekat dari arah seberang jalan."Hesti?" gumam Gudel pelan, nyaris tak percaya.Hesti juga tampak terkejut, namun tak menunjukkan senyum ataupun keramahan. Ia berdiri tegak di hadapan pria yang dulu pernah ia cintai, dan kini hanya menyisakan getir di hatinya."Gudel," ujar Hesti datar. "Sudah lama kau tak terlihat. Rupanya kau masih bisa hidup enak ya setelah semua kekacauan yang kau tinggalkan."Gudel mendecih, meniupkan asap rokok ke samping. "Jangan mulai drama pagi-pagi, Hesti. Aku sedang tidak ingin berurusan dengan masa lalu."Hesti menyilangkan tan
Last Updated: 2025-05-06
Chapter: Bab 45Hari itu suasana di sebuah ruangan rapat kecil di sebuah kafe eksklusif terasa tegang. Di balik jendela besar yang menghadap taman, empat orang duduk saling berhadapan. Loren, dengan penampilannya yang anggun dan dingin, duduk berdampingan dengan Pak Bram, seorang pensiunan jaksa yang kini menjadi penasihat hukumnya. Di seberang mereka, Gudel tampak gelisah, sementara di sampingnya duduk Hendra, pengacaranya yang masih muda namun terkenal agresif.Loren membuka pembicaraan dengan suara yang tenang namun tegas. "Saya rasa kita semua sudah cukup paham duduk perkaranya. Tapi saya ingin mendengarnya langsung dari Anda, Gudel. Apa sebenarnya tujuan Anda sampai harus melibatkan hukum untuk menjatuhkan anak saya?"Gudel menahan napas, melirik pada Hendra. Pengacara itu mengangguk pelan, memberi isyarat agar ia menjawab dengan hati-hati."Saya hanya ingin keadilan, Bu. Taufik telah mempermalukan saya. Dia menjauhkan Ernita dari saya. Itu tidak bisa saya terima begitu saja."Loren mengangkat a
Last Updated: 2025-05-06
Chapter: Bab 44Pagi itu cuaca di Jakarta sedikit mendung. Di dalam rumah bergaya kolonial yang berdiri megah di kawasan elit, Loren duduk di ruang kerjanya. Di hadapannya terbuka beberapa berkas hukum dan catatan kecil yang ditulis tangan. Matanya menatap lurus ke selembar kertas yang memuat profil Gudel. Wajahnya kaku, ekspresinya datar, tapi sorot matanya tajam dan penuh perhitungan."Jadi kau mau menjatuhkan anakku dengan jalur hukum, Gudel? Baiklah, permainan dimulai sekarang," gumam Loren pelan.Ia mengangkat ponsel dan menghubungi seseorang. Beberapa detik kemudian sambungan tersambung."Halo, Pak Bram. Ini saya, Loren. Saya butuh bantuan Anda. Ya, soal kasus yang melibatkan anak saya. Kita harus bicarakan strategi menghadapi pengacara Gudel. Bisa ke rumah saya siang ini?"Selesai menelepon, Loren bangkit dan berjalan ke rak buku tua di sisi kanan ruangan. Di antara buku-buku lama, ia menarik satu map kuning kusam. Di dalamnya tersimpan salinan dokumen lama milik Gudel, catatan transaksi, sali
Last Updated: 2025-05-05
Chapter: Akhirnya... (End)Hari demi hari, Rochman mendampingi Puput menjalani kehamilan pertamanya dengan bahagia. Ibunda Rochman dan orang-orang di sekeliling menghujaninya dengan berbagai macam perhatian.Bahkan Rochman kini sudah tak berani menyentuh Puput setiap malam, meskipun dokter memperbolehkan hal itu, di masa kehamilan tua.Dan hari yang dinantikan pun tiba ... suatu malam, Puput merasakan dorongan yang kuat dari dalam perutnya. 'Duh, sakit sekali,' batinnya.Puput bahkan tak sanggup untuk berjalan lagi. Dia hanya membungkukkan badannya, bertumpu pada ranjang sambil meringis menikmati rasanya kontraksi.Rochman yang mengetahui hal itu benar-benar panik, tak henti-hentinya dia mengusap punggung istrinya sambil sesekali mengusap keringat di dahinya."Sepertinya, kamu sudah mau melahirkan, sayang," kata Rochman."Iya nih, Mas, sakit sekali, tidak kuat aku." keluh Puput.Rochman bertambah panik, dia menemui sang ibu di dalam kamarnya, dan menceritakan apa yang dirasakan oleh istrinya."Kalau begitu, ayo
