Di Balik Senyum Palsu

Di Balik Senyum Palsu

last updateLast Updated : 2025-10-07
By:  KasihrinduUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
62views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Devita seorang wanita cantik dan baik hati, rela melepas karirnya demi menikah dengan pria tampan bernama Arman. Namum pernikahan mereka tidak berjalan mulus. Arman yang tampaknya sempurna di mata orang lain, ternyata memiliki sifat egois dan tidak pengertian terhadap kebutuhan dan perasaan Devita. Selain itu Devita juga harus menghadapi ipar-iparnya, Rima dan Nadin yang tidak menyukainya dan selalu mencari cara untuk menyakitinya.

View More

Chapter 1

bab 1 MARI BERCERAI MAS

Krek, terdengar suara pintu ruang tamu di buka. Devita yang tengah sibuk dengan pekerjaan dapur spontan menoleh ke arah suara. Terlihat Arman masuk ke dalam rumah setelah menutup pintu. Raut wajah Arman terlihat lelah dan lesu.

Devita mematikan kompor lalu berjalan untuk menghampiri suaminya. Seperti biasa Devita tersenyum, mengulurkan tangan ke arah Arman untuk menyambutnya. Setelahnya mengambil tas slempang berwana hitam dari pundak Arman.

"Lelah ya mas? sebentar, aku buatkan minum dulu," ucap Devita langsung berlalu menuju dapur. Sedangkan Arman melangkah ke arah kursi berwana coklat tua yang tersusun rapi di ruang tamu. Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari menghembuskan napas panjang. Matanya tertuju pada satu titik di atas meja. Terlihat genangan air di sebelah cangkir plastik berwarna biru muda.

"Astaga, apa saja yang di lakukan vita di rumah," gumam Arman. Lagi lagi dia menghembuskan napas panjangnya. Arman berasal dari keluarga broken home. Ayahnya penganut patriarki, di mana seorang laki laki memiliki kekuasaan dan dominasi atas perempuan. Terutama pada wanita yang sudah di nikahi nya. Arman selalu berpikir jika dirinya hanya perlu bekerja kemudian mendapatkan pelayanan yang sempurna dari istrinya, urusan rumah dan anak semuanya tugas istri. Dari awal menikah Arman sama sekali tidak pernah membantu istrinya untuk urusan rumah, bahkan membantu menemani anaknya bermain saja bisa di bilang sangat jarang.

"Ini mas minumannya," ucap Devita sembari meletakkan cangkir berisi teh manis hangat ke atas meja. Devita tidak lupa melemparkan senyum ke arah suaminya.

Devita melangkahkan kaki berniat untuk melanjutkan pekerjaaan di dapur, namun Arman menghentikan langkahnya.

"Tunggu!"

"Iya mas, mas Arman butuh apa lagi, biar aku ambilkan." ucap Devita sembari tersenyum.

"Kamu di rumah hanya malas malasan kan?" Arman meraih cangkir yang ada di atas meja untuk meminumnya.

"Apa mas?" senyum manis Devita seketika sirna saat mendapatkan pertanyaan yang menusuk dari suaminya.

"Itu, kenapa berantakan seperti itu. Belum yang di sana, mainan berantakan di mana mana. Sudah macam kaya kapal pecah saja," gerutu Arman. Kini dia meletakkan cangkir ke atas meja kembali.

"Kenapa ini tehnya panas sekali?" Arman kembali menggerutu, padahal Devita belum sempat membela diri kenapa rumahnya berantakan.

"Maaf mas, minumnya biar aku ganti," Devita berjalan ke arah meja untuk mengambil cangkir.

"Tidak usah. Tidak jadi minum, mas mau mandi saja. Cepat kamu bereskan semua yang berantakan itu, mas pusing melihatnya," ucap Arman kemudian berlalu meninggalkan Devita yang masih berdiri di ruang tamu.

"Aku istrimu mas bukan pembantu yang bisa kamu suruh suruh seenaknya begitu. Kalau kamu pusing bantuin donk. Pegang anak aja ngak mau, mau enaknya aja kamu," rasanya hati Devita ingin sekali berteriak seperti tadi. Tapi dia masih menahan diri mengingat anaknya yang belum lama tidur. Devita takut akan menimbulkan pertengkaran, lalu anaknya terbangun ujung-ujungnya Devita juga yang akan repot.

