Share

Dibalik Kesepian

Penulis: NHOVIE EN
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-04 10:11:33
Hari-hari Rania di Lembang terasa penuh warna. Setiap pagi, ia bangun dengan semangat baru, menyusun bunga-bunga segar, merangkai buket yang memancarkan keindahan, dan berinteraksi dengan pelanggan yang ramah. Rutinitas ini menjadi semacam terapi bagi Rania. Perlahan, ia mulai menemukan kedamaian dalam kesederhanaan hidup di desa, dan kenangan tentang Bastian pun mulai memudar seiring berjalannya waktu. Kehidupannya kini tak lagi berpusat pada ambisi dan karir, melainkan pada kehidupan sederhana dan menyenangkan di kampung halaman.

“Bu, hari ini aku dapat pesanan buket untuk ulang tahun lagi,” kata Rania sembari melirik ibunya yang sedang membantu merapikan bunga.

Ibunya tersenyum lebar. “Syukurlah, Nak. Lihatlah, ini baru awal tapi pelanggan sudah mulai percaya pada rangkaian bungamu.”

“Iya, Bu. Aku sangat bersyukur. Ini adalah rezeki si kecil.” Rania mengelus perutnya yang sedikit mulai membuncit.

“Iya… Setiap anak itu membawa keberkahan dan rezekinya masing-masing,” jawab sang ibu.

NHOVIE EN

Hai, apa kabar? Hari ini aku akan resmi umumkan pembukaan GIVE AWAY untuk cerita ini ya. Silahkan kunjungi pesbukk (sengaja di typo) aku ya. Namanya NHOVIE EN, aku akan umumkan di sana. Makasih ^_^

| 14
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (26)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Nah,Bastian,sekarang kau baru merasakan kehilangan seseorang yang mempunyai talenta & kemampuan baik seperti Rania..... Lalu,kenapa Bastian tak mengikutsertakan Maya dalam setiap proyek perusahaan?....
goodnovel comment avatar
Endah Spy
kerja keras Rania sampe banyak investor memuji kinerja dirinya .. salut sih, semoga usaha kamu di kampung juga makin sukses ya ran .. ngenes amat bas, hidupmu .. sisi lain hatimu merindukan rania tp bisa apa? rania dah jauh darimu .. lihat aja may, lama2 pers*ngkuhanmu jg bakalan kebongkar!
goodnovel comment avatar
Viiie
gimana mau hangat pernikahan nya kalau gak ada cinta?? mending ngejomblo aja gak sih daripada pernikahan hambar tanpa cinta kelakuan Maya cepat atau lambat pasti akan ketahuan.. apalagi ada karyawan yg tau makin bahaya lagi..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Maunya Bersama

    Beberapa minggu terakhir yang ia habiskan bersama Bastian, justru membuat malam ini terasa begitu canggung bagi Rania. Ia menatap putranya yang sudah terlelap di atas ranjang besar miliknya. Rania memang enggan berpisah dengan Bintang, sebab itu ia memutuskan agar anak semata wayangnya itu tetap tidur di kamar pribadinya malam ini.Perlahan, Rania merebahkan tubuh di samping sang buah hati. Ia mencoba memejamkan mata, berharap bisa ikut terlelap. Namun sayangnya, kelopak matanya seolah menolak untuk tertutup. Ada perasaan ganjil, sebuah rindu yang tak bisa ia ungkapkan dengan kata.Akhirnya, ia bangkit. Melangkah pelan menuju dinding kaca di sisi kamar. Ia membuka pintu geser itu, lalu keluar ke balkon. Berdiri menyandarkan kedua tangannya di pagar besi, seraya memandangi taman belakang rumahnya yang terlihat tenang dan indah diterpa cahaya lampu taman.Kenapa Mama tidak menikah saja dengan Papa?Pertanyaan Bintang yang terlontar di rumah sakit beberapa hari lalu kembali terngiang di

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Berpisah

    “Selamat pagi, Bintang…” Dengan senyum merekah, Nora dan Prakas datang dengan sebuah buket bunga berukuran besar. Mereka sengaja memesan buket khusus untuk cucu mereka yang kini kondisinya sudah jauh lebih baik.“Terima kasih, Oma,” balas Bintang.“Bintang sekarang sudah segar ya, sudah ganteng. Hari ini, kita akan pulang ke rumah. Tapi oma sedih deh, karena nggak akan bisa bebas lagi bertemu dengan Bintang.” Nora sedikit cemberut. Namun manyun itu malah membuat Bintang tertawa.“Siapa bilang jeng Nora dan mas Prakas tidak bisa bebas datang ke rumah. Kalian bisa datang kapan pun untuk bertemu dengan Bintang. Selama di rumah sakit, kami sadar kalau ikatan darah tidak dapat dipisahkan begitu saja,” ucap Rita.“Iya, Tante. Tante dan om boleh kok datang kapan saja dan bertemu dengan Bintang.” Rania menggenggam lembut tangan kanan Nora.Nora tersenyum lembut. Ia belai pipi Rania sekali, lalu ia pun kembali mengalihkan pandangan ke arah Bintang. “Terima kasih, Rania. Kamu memang sangat baik