Last Updated: 2023-12-05
Chapter: Sesuatu yang TumbuhSatu minggu kemudian, Rochman mengajak sang ibu ke rumah Puput untuk melamar wanita tersebut."Put, apa kamu mau menerima Rochman di hati kamu?"Puput tersipu, dia menatap lekat ke arah Ibunda Rochman. "I-iya, Bu, saya mau."Ibunda Rochman tersenyum ramah, "terimakasih, ibu titip anak ibu ya, semoga kalian selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, setelah menikah nanti.""Amin," lirih Puput.Kemudian Ibunda Rochman memakaikan cincin di jari manis Puput. Seketika Puput terharu, netranya tampak berkabut. Kemudian Puput memeluk Ibunda Rochman penuh haru."Jadi, satu minggu lagi kalian akan menikah?" tanya Ibunda Rochman kepada Rochman, wanita itu kembali memastikan rencana anaknya."Iya, Ma, dan aku sudah mantap," sahut Rochman antusias."Ibu pesan, jaga Puput baik-baik," kata Ibunda Rochman."Pasti, Bu," angguk Puput.Lama mereka berbincang, Rochman dan ibunya pun pamit undur diri. Mereka akan kembali ke rumahnya untuk mempersiapkan segala sesuatunya.Kini Ibunda Rochman berada di rum
Last Updated: 2023-12-05
Chapter: Kemesraan Dua InsanRochman menghirup aroma wangi dari tubuh Puput, membuat bagian bawah Rochman menegang. Perlahan Puput menjauhkan kembali wajahnya. Niat hati ingin menggoda Puput, namun justru dia sendiri yang terpancing.Rochman pun berjalan ke arah kulkas, dia membuka lemari pendingin itu, kemudian kembali mengambil air mineral dan berjalan lagi melewati Puput. "Pokoknya kamu jangan pulang dulu."Kemudian Rochman berjalan masuk ke dalam kamarnya, dia ingin menetralkan hati dan sesuatu yang menggelora itu.Sementara Puput bernapas lega, dia pun memegangi dadanya, merasakan detak jantungnya semakin kencang. 'Duh, kenapa aku seperti ini?' batinnya. Wanita itu benar-benar tak habis pikir mengenai tubuhnya.Tak lama Rochman keluar lagi menghampiri Puput. Tanpa aba-aba, pria itu langsung mendaratkan sebuah kecupan pada bibir Puput membuat wanita berstatus janda itu terbelalak.Namun Puput tak kuasa melawan Rochman, dan terjadilah pagut memagut dari kedua bibir itu. Lama mereka berdua berpagutan, akhirnya P
Last Updated: 2023-12-05
Chapter: Cerita CintaKedua insan itu, kini saling meluapkan rasa cinta pada diri mereka masing-masing. Kini, tak ada lagi rasa ragu dan malu pada diri Puput, dia justru merasa nyaman dalam dekapan Rochman.Perlahan, Rochman melepaskan pelukannya kemudian kedua tangannya menangkup kedua sisi wajah Puput. Manik mata Rochman menelisik wajah Puput. Perlahan bibir Rochman mendekat.Namun seketika itu juga, Puput segera menjauhkan wajahnya. "Mas, ini di luar rumah, tidak enak kalau ada yang lihat."Rochman pun segera melepaskan tangan yang melekat pada wajah Puput."Ya sudah aku pulang dulu. Sudah malam," pamit Puput."Tunggu sebentar, jadi kamu mau menerima lamaranku?" harap Rochman.Puput pun membalikkan badan, dan berjalan menjauhi Rochman sambil bergumam ...."Tidak dalam waktu dekat ini, tadi itu aku hanya bilang, kalau aku cinta sama kamu."Rochman menepuk keningnya, kemudian menggelengkan kepala, merasa konyol dengan tingkah Puput. "Dia habis mimpi apa, sih?"****Keesokan hari, Puput bangun lebih awal.
