Kediaman Riegler.
Di kediaman mewah yang tampak mirip dengan mansion-mansion orang kaya di drama kesukaannya, terlihat sosok Bella duduk di sebuah kursi sembari menatap dengan khawatir situasi sekitar.
Ada lima orang wanita lain dengan tubuh tegap dan sikap profesional yang berada di ruangan tersebut bersamanya. Mereka adalah kandidat ibu susu untuk putra tunggal ahli waris Keluarga Riegler yang ternama, Kenneth Riegler.
Bella … adalah kandidat keenam.
Saat pintu terbuka, suara tangis seorang bayi memekakkan telinga. Bella yakin itu adalah suara putranya!
“Berikutnya!” teriak seorang pria yang ingin mengetes kandidat berikutnya.
Detak jantung Bella begitu cepat. Gilirannya masih lama, dan dia berdoa agar putranya itu tidak akan memilih ibu susu lain selain dirinya.
Satu persatu kandidat dipanggil, dan setiap dari antaranya keluar dengan wajah suram lantaran tidak diterima oleh bayi yang terus menangis itu.
“Cengeng sekali sih! Heran anak orang kaya minum ASI aja rewel,” gerutu salah seorang kandidat yang keluar dengan kesal.
Saat giliran kandidat yang kelima, pintu pun akhirnya terbuka. Lalu, seorang pria yang sebelumnya telah memperkenalkan diri sebagai asisten pribadi Kenneth tampak menatap Bella.
"Nyonya Isabella Guero," panggilnya, "kandidat kelima telah terpilih menjadi ibu susu untuk Tuan Muda Riegler, sopir pribadi kami akan mengantarkan Anda untuk pulang."
Sontak saja Bella kaget, "Tuan, apa tidak ada kesempatan untuk saya mencoba?" Bella berusaha menawar.
Alis kanan asisten pribadi Kenneth meninggi, tampak bingung kenapa Bella begitu gigih.
“Kandidat kelima sudah diterima oleh Tuan Muda lantaran dia tidak menangis saat meminum ASI-nya seperti dengan kandidat sebelum-sebelumnya. Karena sudah menemukan yang tepat, maka kami tidak mencari yang lain lagi,” jelas sang asisten pribadi dengan sabar.
Ucapan itu membuat hati Bella hancur. Sirna sudah kesempatannya untuk menjadi pengasuh sang putra.
Sepertinya, memang sesuai perjanjian … dirinya harus pergi meninggalkan sang putra.
Dengan pemikiran itu, Bella pun berbalik dan meraih tasnya, bersiap untuk pergi meninggalkan kediaman. Namun, mendadak–
BRAK!
Tiba-tiba saja pintu ruang tempat putra Bella berada terbuka dengan kasar, kandidat kelima yang Bella pikir telah terpilih sebagai ibu susu putranya justru dihempaskan keluar dengan kasar oleh seorang pria.
“Enyah kau dari sini!” geram pria beralis hitam tebal dengan tatapan gelap yang tajam bak elang.
Dengan hidung mancung, bibir tipis, dan rahang tegas, sosok tampan tersebut mampu memukau semua wanita yang pertama kali melihatnya. Namun, tidak dengan Bella yang malah merasa ngeri lantaran pancaran mata dingin sang pria seakan bisa membunuhnya.
"Tuan!" Tampak kandidat keempat memohon di kaki Kenneth, tapi dengan kasar Kenneth menendangnya menjauh tanpa kasihan.
Kejam … itulah yang Bella pikirkan.
Menendang seorang wanita seperti itu, bagaimana pria itu bisa tega?!
“Tuan Kenneth!” panggil sang asisten pribadi dengan wajah panik. “Ada apa?!” tanyanya seraya mencoba menenangkan tuannya.
Bella sontak membelalak ketika mendengar nama pria tersebut. ‘Kenneth? Itu Kenneth Riegler?! Ayah dari putraku?!’
