Home / Romansa / Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan / Bab. 228: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

Share

Bab. 228: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

Author: Faoo pey
last update Huling Na-update: 2025-07-12 21:22:44

Coco tidak kembali semalaman.

Kejadian malam itu terasa seperti mimpi yang samar—antara nyata dan tidak nyata. Agatha merasa resah dan ingin keluar menghirup udara segar.

Adnan yang sedang memasak di dapur sempat mengingatkannya,

"Tanahnya licin, hati-hati kalau berjalan. Dan jangan pergi ke tempat pembelian hari ini."

"Iya," jawab Agatha singkat.

Meskipun halaman rumahnya belum disemen, terdapat jalan setapak dari batu kerikil selebar lebih dari satu meter, membentang dari aula utama hingga ke gerbang. Jalan itu memang dibuat agar kaki tak mudah terpeleset saat melangkah di tengah halaman yang becek.

Adnan sempat mengawasinya dari kejauhan sampai Agatha melewati gerbang, lalu ia kembali ke dapur.

Agatha berdiri diam di depan gerbang, memandangi jalan setapak yang kini berlumpur akibat hujan deras semalam. Jejak-jejak kaki yang tertinggal tampak samar, bercampur air dan tanah.

Namun udara pagi sangat segar—aroma tanah basah, rerumputan yang lembap, dan sisa embusan angin malam mencipt
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 233: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Fahira terlihat sangat senang saat mendengar bahwa Yolan dan keluarganya akan datang ke Beijing untuk merayakan Tahun Baru.“Kalau ayah dan kakekmu tahu kabar baik ini, mereka pasti senang sekali,” ujarnya riang. “Yolan sudah menikah lebih dari setengah tahun, tapi belum juga ada tanda-tanda kehamilan. Saat dia pulang nanti, ibu mau ajak dia periksa ke rumah sakit.”Adnan tampak bingung. “Kenapa? Yolan memang masih ingin punya anak lagi?”“Ya, tentu saja,” jawab Sun Fahira mantap. “Dia dan Cakra sudah membentuk keluarga baru. Mereka berdua ingin punya anak kandung sendiri. Itu penting untuk memperkuat hubungan mereka.”Adnan mengernyit, tak sepenuhnya setuju. “Tapi hubungan mereka sudah cukup baik, Ma. Lagipula, kedua anak itu juga sangat penurut dan menggemaskan. Bukankah akan lebih baik jika mereka fokus membesarkan anak-anak yang ada? Punya anak lagi itu kan berat, apalagi menghidupi tiga anak hanya dari satu pekerjaan.”Fahira menghela napas ringan. “Nak, hidup ini panjang. Kadang

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 232: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    “Kalia berdua sangat akur sekali. Kamu tahu cara menjaga adikmu. Kamu benar-benar kakak yang baik,” ujar Agatha sambil mengelus lembut bagian belakang kepala Carel.Carel langsung menimpali dengan penuh semangat, “Bibi, kalau Bibi nanti melahirkan adik laki-laki, aku pasti akan merawatnya seperti aku menjaga Yaya!”Yaya yang mendengarnya pun ikut menimpali, “Bibi, aku juga ingin punya adik laki-laki! Ayah membelikanku banyak mainan kecil, dan semuanya akan kuberikan untuk adik laki-lakiku nanti.”Agatha tersenyum dan mengelus kepala Yaya, “Yaya hebat, Bibi akan ingat janjimu. Nanti kamu harus berbagi semua mainan itu dengan adikmu, ya.”Yaya mengangguk serius, “Yaya selalu menepati janji.”Setelah itu, semua orang masuk ke dalam rumah. Yolan menyerahkan tiket kereta kepada Adnan dan berkata, “Ini tiket kereta tidur besok pagi pukul sepuluh. Simpan baik-baik.”Adnan menerima tiket itu dan langsung menyelipkannya bersama kartu identitasnya.“Cakra akhir-akhir ini sangat sibuk, jadi dia

