Share

12. Kecurigaan Alisha 1

Aku semakin emosi melihat ulah suamiku yang tidak biasanya.

"Katakan ada apa denganmu hari ini Azhar?" teriakku dengan emosi.

"Bukankah aku sudah katakan padamu jangan menggangguku?" jawab Azhar tak kalah nyaringnya.

Aku terbelalak, biasanya Azhar tak akan membalasku seperti ini. Ini pasti karena wanita itu.

"Apa karena pelayan itu membuatmu bersikap padaku seperti ini hah?"

"Pelayan siapa yang kau maksud, apa karena kau anak orang kaya sehingga menganggap semua orang itu rendahan dimatamu?" bentak Azhar tak kalah garangnya.

Aku melotot, apakah aku tak salah dengar ? Suamiku yang begitu penurutnya sekarang bagaikan seekor singa yang keluar dari hutan rimba. Aku seakan tersadar, bukankah sekarang dia adalah pemilik perusahaan Citra Karya ?

"Ooh jadi dia rupanya yang membuatmu begini, camkan dengan baik di dalam hatimu Azhar. Tak akan kubiarkan seorangpun berhasil merebutmu dariku, tidak akan. Titik !"

"Siapa yang merebut siapa ? Apa kau sadar jika selama ini kau bertindak seolah-olah kaulah penguasa di rumah ini dan aku cecunguk ? Apa kau sadar jika selama ini aku diam saja melihat ulahmu yang mengintimidasi semua karyawan wanita cantik yang dekat denganku ? Kau pikir aku ini barang dagangan ? Kau pikir aku pelayanmu ? Jika kau menganggap diriku adalah suamimu maka buang jauh-jauh semua perilaku burukmu ! " Azhar membaringkan tubuh lelahnya di kasur. Dia lalu memeluk bantal guling dan membelakangiku.

Aku berteriak dan menangis sejadi-jadinya, suami yang menuruti semua kemauanku kini sudah berani menentangku.

"Huhu..apa salahku padamu, aku melakukan semua itu karena aku mencintaimu," ucapku di sela-sela isak tangisku.

"Jangan berisik, aku muak mendengarnya, apa kau tidak malu di dengar tetangga kau meraung-raung bagaikan harimau yang kelaparan ? atau kau ingin memperdengarkan tangisanmu agar orang berpikir jika aku telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga ?"

Azhar berbalik dan menatapku dengan garang.

Aku duduk dilantai bagaikan anak kecil, aku menangis tiada henti. Dulu Azhar tak bisa melihat air mataku, biasanya dia akan memeluk dan mencium keningku, lalu menuntunku ke tempat tidur. Aku ingin Azhar memperlakukan hal yang sama seperti dulu. Namun aku salah, kulihat tatapan jijik dimatanya.

"Katakan siapa wanita itu Azhar, mengapa kau berubah setelah mengenalnya ? bukankah dia hanyalah pegawai rendahan. Dia tidak lebih baik dari pembantu di rumah ini, bagaimana mungkin kau membelanya hanya karena dia cantik, akupun bisa melakukan operasi plastik agar bisa lebih cantik darinya...huhuhu..."

Azhar lalu bangun dari tempat tidur, dia menatap lekat ke arahku.

"Dengar Alisha, bukan karena wanita itu aku seperti ini. Bukankah aku dulu juga seperti ini ? Kau bahkan telah berjanji akan merubah semua perilakumu. Kau ingat karyawan yang kau pecat saat itu ? Dulu aku tak bisa berbuat apa-apa karena perusahaan itu masih milik ayahmu. Sekarang aku baru bereaksi karena perusahaan itu adalah milikku. Dan aku berhak atas semua yang menimpa karyawanku tidak terkecuali cleaning service sekalipun. Apa kau Paham ?" rahang Azhar mengeras menahan amarah.

Aku teringat semua itu, aku teringat beberapa tahun lalu saat perusahaan masih menjadi milik ayahku, dan Azhar hanya bertugas untuk berkunjung sesekali ke perusahaan itu, lalu seorang wanita cantik mendekatinya, mereka berbincang, terlihat sangat akrab. Aku yang mendengar berita itu tentu saja meradang. Untuk membuktikannya, aku datang ke perusahaan menyusul suamiku, benar saja kulihat suamiku sedang duduk berdua dengan wanita itu di kantin samping gedung kantor.

Melihat itu aku naik pitam, jika bukan ditahan Azhar aku sudah menjambak rambut karyawan cantik itu. Sejak itu aku yang juga memiliki otoritas di perusahaan segera memecatnya, dan kupastikan dia tidak akan menemukan pekerjaan dimanapun.

Sejak kejadian itu tak ada lagi wanita cantik yang berusaha mendekati Azhar, saat itu Azhar sangat marah. Dia menarikku masuk ke dalam mobil lalu kami bertengkar hebat. Selama dalam perjalanan Azhar terus memarahiku tiada henti. Aku tak membalasnya, barulah di rumah di depan ayahku aku mengatakan semuanya.

Saat itu Azhar tak berkutik, semua kata-katanya saat dalam perjalanan kubalas dengan pedas di depan ayahku. Dia diam seribu bahasa, lalu malamnya semua seakan hilang dengan kebutuhan biologis yang menggebu di dalam dada. Kata orang usai bertengkar biasanya membuat kedekatan dalam suatu hubungan akan terasa nikmat. Dan itu benar, aku telah membuktikannya.

Namun hari ini, kulihat Azhar bahkan tak sudi menatap wajahku. Aku jadi bertanya-tanya, apakah aku salah ? Apakah benar selama ini aku terlalu mengungkung suamiku sehingga tak bisa bergerak bebas ? Aku mulai menyadarinya, namun egoku lebih dominan. Aku tak mau kalah dari suamiku, walau bagaimanapun, Azhar sampai berada pada posisi ini karena perananku sebagai seorang isteri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status