Share

Luka Lebam

Author: Anarita
last update Last Updated: 2023-12-12 14:12:31

“Astaga!”

Abian terhenyak kaget saat membuka pintu kamar. Dia melihat Diana masih duduk di sofa dengan baju kebayanya dan riasan yang masih lengkap.

“Ngapain kamu masih betah pakai baju seperti itu? Kamu pikir penampilanmu yang seperti itu menarik di mataku?”

Diana tak menjawab. Gadis itu berjalan ke arah Abian lalu membalikkan punggungnya ke belakang. “Tolong bantu aku membuka kemben yang ada di dalam. Aku tidak bisa,” pinta Diana.

Gadis itu mulai membuka kebayanya. Menyisakan kemben berwarna putih yang hanya bisa dibuka dari arah belakang.

“Kau sengaja mau menggodaku?” kesal Abian sembari mendengkus. Dia juga kesal karena Diana hanya mau bicara dengan Abian saat membutuhkan bantuan.

Diana tersenyum miris lalu menyahut, “Wajahku tidak semenarik itu untuk membuat orang sepertimu tergoda. Aku benar-benar minta tolong. Sejak tadi aku juga sudah risih sekali dengan baju sialan ini!”

“Cih! Alasan saja.” Abian mencibir. Tiba-tiba terlintas sebuah ide untuk memanfaatkan situasi ini.

“Aku mau menolongmu tapi ada syaratnya,” ucap Abian disertai senyuman jahat.

“Katakanlah,” jawabnya Diana lirih.

“Syarat gampang, aku cuma mau kamu pura-pura jadi pembantuku setiap kali ada temanku yang datang ke sini. Maaf bukannya mau menghina. kamu tahu sendirilah bagaimana perbedaan kita! Tidak mungkin kan, aku jujur pada orang lain kalau aku menikahi gadis sepertimu? Selain itu, aku juga punya pacar! Aku harap kamu tidak mengganggu hubunganku dengan pacarku. Jangan juga mengadukan yang jelek-jelek tentangku dihadapan kakek!”

“Hanya itu?” Diana tersenyum sinis disertai perasaan miris.

“Hanya itu saja. Aku harap kamu cukup tahu diri,” ujar Abian.

“Baiklah.” Diana mengangguk. Sudah ia tebak nasibnya pasti akan semiris ini. Jika ada yang lebih dari ini pun Diana masih bisa menerimanya dengan hati lapang.

“Kau tidak protes?” tanya Abian heran.

“Syaratmu masih manusiawi, kok. Kenapa aku harus protes? Kecuali jika kamu menyuruhku makan kotoran hewan baru aku protes. Toh aku juga ingin bebas. Aku mau bekerja dan pacaran dengan cowok kota juga,” jawab Diana asal.

Abian sontak tergelak. “Hahaha. Siapa yang mau pacaran dengan gadis jelek seperti kamu?!”

Lelaki itu terus terkekeh dengan nada mengejek. Tapi tangannya mulai bergerak membantu Diana melepas baju. Saat kebaya yang sejak tadi menutupi punggung dibuka, Abian langsung terperanjat melihat banyak sekali luka lebam di tubuh Diana. Tawa lelaki itu seketika lenyap.

“Ada apa dengan tubuhmu?”

Pria itu memundurkan langkah saking kagetnya. Sekujur tubuh Abian ikutan merinding karena luka lebam di tubuh Diana sangat banyak.

“Tidak usah banyak bertanya. Kurasa kamu bukan orang yang suka kepo dengan urusan orang lain!” sindir Diana.

Mendengar itu Abian melotot kesal. “Ini bukan sekadar masalah kepo! Sekarang statusmu adalah istriku. Aku harus tahu soal luka itu karena aku tidak mau kamu menggunakan lukamu sebagai alasan untuk memfitnahku!”

“Siapa yang mau memfitnahmu?” Diana berbalik badan sembari menyipitkan mata. Postur tubuh Abian yang cukup tinggi membuat gadis itu harus mendongak penuh ke arahnya.

“Mana tahu nanti kamu memangadu pada Kakek kalau aku habis memukulimu! Sebagai manusia normal aku perlu waspada terhadap orang baru sepertimu! Pokoknya aku tidak mau membantumu jika kamu tidak memberi tahu dari mana asal luka-luka yang banyak itu,” desak Abian.

Selain curiga ia juga sedikit penasaran kenapa seorang gadis seperti Diana sampai memiliki luka sebanyak itu. Mana tahu kalau luka itu didapat karena Diana suka mencuri di kampungnya.

Diana mendesah lalu kembali memunggungi Abian. “Sehari yang lalu aku habis dipukuli ayahku. Dia sering melakukan ini ketika mabuk,” jawab gadis itu apa adanya.

“Kenapa dia memukulimu?”

Tangan Abian mulai bergerak membuka kemben milik Diana. Entah kenapa matanya tidak bisa berpaling dari punggung putih yang dipenuhi luka itu.

