Home / Romansa / Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku / 8. Telepon dari Sekretaris

Share

8. Telepon dari Sekretaris

Author: Alya Feliz
last update Last Updated: 2024-06-07 09:09:17

"Aku kira tadi kamu tidur," kata Ajeng tak percaya. Dia mendekati Evan yang sudah terlihat membaik. Tidak lagi kesulitan bernafas seperti tadi.

"Kalian berantem seperti di sinetron-sinetron. Aku yang mendengarnya saja malu." Evan mendengkus, terlihat meremehkan.

"Bukan salahku kalau aku menampar dia. Kamu pasti mendengar sendiri tadi dia bilang apa," ucapnya dengan wajah kesal.

Ajeng sudah siap jika Evan mengolok-oloknya karena dulu pernah menjadi istri Dimas. Pasti pria itu tidak akan melewatkan kesempatan ini. Tapi di luar dugaannya, Evan justru memejamkan mata.

Menghela nafas panjang, Ajeng akhirnya keluar dari ruangan itu untuk menuju ke bagian farmasi dan administrasi. Dia menoleh ke sekitar dengan was-was. Malas jika harus bertemu dengan Dimas lagi.

Dari kejauhan, Ajeng melihat Dimas yang berjalan sambil memeluk pinggang Ayu. Tidak bisa dipungkiri bahwa hatinya masih berdenyut nyeri ketika melihat pemandangan itu.

Tentu saja Ayu bisa hamil. Berbeda sekali dengannya yang tidak akan bisa merasakan kehadiran bayi di dalam perutnya.

Selama mengurus administrasi dan menunggu obat di bagian farmasi, Ajeng hanya melamun. Perkataan Dimas mau tidak mau mengganggu pikirannya. Ditambah dengan perkataan Ella.

Dia mandul. Siapa yang mau menikah dengannya kecuali Evan? Itupun karena dipaksa oleh Ella. Kalau dipikir-pikir lagi, perkataan Dimas ada benarnya juga. Ia menjadi istri simpanan Evan tentu hanya menjadi pemuas nafsunya saja. Memangnya untuk apalagi?

Sekarang dia bisa apa? Mau kabur seperti di novel-novel pun tidak bisa. Hutangnya pada Ella entah sampai kapan bisa dia tebus dengan pernikahan rahasia ini.

"Tuan Evan Braun!"

Ajeng mengerjap dan sedikit tersentak karena kaget. Cepat-cepat ia mengambil obat itu dan mengangguk-angguk ketika petugas menjelaskan tentang aturan pakai obat itu.

Setelah selesai, ia kembali ke ruangan Evan. Pria itu masih terlelap. Mungkin karena pengaruh obat. Seorang perawat masuk dengan membawa baskom dan lap kecil.

"Buat apa itu, Mbak?" tanya Ajeng penasaran.

"Untuk mengompres wajah pasien agar cepat kempes bengkaknya."

"Biar saya saja, mbak." Ajeng mengambil alih baskom itu dan memasukkan lapnya ke dalam air hangat.

"Setelah pasien bangun, nanti makan siang dan minum obat lagi. Jika sudah sembuh, bisa langsung pulang," kata perawat itu sebelum pergi.

Ajeng mengangguk. Ia menempelkan lap yang sudah diperas sebelumnya di dahi dan kedua pipi Evan secara bergantian. Kasihan sekali pria itu. Alerginya terhadap udang tidak main-main. Bisa langsung sesak nafas dan wajahnya bengkak. Bukan lagi gatal-gatal.

Ia merawat Evan dengan telaten. Hitung-hitung sebagai upaya untuk membayar hutangnya pada Ella. Berbicara mengenai Ella, kenapa sahabatnya bisa begitu ceroboh? Sudah tahu Evan alergi udang, tapi pembantu di rumah mereka malah memasak nasi goreng udang.

Tunggu, udang adalah kesukaan Tante Puspa. Pantas saja pembantu Evan memasak nasi goreng udang. Tapi meskipun begitu, mereka seharusnya memisahkan nasi goreng tanpa campuran udang khusus untuk Evan.

Tiba-tiba ia teringat dengan seporsi nasi goreng yang sudah siap di depan Ella. Bukankah Ella bilang bahwa wanita itu tidak lagi bisa berdiri untuk mengambilkan Evan nasi goreng?

Kesadaran menghantamnya. Apa jangan-jangan, nasi goreng yang dimakan Ella seharusnya adalah untuk Evan? Tapi kenapa Ella malah memakannya? Kenapa Ella melakukan itu?

Pikiran-pikiran buruk mulai merasuki pikiran Ajeng. Dia benci berburuk sangka pada sahabat yang sudah menolongnya, tapi semakin lama Ella semakin aneh.

Apakah Ella sengaja? Termasuk Evan yang tiba-tiba datang ke rumahnya, apakah itu atas perintah Ella? Kenapa?

Tengah asyik melamun sambil terus mengompres wajah Evan, dering ponsel mengagetkan Ajeng. Kepalanya menoleh kesana-kemari mencari sumber suara. Sampai ia sadar bahwa suara itu berasal dari saku celana Evan bagian depan.