Sementara Bella terkejut dengan kenyataan itu, Kenneth menuding kandidat keempat itu sembari menatapnya penuh kebencian. “Ray! Aku tidak mau melihat wanita ini lagi, usir dia dari rumah ini dan jangan pernah izinkan dia masuk kembali! Penjarakan dia atas apa yang sudah dilakukan!" ujar Kenneth marah. “Beraninya dia mencoba untuk membekap mulut putraku agar tidak menangis!”
Semua orang terkejut mendengar hal itu, terutama Bella. Beraninya wanita itu melakukan hal tersebut pada putranya!
Namun, sebelum Bella melakukan apa pun, Raymond–asisten pribadi Kenneth–terlebih dahulu mengambil tindakan dengan menyuruh penjaga kediaman untuk menyeret kandidat kelima keluar.
Sewaktu Bella memerhatikan kepergian kandidat kelima, dia tersentak kaget melihat tatapan Kenneth tiba-tiba ke arahnya.
"Kau!" tunjuknya, "apa yang kau lihat?!"
"Tuan, ini kandidat ibu susu terakhir untuk Tuan Muda," jelas Raymond.
Tatapan tajam Kenneth membuat Bella ketakutan, sampai rasanya untuk menelan ludahnya sendiri terasa sangat sulit.
"Kenapa diam saja?! Cepat masuk! Kau tidak dengar putraku menangis kelaparan?!" ujar Kenneth lagi.
"Nyonya, sebaiknya Anda masuk sebelum Tuan semakin marah," tegur asisten Kenneth berbisik.
Bella mengangguk pelan, melangkah ke dalam ruangan yang kini terdengar lagi suara bayi kembali menangis.
Bayi kecil terbaring di atas tempat tidur, menangis tanpa henti.
Tanpa pikir panjang Bella meraih bayi itu dalam pangkuannya.
Kenneth menutup pintu, bersandar memperhatikan.
"Tuan, bisakah Anda mengizinkan saya untuk menyusui putra Anda?"
"Lakukan,” balas Kenneth singkat.
Bella mengerjapkan mata, bingung. Apa pria itu akan tetap di sana selagi memerhatikan dirinya? Orang mesum macam apa–
"Kandidat kelima hampir membunuh putraku, apa kamu kira aku akan membiarkanmu berdua saja dengan putraku?” Seakan bisa membaca pikiran Bella, Kenneth langsung menjelaskan dengan nada ketus.
Bella menatap wajah mungil di pangkuannya, merasa tidak punya pilihan, ia pun membelakangi Kenneth yang masih bersandar di daun pintu selagi melihat ke arahnya.
Saat Bella mulai menyingkap bajunya, Kenneth memalingkan wajah ke arah lain.
Tampaknya, bukan hanya Bella yang merasa canggung.
Saat Bella mendekatkan wajah bayi itu ke tubuhnya, dia mulai merasakan bibir mungil itu menghisap cairan yang sempat tertahan dalam tubuhnya. Dalam diam, bayi itu pun menyusu pada Bella.
Sepertinya, bayi memang memiliki ikatan batin dengan ibunya. Sama seperti putra Bella yang langsung tenang berada dalam pelukan wanita itu.
Hanya butuh beberapa menit sampai akhirnya bayi itu benar-benar terlelap, dengan sangat hati-hati Bella membaringkan putranya di tempat tidur, memberikan kenyamanan yang bisa bayi rasakan.
“Tuan, sudah selesai,” ucap Bella seraya menatap ke arah Kenneth yang tampak terkejut dengan betapa lancarnya wanita itu menidurkan putranya.
Dengan wajah yang masih dingin, pria itu pun berkata, “Kau terpilih untuk menjadi pengasuh putraku mulai hari ini, tugasmu adalah merawatnya dengan baik, aku akan memantau terus tindakanmu terhadap putraku." Lepas mengatakan itu Kenneth pun keluar.
Melihat wajah mungil putranya yang tertidur lelap, mata Bella terasa panas. ‘Putraku … Ibu akan menjagamu sepenuh hati, Nak.’
Sejak saat itu Bella menjadi ibu susu dan pengasuh untuk putranya sendiri.
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Bayi mungil berkulit merah kini sudah menjadi anak kecil menggemaskan yang pandai berbicara.