“Sama sepertimu. Ayahku juga menganggap aku sebagai gadis pembawa sial!”

Abian tersentak. Tangannya berhenti bergerak. Dia memang sempat mengatakan itu, tapi semua perkataan itu hanyalah makian asal yang terlintas di kepala. Bukan sesuatu yang diucapkan dari lubuk hati seperti tuduhan Diana barusan.

“Ayah bilang semua orang yang dekat denganku akan bernasib sial. Dulu ibuku meninggal karena melahirkanku. Temanku juga pernah meninggal kecelakaan sepulang mengantarkanku pulang dari sekolah. Dan kamu … kamu harus bernasib sial karena menikahi orang seperti aku. Apa penjelasan itu sudah cukup membuatmu puas?” tanya Diana dengan suara lirih yang mengandung jejak putus asa.

Abian refleks meneguk ludah. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

“Cepat lanjutkan. Nanti kamu bisa tambah sial kalau lama-lama dekat denganku,” seru Diana membuyarkan Abian dari lamunan.

Buru-buru Abian meneruskan tugasnya. Diana kembali berbalik setelah semua kancing dibuka oleh Abian.

“Aku harap kamu orang terakhir yang bernasib sial karena aku. Aku juga tidak mau dilahirkan sebagai gadis pembawa sial!” Diana tersenyum lalu melangkah ke kamar mandi setelah mengatakan itu.

Abian masih terpaku di tempat. Matanya menyorot ke arah pintu kamar mandi. Dia bisa melihat senyum getir Diana saat menatapnya beberapa saat lalu.

“Keburukan apa yang sudah dialami gadis jelek itu sampai hatiku ikut merasakan sakit juga?”

Lelaki itu menekan dadanya. Ada denyut tidak wajar yang terasa di bagian sana. Lebih tepatnya rasa sakit dan sesak yang tiba-tiba menghantam perasaan Abian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Kasihan Diana. ..... Abian apa yg kamu rasakan itu bisa jadi rasa haru akan nasib Diana
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
ya ambruk diana q ikutan mewek ini hua hua hua
goodnovel comment avatar
vieta_novie
hayooo....Abian kepo kan...maka nya yuk kenali Diana lebih deket lagi...ingat lah pepatah,tak kenal maka tak sayang...sapa tau klo abis kenal lebih deket bisa tumbuh rasa sayang diantara mereka...xixixixi...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir   TAMAT

    Hari itu, ruangan dokter terasa lebih hangat dari biasanya bagi Abian. Dengan senyum yang tak bisa disembunyikan, dia memandangi layar USG yang menunjukkan gambar bayi mereka yang kedua. Antusiasme terpancar dari matanya yang berbinar saat membayangkan kehadiran anggota keluarga baru."Semoga aja yang kedua perempuan. Jadi formasi keluarga kita bakalan lengkap. Tapi kalau laki-laki juga tidak masalah. Aku juga suka," ujarnya sambil terus menatap foto hasil usg, seolah bisa melihat masa depan keluarganya yang bahagia.Di sampingnya, Diana yang mendengar ucapan Abian itu menoleh dengan ekspresi yang rumit. Matanya yang tadinya memancarkan kebahagiaan kini seolah tertutup oleh awan kegelisahan. "Sebenarnya hubungan kita ini bagaimana sih Mas? Kita jadi cerai atau tidak?" tanyanya dengan suara yang mendadak serius.Abian menoleh, ekspresi bahagianya berganti dengan tatapan yang lebih dalam. "Kamu maunya gimana?" tanyanya, mencoba menggali perasaan dan keinginan Diana yang sebenarnya."Ak

  • Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir   Posesif Parah Lagi

    Lupakan isi hati perempuan yang sulit dipahami. Abian berusaha memaklumi sikap Diana yang aneh karena wanita itu sedang hamil sekarang.Pagi harinya, Abian dikejutkan oleh kabar Diana yang pingsan mendadak. Dia dilarikan ke rumah sakit karena kekurangan cairan.Abian saat itu cukup panik. Dia baru saja duduk di kursi kantor saat kabar itu datang. Tanpa basa-basi Abian langsung pergi menuju rumah sakit tempat Diana dilarikan.Sesampainya di rumah sakit ada kakeknya yang menunggu Diana. "Gimana keadaannya, Kek?" tanya Abian dengan wajah pucat pasi."Masih di dalam, dokter sedang menanganinya," jawab kakeknya sambil memandang lekat-lekat ke arah pintu ruang gawat darurat.Abian menghela napas berat. Pundaknya terasa seolah ditumpuk beban berat. Dia duduk di samping kakeknya, mencoba mengumpulkan keberanian untuk bertanya lebih lanjut tapi kata-kata terasa tersangkut di tenggorokannya.Beberapa menit terasa seperti jam berlalu hingga akhirnya seorang dokter keluar dari ruang tersebut. A

  • Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir   Lahhh??