Duh, kenapa di bagian itu? Matanya bahkan begitu lancang melirik gundukan yang ada di tengah-tengah...

"Apaan sih, Jeng?" bisiknya kesal, namun wajahnya memerah.

Terpaksa ia harus merogoh saku celana Evan karena dari tadi deringnya tidak kunjung berhenti. Lagi pula mereka sudah suami istri. Pasti Evan juga tidak akan marah.

Dering telepon berhenti. Ia melirik Evan yang masih terlihat tenang. Sama sekali tidak merasa terusik dengan suara deringnya yang keras dan juga... tangannya yang masuk ke dalam saku celana itu.

Mendadak wajahnya terasa panas. Kenapa ia menjadi terus mengingat malam sialan itu? Dadanya mendadak berdebar. Sialan! Itu bukan pertama kalinya dia berhubungan suami istri.

Ponsel Evan kembali berdering. Menampilkan nama Siska, sekretaris pria itu. Refleks ia menggeser simbol hijau karena kebiasaan, sampai ia baru sadar bahwa itu bukanlah ponsel miliknya.

Matanya membelalak panik. Bodoh sekali kamu, Jeng!

[Halo? Halo, Mr?]

"Ya?"

Hening cukup lama. Bahkan terlalu lama. Ajeng memejamkan mata. Bagaimana kalau wanita itu mengenali suaranya? Mampus lah dia.

[Ini, Ibu Ella?]

"Eh, bukan. Itu...aku...aku sepupunya Mas Evan," jawab Ajeng dengan jantung berdegup kencang.

[Oh. Mr Evan di mana ya? Ada hal penting yang harus aku sampaikan.]

"Eh, itu...Mas Evan lagi di rumah sakit. Alerginya kambuh. Ada pesan? Nanti pasti aku sampaikan kok."

Hening lagi. Entah kenapa Ajeng takut jika Siska mengenali suaranya. Masalahnya, mereka pernah beberapa kali mengobrol ketika berada dalam satu lift.

[Ehm...bilang pada Mr. Evan kalau jam 2 siang nanti ada meeting dengan klien dari luar negeri. Aku tunggu kabarnya secepatnya ya.]

"Oke, Sis. Nanti aku sampaikan ke Mas Evan."

Hening lagi.

[Kok suara kamu kayak nggak asing ya? Kamu...kerja di PT Deca Indonesia?]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 6

    H-1 sebelum pesta dilaksanakan di sebuah kapal pesiar mewah, Siska mengetuk pintu kamar Ajeng untuk menanyakan tentang kepastian acara besok. Dia lupa pesta diadakan jam berapa, karena betapa banyaknya pekerjaan di kantor yang harus dia selesaikan sebelum akhirnya naik ke kapal pesiar demi menghadiri pesta pernikahan sang sahabat."Jeng, kamu lagi sibuk nggak?" teriaknya setelah mengetuk pintu beberapa kali.Dia tadi melihat Evan bersama Dana sedang bercengkerama dengan bos besar dan nyonya besar Braun, jadi dia pikir Ajeng mungkin sedang berada di kamar untuk mempersiapkan segala sesuatu."Jeng?"Tidak ada jawaban. Dia mendorong pintu yang ternyata tidak terkunci."Aku buka ya. Maaf kalau aku mengganggu," ucapnya sambil tersenyum. Tidak sabar untuk bergosip ria dengan Ajeng. "Besok pestanya jam bera...pa..."Siska langsung menganga dengan mata membelalak ketika melihat tubuh yang hanya dibalut dengan handuk di bagian bawah pinggul. Dia terengah kaget dan hal itu membuat sang pemilik

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 5

    Siska menatap mantan calon mertuanya tak percaya sekaligus geram. Padahal selama dia menjalin hubungan dengan Bayu, wanita itu begitu baik padanya. "Apa selama ini Tante hanya berpura-pura baik di depan saya? Kalau memang Bayu sudah bertunangan sejak kuliah, kenapa Tante menerima saya sebagai calon menantu?" tuntutnya.Ibu Bayu langsung gelagapan ketika Meliana mengerutkan kening, lalu menatap wanita itu curiga."Eh, ng-nggak kok Mel. Nggak usah percaya sama dia. Mama nggak kenal siapa dia. Bayu selalu setia sama kamu kok," kata ibu Bayu cepat-cepat.Hati Siska sakit sekali mendengarnya. Seandainya saja pernikahan itu sudah terlanjur terjadi, apakah dia akan ditindas oleh wanita itu? Dia jadi teringat dengan nasib Ajeng ketika menikah dengan Dimas. "Ck, ternyata memang bener ya. Orang jahat itu manipulatif dan pinter berpura-pura. Untung saya nggak jadi menikah sama Bayu. Nggak kebayang saya menjadi perempuan yang dibodohi oleh suami dan keluarganya."Siska beralih menatap Meliana.