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Patah Hati

    Setelah beberapa jam berada di ruang observasi pascaoperasi, Bastian dan Bintang akhirnya dipindahkan ke ruang rawat inap. Mereka ditempatkan di satu ruangan yang sama, kamar VVIP terbaik di rumah sakit itu, yang telah disiapkan sebelumnya oleh keluarga mereka. Meski keduanya sudah sadar, kondisi mereka masih sangat lemah. Namun, Bastian terlihat lebih baik dibandingkan dengan Bintang yang masih tampak pucat dan lemah.Rania duduk di samping tempat tidur Bintang, menggenggam tangan kecil putranya dengan lembut. Matanya berkaca-kaca melihat kondisi anaknya yang masih begitu rapuh. Sesekali, ia mengusap rambut Bintang dengan penuh kasih sayang. Di tempat tidur sebelah, Bastian menatap ke arah mereka dengan senyum tipis. Meski tubuhnya masih terasa nyeri akibat operasi, hatinya terasa lebih ringan karena telah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan putranya.“Bagaimana perasaanmu?” tanya Rania lirih, suaranya penuh perhatian.Bastian mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja. Jangan khaw

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Operasi pun Dimulai

    “Hasilnya..." dokter berhenti sejenak, melihat ekspresi cemas mereka. Semua orang yang ada di ruangan itu menahan napas, menunggu kelanjutan dari kalimat dokter."Bastian cocok menjadi donor untuk Bintang."Ruangan itu seketika dipenuhi helaan napas lega. Rania menutup wajahnya dengan tangan, menangis tanpa suara. Bastian mengangguk mantap, matanya berkaca-kaca. Namun, dokter belum selesai. "Namun, ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan lebih lanjut. Operasi ini harus dilakukan secepat mungkin."Rania menghapus air matanya dengan cepat. "Secepat mungkin? Seberapa cepat, Dok?""Idealnya, dalam 24 jam ke depan. Kondisi Bintang semakin melemah. Jika kita menunda lebih lama, risiko kegagalan akan semakin besar. Kami akan segera menyiapkan jadwal operasi dan memastikan semua persiapan berjalan lancar."Bastian langsung mengangguk. "Saya siap, Dok. Kapan pun operasi akan dilakukan, saya siap."Dokter tersenyum tipis. "Baik. Kami akan segera mempersiapkan ruang operasi dan tim bedah. Un

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Hasil Pemeriksaan Bastian

    Di dalam ruangan dokter, suasana terasa begitu tegang. Rania menggenggam jemarinya sendiri, sementara Bastian duduk dengan wajah serius menatap dokter ahli yang akan menangani transplantasi hati Bintang."Sebelum kita melanjutkan ke tahap pemeriksaan, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu risiko yang mungkin terjadi dalam operasi ini," ujar dokter dengan nada hati-hati.Bastian mengangguk mantap. "Tolong jelaskan, Dok. Saya ingin tahu semua risikonya."Dokter menarik napas sejenak sebelum mulai berbicara. "Pertama, operasi transplantasi hati merupakan prosedur besar yang memiliki risiko komplikasi. Bagi pasien penerima, dalam hal ini Bintang, ada kemungkinan tubuhnya menolak organ baru meskipun sudah cocok secara medis. Jika ini terjadi, kita harus segera mengambil langkah medis tambahan untuk mengatasinya."Rania menelan ludah, hatinya semakin gelisah. "Lalu bagaimana dengan risiko untuk pendonor? Maksud saya... untuk Bastian?"Dokter menatap keduanya dengan tenang. "Sebagai pendono

  • Menjadi Ibu Untuk Anak Sang Miliarder   Keputusan Berat

    Ruangan rumah sakit dipenuhi keheningan yang mencekam. Jam dinding menunjukkan pukul dua siang ketika pintu kamar terbuka dan seorang dokter spesialis masuk dengan raut wajah serius. Semua mata langsung tertuju padanya.Dokter itu berjalan mendekati ranjang tempat Bintang terbaring lemah. Ia memeriksa kondisi bocah itu dengan seksama, mencatat beberapa hal di berkasnya sebelum akhirnya menatap seluruh keluarga yang berkumpul di dalam ruangan.“Saya ingin membicarakan hasil pemeriksaan terbaru Bintang,” kata dokter dengan suara tenang namun tegas.Rania menggenggam tangan kecil putranya yang terasa dingin. Hatinya berdebar kencang. Begitu pula dengan Rita, Boby, Nora, Prakas, dan tentu saja Bastian yang berdiri dengan wajah tegang di sudut ruangan.Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, “Hasil menunjukkan bahwa Bintang mengalami gagal hati akut. Kondisinya cukup serius, dan kami harus bertindak cepat untuk menyelamatkannya.”Ruangan kembali sunyi. Pernyataan itu seperti petir di sia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status