Giovano Riegler, putra Bella itu tumbuh dengan baik di bawah asuhannya selama empat tahun lamanya.
Sayangnya, hari-hari penuh ketenangan dan senyuman itu tidak bertahan lama.
Empat tahun bekerja di bawah Kenneth, pria itu akhirnya melontarkan kalimat gila yang menggemparkan hidup Bella.
“Menikah dengan saya,” ucap Kenneth yang duduk di kursi kebesarannya selagi Bella yang berdiri di hadapannya terbelalak.
“Maaf, Sir. Saya sepertinya salah dengar. Tadi Sir bilang–”
“Isabella Guero, kamu tidak salah dengar,” potong Kenneth dengan wajah datarnya yang tampak serius. “Menikahlah denganku.”
Beberapa bulan berlalu, Bella membuka salah satu ruangan kosong yang mana kini Kenneth sedang menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kehadiran anak ketiganya, Kenneth bahkan membuat tempat tidur bayi seorang diri dan mendekorasi kamar. Antusias Kenneth tak pernah pudar sejak mengetahui Bella hamil, pria itu melakukan semuanya sendiri agar bisa membuat Bella tetap bahagia, sekarang saja Kenneth sedang menyiapkan kamar calon anaknya yang akan lahir sebentar lagi. "Ini sudah malam, sebaiknya kamu lanjutkan besok saja." Kenneth berbalik, "Aku tidak akan sempat, aku akan selesaikan pekerjaan ini dengan baik. Kita tidak tahu kapan bayinya akan lahir, mengingat usia kandunganmu sudah memasuki bulan kelahiran, jadi aku harus siap semuanya." Bella tersenyum, "Tapi ini sudah jam sebelas malam, kalau kamu tidak berhenti, aku tidak akan tidur." ancamnya. Tanpa mengatakan apapun kenneth langsung meletakkan alat yang ia pegang untuk membuat tempat tidur bayi, pria itu menghampiri Bella, meng
Perjalanan ke pusat perbelanjaan mereka jalani bersama, Kenneth menggandeng tangan Gio dan Flo bersamaan melewati setiap toko di sebelah mereka, tapi tujuannya sekarang adalah baju cantik untuk Flo dan juga hadiah untuk gadis kecil mereka. Bella mengikut di belakang memperhatikan kedekatan Kenneth, tiba-tiba Gio berhenti, anak itu berbalik menghampiri Bella dan menggandeng tangan ibunya, Gio mendongak seraya tersenyum. "Kalau Flo untuk daddy, aku akan bersama mommy." katanya. Bella mengusap kepala Gio, "Kalian itu tidak ada bedanya, sama-sama kesayangan mommy." jawab Bella. "Dad," panggil Flo, Kenneth menoleh dan putrinya sudah mengulurkan tangan minta gendong, dengan senang hati Kenneth mengangkat putrinya dan mereka berjalan menuju sebuah toko pakaian anak. "Aku ingin baju biru itu!" tujuk gadis kecil di gendongan Kenneth. Bella mendongak, setinggi itu bagaimana Flo bisa tahu ada baju cantik di sana, "Tolong turunkan baju itu, kami ingin melihatnya." ucap Bella pada pegawai.
Satu minggu setelahnya, baik Kenneth maupun Bella disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang mereka lakukan, mereka juga jarang di rumah sehingga sementara waktu Gio dan Flo di jaga oleh Delina. Tampaknya keinginan Delina pulang ke rumahnya harus tertunda demi menjaga kedua cucunya ketika orang tua mereka sibuk bekerja. Tiga hari terakhir, Bella dan Kenneth nyaris tidak saling sapa, jika Bella pulang ke rumah, terkadang Kenneth tidak ada karena dinas di kota lain. Kesibukan itu terus berlanjut sampai minggu kedua, dan hari ini Kenneth juga masih belum pulang. Ketika Bella tiba di rumah, Gio dan Flo sudah tidur. "Kamu dan Kenneth terlihat sangat sibuk akhir-akhir ini." ucap Delina. Bella menoleh sambil meletakkan lembaran dokumen dan tasnya ke atas meja, "Ada proyek baru yang harus aku tangani di perusahaan, aku tidak bisa lepas tanggung jawab karena posisiku sebagai pemimpin di perusahaan cabang." "Jangan lupa untuk mengatur jadwal makan mu, meski sibuk, kau juga butuh tenaga."