Devita duduk di sudut kursi ruang tamu. Alih-alih melakukan apa yang di perintahkan oleh Arman, Devita justru duduk santai sambil menikmati teh hangat yang tadi dia buatkan untuk suaminya. Sore itu, dIa bermaksud santai sejenak untuk melepas lelah setelah seharian bergelut dengan pekerjaan rumah yang tidak akan ada habisnya. Namun Devita merasa sakit hati setelah tadi di tuduh Arman hanya berleha-leha di rumah. Untuk itu dia berniat mengabulkan tuduhan Arman tadi.

Setelah meminum habis teh buatannya, Devita beranjak dari duduknya. Dia masuk ke dalam kamar setelah meletakkan cangkir ke wastafel. Sedangkan cangkir warna biru muda bekas anaknya minum, beserta tumpahan air minum yang ada di meja ruang tamu ia biarkan begitu saja. Devita mengambil ponsel kemudian rebahan di samping anaknya yang masih tertidur pulas.

"Astaga Vitaaaaaaa," teriakan Arman menggema di dalam rumah. Matanya menyapu ke seluruh ruangan yang masih terlihat berantakan.

"Apa sih mas," jawab Vita masih dengan suara yang terdengar tenang dan juga pelan. Tangannya menepuk-nepuk lembut dada Zidan yang sempat membuka mata karena kaget mendengar suara teriakan ayahnya.

Arman berjalan penuh Amarah ke arah Devita. Tiba tiba dia meraih lengan Devita, menyeretnya dengan kasar ke ruang tengah.

"Kenapa masih berantakan? Cepat bersihkan! Malah enak enakan rebahan," ucap Arman dengan mata melotot. Sementara tangan Arman masih mencengkeram tangan Devita dengan erat.

"Ahhhh. sakit mas," ucap Devita meringis kesakitan sembari mencoba melepaskan genggaman tangan suaminya.

"Aku lelah pulang kerja. Lihat rumah seperti kapal pecah, lihat kamu berantakan. Yaampun kepalaku yang pusing karena mikirin.........," Arman tiba tiba berhenti bicara lalu melepaskan genggaman tangannya, dia menatap wajah Devita lekat.

"Mikirin apa mas? kamu cuma bisa mikirin diri sendiri. Apa kamu pernah mikirin aku sama anakmu. Dia ingin bermain sama kamu tapi kamu sibuk pegang ponsel saat di rumah. Aku juga capek ngurusin anak sama rumah tapi kamu nggak pernah kan mikirin itu? kamu cuma bisa marah-marah saat pulang kerja lihat rumah berantakan" akhirnya Devita lepas kendali. Dia mengutarakan semua yang mengganjal hatinya selama ini dengan bersuara keras.

Plakkkkkkkkk

"Berani sekali kamu berteriak pada suamimu," tangan Arman melayang di pipi Devita.

Sembari memegang pipi bekas tamparan suaminya, Devita menatap dengan tatapan tidak percaya. Air matanya seketika memaksa keluar. DIa seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja di lakukan Arman padanya. Baru kali ini dia diperlakukan kasar oleh Arman hanya karena menuntut hak agar lebih di perhatikan. Tidak hanya pipinya yang terasa perih namun hati Devita jauh lebih terasa perih. Padahal Devita sudah berusaha keras menjadi seorang istri dan ibu yang baik dengan melepaskan karirnya.

"Mas, aku mau pisah. Mari kita bercerai," ucap Devita setelah sejenak terdiam.

Devita langsung berlari ke kamar, menutup pintu lalu menguncinya. Devita duduk memeluk kedua lututnya, punggungnya bersandar ke pintu. DIa menangis tersedu-sedu merasakan sakit di hatinya . Sesekali melihat ke arah Zidan yang masih tertidur lelap. Devita tidak ingin jika anaknya melihat dirinya yang sedang rapuh.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status