Last Updated: 2023-12-05
Chapter: Cinta tapi Malu"Hehe, ya sudah ayo." Rochman dan Puput pun segera kembali ke kantor.****Malam hari tiba, Rochman saat itu masih menonton televisi di ruang tengah. Saat itu dia tengah berada di rumah ibunya."Kamu belum tidur?" tanya Ibunda Rochman menghampiri anaknya dan duduk di sebelahnya."Belum ngantuk, Ma," ujar Rochman."Jangan tidur terlalu larut, tidak baik untuk kesehatan," pesan Ibunda Rochman."Iya, Ma." Rochman mengangguk."Oh ya, Ma, Loli sekarang dipenjara," kata Rochman.Ibunda Rochman terkesiap mendengar penuturan anaknya. "Jadi dia sudah ketangkap?""Sudah," jawab Rochman singkat."Ya sudah tidak perlu diungkit lagi, biarkan dia menerima balasan yang setimpal," kata Ibunda Rochman."Iya, Ma." Lagi-lagi Rochman hanya mengangguk."Terus, gimana hubungan kamu dengan Puput?" tanya Ibunda Rochman lagi"Aku belum bisa cerita sekarang, Ma. Mama doakan saja semoga bisa lanjut ke jenjang yang lebih serius," tutur Rochman. Dia tidan ingin berbicara lebih detail mengenai Puput yang belum sah
Last Updated: 2023-12-05
Chapter: Mengunjungi MusuhPuput terkesiap, dia segera beranjak dari tempat duduknya, dan bergegas menuju kamar mandi. Beberapa saat kemudian, wanita itu telah berpenampilan rapi.Rochman tersenyum melihat Puput, "sekarang, giliran saya mandi," ujarnya kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk melaksanakan ritual mandinya.Selesai mandi, Rochman mengajak Puput ke suatu tempat. Dia mengendarai mobilnya."Kita mau ke mana, Mas?" tanya Puput heran."Kita cari makan," sahut Rochman berdalih."Tapi, kita kan baru saja makan." Puput mengerutkan keningnya."Iya, tapi saya lapar lagi. Tidak tahu kenapa, saya lihat kamu bawaannya lapar terus, hehe." Rochman pun terkekeh.Puput menggelengkan kepalanya, merasa konyol dengan tingkah Rochman.Kini mereka sampai sebuah tempat, seketika Puput merasa aneh mengapa Rochman membawanya ke sebuah penjara."Lho, ini kan penjara, Mas?""Yang bilang toilet umum siapa?" kelakar Rochman kemudian mengajak Puput turun.Mereka berdua masuk ke dalam, dan disambut oleh seorang polisi. Rochm
Last Updated: 2023-12-05

Bayangan Kelam
Anisa adalah seorang wanita muda yang pernah memiliki segalanya. Karir yang cemerlang, kekasih yang penuh kasih, dan masa depan yang tampak cerah. Namun, dalam hitungan minggu, semuanya runtuh. Kekasihnya, Reza, meninggalkannya tanpa alasan yang jelas, dan karirnya hancur seiring dengan hilangnya kontrak besar yang selama ini menjadi kebanggaannya. Terpuruk dalam keputusasaan dan kesendirian, Anisa merasa hidupnya telah mencapai titik terendah.
Di tengah kegelapan dan kesedihannya, Anisa bertemu dengan seorang pria misterius bernama Arya. Arya muncul dalam hidupnya tanpa peringatan, membawa serta aura kelam yang tidak bisa Anisa abaikan. Meskipun terkesan menakutkan, ada sesuatu tentang Arya yang membuat Anisa merasa tertarik. Sebuah daya tarik yang sulit ia pahami, namun tidak bisa ia lawan.
Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka berkembang menjadi sesuatu yang lebih dalam dan intens, tetapi juga semakin berbahaya. Arya memiliki rahasia-rahasia gelap yang perlahan mulai terungkap, menarik Anisa ke dalam jaringan manipulasi, ketergantungan, dan perasaan terperangkap yang semakin sulit untuk ia hindari.
Anisa kini terjebak di antara keinginannya untuk menemukan cinta yang ia dambakan dan kenyataan pahit yang dihadapi. Di dalam cinta yang berbalut kegelapan ini, Anisa harus memilih antara melarikan diri dan menyelamatkan diri dari bayang-bayang kelam Arya, atau tetap terjerat dalam hubungan yang berpotensi menghancurkannya.
Read
Chapter: Bab 116 (tamat)Hari yang dinanti-nantikan akhirnya tiba. Anisa berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun pengantin putih yang indah. Semua perhiasan yang dipilihnya dengan hati-hati kini menghiasi tubuhnya, memantulkan cahaya dari lampu yang menyinari ruang rias. Meskipun begitu, perasaan Anisa campur aduk. Ada kegembiraan, ada rasa takut, namun yang paling terasa adalah kekosongan yang mendalam. Rasanya, semuanya seperti sebuah mimpi, dan Anisa tidak tahu apakah dia siap atau tidak untuk melangkah lebih jauh dalam hidupnya.Di luar, para tamu undangan sudah mulai berdatangan, menyapa satu sama lain dengan tawa dan senyum. Suasana di gedung itu penuh dengan kegembiraan. Tidak hanya keluarga dan teman-teman Anisa yang hadir, tetapi juga sejumlah rekan kerja Adrian, termasuk Malik yang telah lama menjadi sahabat Adrian, serta Roy, yang meskipun menjadi bagian dari masa lalu Anisa, masih datang untuk memberi selamat.Namun meskipun semua tamu sudah hadir dan gedung sudah penuh dengan orang-orang,
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Bab 115Hari-hari berlalu setelah lamaran Adrian yang penuh harapan. Anisa mencoba untuk menyibukkan dirinya, berusaha menenangkan pikirannya yang terus dipenuhi oleh perasaan bingung. Namun meskipun dia berusaha mengalihkan perhatian, bayangan Adrian tak bisa hilang begitu saja. Keberadaan pria itu yang tulus, yang tanpa henti berusaha mendekatkan diri, seolah menjadi cahaya yang sulit ia hindari.Anisa menundukkan kepalanya saat bekerja di restoran. Pelanggan datang dan pergi, namun hatinya masih terjebak pada satu hal. Adrian. Meski sudah berulang kali berkata pada dirinya sendiri bahwa ia butuh waktu, ia tahu bahwa perasaannya kepada Adrian tidak semudah itu dilupakan. Perasaan hangat yang diberikan Adrian saat bersama, ketulusan yang ada di mata pria itu, semuanya terasa begitu nyata.Setiap kali Adrian datang menemuinya di restoran, ia tidak bisa menahan senyumnya. Meskipun hanya sesederhana menyapa atau mengobrol ringan di sela-sela kesibukannya, itu cukup membuat hatinya merasa lebih
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Bab 114Malam itu, udara terasa lebih hangat dari biasanya. Anisa baru saja selesai bekerja dan sedang merapikan meja ketika seorang pelayan mendekatinya dengan wajah ceria.“Anisa, kau dipanggil ke halaman belakang restoran,” kata pelayan itu sambil tersenyum penuh arti.Anisa mengerutkan kening. “Siapa yang memanggilku?”Pelayan itu hanya tersenyum misterius sebelum berlalu.Dengan rasa penasaran, Anisa melepas celemeknya dan berjalan menuju halaman belakang restoran. Begitu ia membuka pintu, matanya langsung membelalak.Lampu-lampu kecil tergantung di antara pepohonan, menciptakan suasana hangat dan romantis. Di tengah halaman, sebuah meja kecil dengan dua kursi sudah tertata rapi, lengkap dengan lilin yang menyala lembut.Dan di sana, berdiri seseorang yang sangat dikenalnya.Adrian.Pria itu mengenakan kemeja putih dengan lengan yang tergulung hingga siku. Wajahnya tampak sedikit tegang, tetapi matanya tetap memancarkan ketulusan yang selalu membuat Anisa merasa nyaman.“Adrian, apa ini?