Dress hitam yang dibeli tadi siang kini Bella pakai untuk bersiap datang ke pesta, rambutnya ditata sedemikian rupa untuk menampilkan leher jenjang dan aksesoris yang Bella gunakan. Penampilannya sepuluh kali lipat lebih cantik jika Bella merias dirinya dengan serius, tapi bagi Kenneth merias diri atau tidak, wanita berbaju hitam yang berjalan ke arahnya itu adalah yang paling cantik diantara wanita lainnya. "Perfect!" puji Kenneth seraya menawarkan lengannya untuk Bella gandeng. Bella tersenyum tipis, mereka pun pergi setelah mobil jemputan tiba, Kenneth membukakan pintu mempersilahkan Bella masuk ke dalam mobil lebih dulu. Tempat pesta digelar terlihat sudah ramai, banyak kendaraan juga yang tampaknya baru tiba, supir membukakan pintu agar penumpang di belakang turun. "Biarkan aku memperbaiki penampilanmu sedikit." ucap Bella sambil merapikan dasi kupu-kupu di leher Kenneth agar terlihat lebih nyaman dipandang. "Ayo kita masuk?" Kenneth kembali menawarkan lengannya, dengan senan
Pukul sembilan malam, Bella dan Kenneth sudah bersiap mengambil posisi berbaring ketika mereka melihat pintu terbuka, Flo muncul sembari memeluk boneka unicorn miliknya."Hai, dad.""Hai sayang, kenapa kamu tidak tidur?" tanya Kenneth.Flo menjatuhkan bonekanya, "Apa aku bisa tidur dengan daddy malam ini?""Tentu saja, kemarilah." Kenneth mengulurkan tangan menggendong Flo dan membiarkan putrinya itu tidur sambil memeluknya seperti anak koala.Tatapan Flo melihat Bella yang sedang melipat tangan di depan perut, namun dengan jahilnya Flo semakin erat memeluk Kenneth, "Ini daddyku.""Jadi apa putriku merebut suamiku sekarang?" "Tidak, ini suamiku." jawab Flo.Bella mendelik sementara Kenneth tertawa sambil mengusap punggung Flo, gadis kecil itu tiba-tiba bangun sambil mendorong jauh selimut yang sering Bella pakai."Ini, mommy tidur saja dengan selimut ini.""Astaga, apa kamu mengusir ibumu sendiri?" sahut Bella melihat putrinya mendorong selimut ke arahnya, Flo diam sebentar menatap B
Ada begitu banyak mainan dan souvenir yang Bella bawa untuk kedua anaknya, terlihat wajah antusias mereka ketika melihat setiap mainan yang ada, Bella dengan Kenneth duduk memperhatikan tanpa mengganggu Gio dan Flo mengacak acak tas berisi barang yang Bella beli di tempat liburannya."Kalian sudah datang?""Ibu," Bella membantu membawa belanjaan ke arah dapur, "banyak sekali.""Sudah tidak apa, karena kau dan suamimu sudah pulang, jadi ibu ingin membuat masakan kesukaan kalian. Tapi apa makanan kesukaan suamimu?" tanya Delina.Bella merapikan belanjaan, "Kenneth bukan pemilih makanan, oh ya, Gio punya alergi dengan seafood."Delina mengangguk mengerti, wanita paruh baya itu memperhatikan wajah putrinya. Sebelumnya ia sempat khawatir kalau pernikahan Bella dengan Kenneth akan berakhir sama seperti sebelumnya, tapi begitu melihat wajah Bella yang berseri seri seperti ini membuatnya turut bahagia."Bagaimana liburanmu dengan Kenneth?""Sangat baik, tidak pernah sebaik ini sebelumnya." ja