Share

118

Kinar Dewi mendapat kunjungan di hari minggu pagi oleh ayah mertuanya. Jaya Pradipta berpakaian santai dengan tongkat di tangan kanannya. Pria paruh baya itu masih terlihat bugar meski kerutan dan uban di kepalanya terlihat. Senyumnya lebar, hampir mirip milik Anan meski mereka bukan ayah dan anak dalam aliran darah yang sama. Mungkin karena memang sudah bersama sejak lama dan persamaan itu tumbuh tanpa bisa di prediksi.

“Sehat?” tanya Jaya singkat, jelas dan padat namun memberi kesan penuh perhatian. Kinar hanya menjawab sebagai anggukan. “Dia sebentar lagi akan melihat dunia. Wah.”

Jaya memfokuskan kedua mata beningnya ke perut Kinar yang kian membesar. Sekali lagi, senyumnya terbit dan Kinar merasa mendapatkan kehangatan yang tiada tara. Kinar merasa sangat dimiliki oleh keluarga Pradipta setelah kehilangan kedua orang tuanya di masa remaja. Seolah-olah kungkungan di masa lalu yang membelenggu hidupnya terlepas secara perlahan.

“Jika dia perempuan, Papa tidak masalah?” Kinar bertan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status