    Diana menatap pintu kamar anaknya yang tertutup rapat, berharap suara lembut dari luar tidak akan membangunkan si kecil. Punggungnya terasa kaku, tangannya gemetar sedikit saat memegang gagang pintu. Ketika Abian berbicara, suaranya menimbulkan desas-desus yang menambah ketegangan di udara."Azka sudah tidur?""Sudah," sahut Diana, suaranya hampir tak terdengar, berusaha keras menyembunyikan kegugupannya."Kalau sudah selesai ayo tidur ke kamar. Bagaimanapun kita belum resmi cerai. Jadi usahakan jangan membuat orang salah paham," kata Abian dengan nada yang mencoba terdengar tenang namun Diana bisa mendengar sedikit kekecewaan di dalamnya.Kata-kata itu seperti jarum yang menusuk-nusuk perasaan Diana, membuatnya semakin merasa tidak nyaman. Tanpa menjawab, ia melangkah pergi, meninggalkan Abian yang masih berdiri di ambang pintu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah lantai di bawahnya menjadi lumpur yang menahan kakinya."Kamar kita masih sama kayak dulu. Ada di atas," sambun

  • Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir   Kembalinya Diana

    Kakek Bram berdiri tegak di halaman villa, keriput di wajahnya semakin terlihat jelas, namun matanya masih tajam dan penuh semangat.Diana baru saja sampai di villa dan melihat sosok Kakek Bram yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Tubuh Kakek Bram tampak lebih renta, namun ia tetap berdiri tegap dan berkharisma."Kakek," sapa Diana dengan suara agak gemetar, mengetahui Kakek Bram pasti punya maksud tertentu mendatanginya.Kakek Bram tersenyum tipis, "Apa kabar Diana? Lama tidak berjumpa!""Kabar baik, Kek!" jawab Diana sambil berusaha tersenyum, menutupi rasa cemas yang menyelimuti hatinya."Ayo masuk, Kakek pasti sudah menunggu lama di sini kan," ajak Diana, berharap bisa mengalihkan pembicaraan.Namun Kakek Bram menggelengkan kepalanya pelan, "Maaf, Diana. Kakek tidak mau basa-basi. Kamu pasti paham tujuan Kakek ke sini buat apa."Diana menelan ludah, hatinya berdebar semakin kencang. Ia tidak tahu apa yang akan dibahas Kakek Bram, namun ia tahu, apa pun itu, pasti sangat pentin

  • Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir   Pengalaman Hidup

    Diana menatap Prass dengan mata berkaca-kaca, seolah tak sanggup menahan kesedihan yang mendalam. Prass, yang sejak tadi mencoba menunjukkan sikap tegas, mulai merasa jantungnya berdegup kencang. Ia sadar, ini bukan hanya tentang kebahagiaan dirinya, tapi juga tentang Diana dan Bian."Maafkan aku, Mas Prass. Menurutku ini jalan terbaik untuk kita bertiga. Aku dengan jalanku, Mas Bian dengan jalannya, dan Mas Prass dengan langkah Mas sendiri," ungkap Diana dengan nada lirih.Prass mengepalkan tangannya, merasakan rasa kecewa yang begitu dalam. "Jadi begitu menurutmu. Jujur aku kecewa sekali dengan putusnya hubungan kita , Diana. Tapi aku cukup tercengang dengan isi pikiranmu. Menurutku kamu salah!"Diana terkejut, "Salah?""Hum. Kalau kamu masih sayang pada Abian. Kejarlah dia. Untuk apa kamu ikut menyerah?" kata Prass, mencoba menyadarkan Diana."Biar adil untuk Mas. Menurutku tidak etis jika aku berbahagia dia atas penderitaan orang," jawab Diana dengan suara terputus-putus."Sejak

  • Menjadi Istri Penebus Hutang Tuan Presdir   Hikss.

    Diana merasa hampa, ia menatap lantai dengan mata berkaca-kaca. Ia merasa tidak berdaya, tidak bisa mencegah Abian pergi meninggalkannya. Diana memang terlalu egois untuk mengatakan bahwa dirinya masih membutuhkan laki-laki itu.Saat sedang tenggelam dalam kesedihan, tiba-tiba pintu terbuka dan Firman datang. Firman, bapak Nuna yang dulunya jahat namun kini sudah bertobat."Nuna, apa yang terjadi?" tanya Firman cemas, melihat wajah anaknya yang sembab karena menangis. "Mas Bian baru saja pergi, Yah. Dia minta tinggal satu bulan di sini sebelum kita bercerai, dan sekarang waktunya sudah tinggal di sini habis," jawab Nuna dengan suara serak."Terus kenapa kamu nangis?" tanya Firman heran, berusaha menenangkan Nuna.Nuna menangis semakin keras, Firman mencoba merangkul dan mengusap punggung Nuna, berusaha memberi dukungan pada anaknya yang sedang berduka. Di tengah kekacauan hati ini, Diana merasa sendiri dan terluka, namun ia bersyukur masih memiliki Firman yang peduli dan siap mend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status