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 4

    Siska terus menangis entah sudah berapa lama. Dadanya sesak sekali dan rasanya dia ingin menghilang dari dunia ini. Cintanya pada Bayu begitu besar. Dia sudah menyerahkan seluruh hatinya pada pria itu karena berpikir bahwa Bayu adalah belahan jiwanya."Kenapa pria yang terlihat baik dan setia seperti Bayu ternyata bajingan?" tanyanya setelah tangisnya reda, namun masih sesenggukan."Biasanya kan memang begitu," jawab Raka dengan santai.Siska langsung melotot pada pria yang telah bertahun-tahun menjadi rekan kerjanya menjadi orang kepercayaan Evan. Raka langsung mengangkat kedua tangannya."Biasanya memang begitu. Pria yang terlihat kalem dan nggak neko-neko tuh justru menyimpan banyak rahasia. Coba lihat Mr. Evan. Dia itu dingin, kelihatan nggak peduli sama perempuan. Eh tahu-tahu istrinya dua kan? Tapi kasusnya kan beda. Diam-diam dia bucin akut sama Ajeng."Siska menyeka air mata di wajahnya, tak peduli dengan make-up yang ikut luntur."Rasanya sakit banget, Ka. Kenapa aku nggak ja

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 3

    "Semua dokumen sudah lengkap?""Sudah, Mr.," jawab Siska dengan antusias. Jantungnya berdegup kencang karena sebentar lagi akan bertemu dengan tunangannya. Kesibukannya sebagai sekretaris CEO di perusahaan multinasional membuatnya begitu sibuk dan sering pulang malam, sehingga waktu untuk bertemu dengan tunangannya sangat sedikit."Semangat banget yang mau ketemu tunangan," goda Raka ketika mereka sampai di lobi perusahaan.Siska hanya tersenyum, namun debar dalam dadanya semakin kencang. Padahal mereka sebentar lagi menikah, tapi Siska merasa seperti baru saja jadian dengan sang tunangan.Mereka masuk ke dalam mobil dinas khusus CEO yang disediakan oleh perusahaan. Mobil mewah keluaran terbaru yang anti peluru, karena keselamatan Evan Braun sangatlah penting."Gimana liburannya di Malang, Pak?" tanya Raka membuka percakapan sambil fokus melihat jalanan di depannya."Menyenangkan. Istri saya pintar memilih tempat liburan yang bagus," jawab Evan sambil tersenyum.Siska yang duduk di s

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 2

    Dari sekian banyak orang yang mengenalnya, kenapa justru wanita itu yang datang menjenguknya? Bahkan orangtuanya sudah tidak peduli lagi, apalagi kekasihnya."Maaf ya baru bisa menjenguk kamu. Nih, aku bawain makanan kesukaan kamu," kata Ajeng sambil tersenyum."Kenapa?"Wanita itu mendongak. Gerakan tangannya meletakkan dua kotak makanan dan satu gelas minuman terhenti."Aku pengen bawain kamu makanan yang enak. Nggak aku kasih racun kok, udah diperiksa juga sama petugas," jawab Ajeng."Kenapa kamu mau repot-repot datang?" jelasnya.Ajeng menghela nafas panjang. Wanita itu terlihat lebih bercahaya dan tetap awet muda, persis seperti ketika dia pertama kali dikenalkan pada wanita itu oleh Ella dulu.Hanya Ajeng yang tidak pernah mengusiknya, meskipun tahu bahwa dia membawa pengaruh buruk pada sahabat wanita itu. Jadi ketika Ella ikut terjerumus ke dalam sekte sesat demi bisa menghancurkan Ajeng, Johan tidak mendukung Ella sama sekali.Baginya, Ajeng itu seperti kertas putih yang sayan

  • Menjadi Istri Kedua Suami Sahabatku    Extra Part 1

    "Kamu juga harus mati, Johan. Enak saja kamu masih hidup dengan tenang, sedangkan aku harus menjadi bulan-bulanan mereka."Johan membelalak ketika melihat Nadia mendekatinya dengan pakaian yang sama seperti terakhir kali dia melihat wanita itu. Rambut panjang Nadia acak-acakan. Perut wanita itu berlubang dan mengeluarkan banyak darah. Lalu di tangan kanan wanita itu....Janin merah yang tiba-tiba saja melihat ke arahnya dengan mata melotot. Bibir janin itu tertarik membentuk senyuman dengan gigi-gigi runcing yang terlihat tajam."Ayah."Johan menjerit ketakutan. Dia langsung berlari dengan sekuat tenaga. Nadia sudah mati, dia yakin itu. Dia sendiri yang mengatakan pada Ansel di mana keberadaan Nadia sebelum kabur ke Australia. Belum jauh dia berlari, kakinya tersandung. Membuatnya jatuh dengan keras. Dua orang berjubah hitam dan bertudung menarik tangannya dan memaksanya untuk berdiri. "Nggak! Nggak lepasin aku! Aku udah bukan bagian dari kalian lagi!""Siapapun yang menjadi pengkhi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status