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Bab 113Setelah semua luka yang Anisa alami, ia akhirnya mulai menemukan sedikit ketenangan dalam hidupnya. Pekerjaannya di restoran asing membuatnya sibuk, dan ia menikmati rutinitas baru tanpa harus memikirkan masa lalunya yang kelam.Di tempat kerja, ia bertemu dengan Adrian, seorang kepala koki yang memiliki kepribadian hangat dan perhatian. Awalnya, Anisa tidak terlalu memedulikan kehadiran pria itu. Namun, seiring berjalannya waktu, perhatian kecil yang diberikan Adrian membuat Anisa perlahan membuka hatinya.Adrian selalu memastikan bahwa Anisa tidak bekerja terlalu keras. Ia sering meninggalkan secangkir teh hangat di meja Anisa ketika gadis itu terlihat kelelahan. Kadang-kadang, ia juga menyelipkan cokelat di loker Anisa dengan catatan kecil bertuliskan:“Jangan terlalu serius bekerja. Hidup juga butuh sedikit manis-manis.”Anisa tidak bisa memungkiri bahwa sikap Adrian membuatnya merasa nyaman. Tidak ada paksaan, tidak ada kebohongan, hanya ketulusan.Suatu malam, setelah restoran t
Last Updated: 2025-02-03
Chapter: Bab 112Anisa menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya di cermin apartemen kecilnya. Sudah beberapa minggu sejak ia mulai mengenal Adrian, dan harus diakui, pria itu membawa warna baru dalam hidupnya. Tidak ada kesan terburu-buru atau tekanan dalam hubungan mereka. Adrian tidak pernah memaksanya untuk bercerita tentang masa lalunya, dan itu membuat Anisa merasa nyaman.Ia merapikan rambutnya lalu mengambil tas kecil sebelum keluar dari apartemen. Hari ini adalah hari liburnya, dan ia memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman kota. Tidak ada tujuan khusus, hanya ingin menikmati udara segar dan menenangkan pikirannya.Saat sampai di taman, ia memilih duduk di bangku dekat air mancur. Beberapa anak kecil berlarian, bermain bola, sementara pasangan muda duduk berdua di bawah pohon rindang. Anisa mengamati mereka dengan tatapan kosong, bertanya-tanya apakah ia masih bisa merasakan kebahagiaan seperti itu.“Sendirian lagi?”Suara itu membuatnya tersentak. Ia menoleh dan melihat Adrian be
Last Updated: 2025-02-02
Chapter: Bab 111Anisa duduk di tepi tempat tidurnya, menatap langit-langit kamar apartemennya yang sederhana. Setelah pertemuan dengan Roy tadi malam, ia merasa lega, tetapi juga ada sedikit perasaan hampa yang sulit ia jelaskan. Mungkin karena ini pertama kalinya ia benar-benar menutup pintu bagi seseorang yang pernah mengisi hatinya, meskipun kenyataannya pahit.Hari ini, Anisa berencana untuk menghabiskan waktu sendiri. Ia ingin pergi ke tepi pantai yang tidak terlalu jauh dari kota, hanya sekitar satu jam perjalanan dengan bus. Ia butuh udara segar, butuh ketenangan yang hanya bisa ia temukan saat mendengar suara ombak dan angin laut.Setelah bersiap-siap, ia mengenakan dress berwarna krem dan membawa tas kecil berisi buku dan air minum. Anisa selalu merasa nyaman dengan membaca, seolah-olah dunia dalam buku bisa membantunya melupakan kenyataan yang kadang terlalu menyakitkan.Saat tiba di halte bus, ia duduk sambil menunggu kendaraan yang akan membawanya ke pantai. Cuaca hari ini cukup cerah, de
Last Updated: 2025-02-02