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 231: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Agatha bermain-main dengannya, dan Adnan dengan senang hati menanggapi. Ia bahkan sengaja membungkuk dan mencium istrinya.“Bagaimana? Tidak bau, kan?”Adnan mengangguk puas. “Ya, baunya sudah hilang. Tapi kamu benar-benar tidak ingin ikut denganku ke rumah sakit?”“Tidak perlu. Untuk apa pergi kalau aku merasa sehat-sehat saja?”“Baiklah. Kalau begitu, jangan dipaksakan. Tapi kalau kamu merasa tidak nyaman, ka6u harus bilang padaku, ya?”“Aku tahu. Sekarang cepat pergi ke markas, nanti kamu terlambat.”Setelah Adnan pergi, Agatha menutup gerbang halaman, lalu kembali ke kamar.Memikirkan kembali kejadian semalam—saat dirinya masuk ke dalam ilusi—rasanya seperti mimpi. Tapi ia ingin memastikannya.Ia duduk di tepi tempat tidur, memejamkan mata, dan dalam hati berkata: “Aku ingin masuk ke dalam ilusi.”Tiga detik berlalu. Ketika ia membuka matanya lagi, dunia di sekelilingnya telah berubah.Langit biru terang dengan awan putih mengambang lembut. Burung-burung berkicau ceria. Aroma bung

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 230: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Malam itu, Agatha kembali mengingat saat dirinya melihat Coco berdiri di atas batu, menantang sambaran petir. Kini ia tahu, pemandangan itu bukan halusinasi—itu nyata.Coco bukan musang biasa. Ia telah hidup selama dua ratus tahun.Setiap seratus tahun, ia harus menjalani ujian petir, yang disebut juga kesengsaraan guntur. Jika berhasil melewati ujian itu, maka ia dapat melanjutkan hidupnya seratus tahun lagi. Tapi jika gagal, maka ajal akan menjemputnya.Setiap siklus seratus tahun juga membawa perubahan. Jika ia berhasil bertahan, maka semua ingatan dari siklus sebelumnya akan terhapus, dan ia memulai lagi dari awal.Seratus tahun pertama, ia hidup seperti binatang biasa, tinggal di pegunungan dan menjadi hewan ternak.Di seratus tahun kedua, ia mulai menunggu seseorang yang memiliki takdir terikat dengannya—manusia yang bisa membuat kontrak spiritual dengannya. Jika manusia itu tulus, memperlakukannya dengan kasih sayang seperti keluarga sendiri, maka kekuatan kultivasinya akan ber

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 229: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Sejak malam itu, Coco benar-benar menghilang.Agatha sudah bertanya ke banyak hewan kecil yang tinggal di sekitar rumah, namun tak satu pun dari mereka tahu ke mana musang kecil itu pergi.Adnan hanya bisa menduga, "Mungkin Coco sudah mati malam itu, saat hujan badai."Agatha lebih suka percaya bahwa semua yang ia alami malam itu—ilusi yang terasa begitu nyata—memang benar adanya. Bahwa itu bukan sekadar mimpi, melainkan Coco sengaja membawanya ke sana untuk menyelamatkannya dari bahaya."Coco-ku tidak mati," pikir Agatha. "Ia hanya pergi ke dunia itu—tempat yang indah dengan udara segar, pohon buah, bunga-bunga, dan langit cerah. Ia hidup bahagia di sana."Batu besar tempat ia tertidur malam itu masih berdiri kokoh. Setiap kali melewati jalan itu, Agatha selalu melirik ke arah batu itu. Ia bisa merasakan sesuatu masih ada di sana... hanya saja tak bisa dilihat dengan mata biasa.Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa sudah seminggu sejak malam hujan deras itu—malam saat Coco menghila

  • Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan   Bab. 228: Menjadi Istri Kesayangan Kapten Adnan

    Coco tidak kembali semalaman.Kejadian malam itu terasa seperti mimpi yang samar—antara nyata dan tidak nyata. Agatha merasa resah dan ingin keluar menghirup udara segar.Adnan yang sedang memasak di dapur sempat mengingatkannya,"Tanahnya licin, hati-hati kalau berjalan. Dan jangan pergi ke tempat pembelian hari ini.""Iya," jawab Agatha singkat.Meskipun halaman rumahnya belum disemen, terdapat jalan setapak dari batu kerikil selebar lebih dari satu meter, membentang dari aula utama hingga ke gerbang. Jalan itu memang dibuat agar kaki tak mudah terpeleset saat melangkah di tengah halaman yang becek.Adnan sempat mengawasinya dari kejauhan sampai Agatha melewati gerbang, lalu ia kembali ke dapur.Agatha berdiri diam di depan gerbang, memandangi jalan setapak yang kini berlumpur akibat hujan deras semalam. Jejak-jejak kaki yang tertinggal tampak samar, bercampur air dan tanah.Namun udara pagi sangat segar—aroma tanah basah, rerumputan yang lembap, dan sisa embusan angin malam mencipt

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status