"Apa kau cemburu?" Albert menebak perasaan Olivia.
"Hah? Cemburu? Untuk apa aku cemburu padamu? Cemburu itu ada jika kita menyayangi seseorang." bantah Olivia.
Albert merasa kesal dan benci saat Olivia mengatakannya. Itu artinya Olivia tidak memiliki perasaan istimewa untuknya.
'Kenapa aku kesal saat dia mengucapkan itu? Apa aku sama sekali tidak berarti untuknya?' Albert berkata dalam hatinya.
"Ya, tentu saja kau boleh memanggilku sayang. Kau kan, isteriku juga." Albert sengaja mengucapkan kata-kata itu, untuk menutupi kekesalannya.
"Huh, dasar pria mesum. Apa setelah ini kau berniat menikah lagi? Apa akan ada isteri ketiga?" Olivia terlihat lebih imut saat sedang kesal dan menggerutu. Albert suka ekspresinya yang seperti itu.
"Jika kau ingin punya teman di mansion saat aku pergi bekerja, aku akan memikirkan untuk mencari isteri ketiga." dengan wajah tak bersalah Albert mengucapkan kata-kata itu.
"Aku tidak butuh teman! Lagi pula, be
Esok harinya, Albert sedang bergegas untuk acara launching produk parfum terbarunya. Ia sudah menelpon orang tua Olivia untuk menggantikannya menjaga Olivia selama ia harus menghadiri acara itu. Di Rumah Sakit, Clara masuk ke kamar inap untuk menemani Olivia. Saat ini kondisinya sudah membaik. Jika tidak ada hal lainnya, sore harinya ia sudah di perbolehkan untuk pulang. "Ibu, aku sangat merindukanmu." Olivia merentangkan tangan menyambut kedatangan Ibunya. "Ibu juga sangat merindukanmu, sayang." Jawab Clara membalas pelukan putrinya itu. "Dimana Ayah?" Tanyanya saat tak melihat Willson datang bersamanya. "Ayah minta maaf karena tidak bisa menemuimu hari ini, karena mendadak ada proyek besar yang harus di tanganinya pagi ini." Jawab Clara sedih. "Apa perusahaan Ayah baik-baik saja saat ini, Bu?" Olivia belum mendengar kemajuan apa-apa tentang perusahaan dan hutang-hutang Ayahnya sejak resmi menjadi isteri Albert. "Syukur lah, N
Acara peresmian berjalan dengan sangat lancar, mengundang decak kagum dan keheranan di kalangan para pebisnis dunia. Bagaimana tidak? Seorang Tuan Muda yang terkenal sangat tertutup dan jarang sekali mau di ekspos oleh media, serta memiliki penyakit alergi terhadap wanita yang juga sudah di ketahui oleh hampir seluruh pebisnis dan masyarat umum di seluruh penjuru dunia, menjadi model untuk brand parfum terbarunya sendiri bersama seorang gadis muda yang berparas sederhana namun memiliki pesonanya tersendiri. Bahkan beberapa dari pose itu terlihat sangat intim dan memikat. Proses penyembuhan Olivia juga berjalan dengan sangat baik dan ia sudah mulai beraktifitas seperti biasanya. Ia mulai menyibukkan diri dengan dunia perkuliahannya kembali. Satu bulan berlalu sejak semua peristiwa itu terjadi. Perusahaan Albert mengalami pelonjakkan pendapatan dan saham yang terus mendapatkan keuntungan besar, sejak poto-poto intimnya dengan Olivia tersebar luas sebagai bentuk promosi
Siang ini, Olivia ada kelas tambahan. Dia sudah berusaha keras agar semua nilainya bagus semua. Tapi tetap saja, ada dosen yang mempunyai tingkat kejelian 99,99%. Sehingga satu kata saja tertinggal, itu bisa menjadi masalah besar. Kebetulan, saat ini Tristan juga berada di dalam kelas yang sama dengannya. Tristan duduk di belakang Olivia. Meski tak bisa dipungkiri betapa hancur dan kecewanya hati Tristan saat ini, namun ia masih mencoba untuk bersikap tegar dan tak banyak menuntut penjelasan pada Olivia. Setidaknya, hal itu membuat Olivia sedikit tenang. Karena ia tak tau harus menjelaskan dari mana semua permasalahan ini. Lagi pula, Ibunya sudah pernah menjelaskan semuanya pada Tristan. Jadi, menurut Olivia tak perlu lagi menjelaskan dua kali. Tristan terus menatap pada punggung Olivia yang berada tepat di depannya. Ada rasa rindu untuk mendekap tubuh gadis periang itu. Satu bulan ini, Olivia selalu menghindar dari Tristan. Entah karena terlalu hanyut dalam kerindua
Setelah ciuman kerinduan itu usai, keduanya saling menatap dalam keheningan. Banyak kata yang ingin mereka lontarkan satu sama lain, namun tidak satu pun yang akhirnya keluar dari mulut Tristan dan Olivia. Tristan membelai rambut gadis yang pernah menjadi kekasihnya itu. Menyelipkan seuntai rambut yang tergerai kembali ke asalnya, di belakang daun telinga yang indah meski tanpa sebuah anting itu. Drrrrtttt... Drrrtttt... Drrttt... Getaran ponsel di saku jas kuliah Olivia mengejutkan keduanya, menciptakan kembali jarak di antara mereka. Olivia lantas mendorong tubuh Tristan agar menjauh darinya. Olivia mengeruk saku dan mengambil ponsel yang tak berhenti bergetar itu. Saat ia melihat nama yang tertulis di layar ponselnya, matanya melotot seakan-akan henak keluar dari tempatnya. 'My Husband' itu lah nama yang muncul pada layar ponsel Olivia. 'Sejak kapan ada nama ini di ponselku? Apa pria itu diam-diam menukarnya sendiri? Sungguh, narsis sekali
Jam setengah enam sore, Mike datang menjemput Olivia di kampus. Saat itu ia melihat Olivia berjalan ke arahnya, dengan Tristan mengekor di belakangnya. "Apa pria itu yang dikatakan oleh Tuan Muda? Lancang sekali dia mendekati wanita seorang Albert Jay Camerrun? Apa aku harus memberinya pelajaran di sini?" Mike bermonolog. Dari kejauahan, Olivia bisa melihat tatapan kebencian Mike yang di tujukan pada Tristan. Sebelum Mike melakukan sesuatu, Olivia dengan cepat mengambil tindakan. "Mike, kau sudah datang? Ayo cepat antar aku pulang, pria itu pasti akan menghukumku jika aku sampai di mansion lewat dari jam enam." Olivia bergegas masuk ke mobil tanpa menunggu Mike membukakan pintu. Hal itu membuat Mike menjadi serba salah, namun akhirnya memilih segera masuk dan duduk di kursi pengemudi. "Baik, Nona. Aku akan mengantarmu dengan cepat ke mansion. Tuan Muda juga sudah sangat merindukanmu." Ucap Mike sambil mulai melajukan mobilnya. Meninggalkan Tristan yan
Dengan berhadapan dan tubuh basah yang saling menempel, sepasang suami isteri itu memulai permainan panas di senja hari. Albert menarik tubuh Olive agar lebih rapat pada tubuhnya. Dan mulai mengecup bagian-bagian sensitif gadis itu. Ia memulai dengan kecupan di sekitar pipi, sudut bibir, leher dan di sekitar telinga Olive. Deraan napas Albert yang hangat membuat Olive semakin mabuk kepayang. "Karena kita di kamar mandi, maka kita harus memakai gaya baru. Apa kau siap?" Bisik Albert pelan di telinga Olive. Gadis yang sedang di mabuk kepayang itu hanya mengangguk patuh. Albert tak berniat melakukan pemanasan lagi saat ini, karena kelelakiannya di bawah sana sudah memberontak mencari lubang kenikmatannya. Dengan sedikit gerakan kasar, Albert memutar tubuh Olivia kembali membelakanginya. Ia menuntun Olivia berjalan ke arah bathtub, dan dengan lembut menekan tubuh gadis itu sehingga menjadi posisi membungkuk. Albert yang sudah tidak sanggup men
"Tuan, apa yang harus kukatakan pada Nona Monic?" Tanya Lucy dengan ragu-ragu, takut Albert marah. Saat Lucy masuk ke ruangan Albert untuk menyerahkan dokumen yang harus di cek ulang dan di tanda tangani Albert, Monic kembali menelpon dan menanyakan informasi tentang Olivia. "Bukan kah aku sudah menyuruhmu mengatakan yang sebenarnya?" Tanya Albert dengan tatapan menusuk. "Ba-baik, Tuan. Nanti jika dia menelpon lagi, aku akan mengatakan yang sebenarnya." Jawab Lucy gugup. "Sekarang, keluar lah!" Titah Albert pada Lucy. "Baik, Tuan. Aku permisi." Lucy membungkuk lalu berjalan keluar, meninggalkan ruangan Albert. Saat ia kembali ke ruangannya, ia menggerutu sambil terus menatap Albert yang masih terlihat fokus pada dokumen-dokumen itu dari pintu kaca pemisah ruangan mereka. "Huh, dasar pria dingin. Apa tidak bisa dia berbicara padaku dengan lembut, sekali saja?" Lucy bermonolog. Belum sempat pantatnya mendarat di kursi ker
Monica merasa Albert telah mengkhianati pernikahan mereka, meski nyatanya Albert tidak benar-benar menganggap pernikahan mereka sebuah hal yang serius. Itu Albert lakukan hanya sebagai persyaratan Monic. Saat itu karir Monic sedang naik daun, sementara untuk menaikkan nilai saham dan pendapatan perusahaannya, Albert harus menggunakan jasa Monic di bidang promosi produk-produk yang di luncurkan sesuai permintaan pasaran. Sementara, Monic mengambil untung dari hal itu. Dia sudah lama menginginkan Albert. Ambisinya terlalu kuat dan tinggi untuk menjadi Nyonya rumah bagi Albert. Namun sayang, setelah resepsi pernikahan selesai Albert tak berniat membawanya pulang ke mansion. Sebagai gantinya, Albert memberikan Monic sebuah rumah mewah untuk ia tempati dan sebuah Gold Card untuk nafkahnya sebagai isteri. Awalnya Monic menerima dengan senang hati semua kemewahan itu, namun setelah dua tahun berjalan ia mulai merasa tidak puas dengan harta yang di berikan Albert. Yang