Share

BAB 23 - Jejak yang Hilang

Author: Dhalika Noire
last update Last Updated: 2025-08-28 12:18:52

Hujan deras membasahi trotoar ketika Rania dan Sinta menuruni tangga stasiun bawah tanah. Ini bukan tempat yang biasa mereka kunjungi, tapi petunjuk terakhir dari Felix membawa mereka ke sini.

"Menurut pesan terakhir Felix, dia bertemu seseorang yang menyimpan dokumen asli tentang keterlibatan Dimas dan Ravena Capital," gumam Rania sambil memeriksa kembali ponselnya.

“Dan dia menyebut kata ‘terminal gelap’… tempat itu sering dipakai untuk barter data ilegal,” tambah Sinta. “Kalau dia ke sana… dia dalam bahaya besar.”

Mereka bertemu dengan seorang informan lama yang pernah bekerja sama dengan Felix.

"Felix adalah teman baik. Dia tidak akan meninggalkan sesuatu tanpa jejak. Dia bilang kalau ada yang terjadi padanya, kalian harus ke tempat ini."

Pria itu menyerahkan sebuah flashdisk kecil dan selembar kertas usang bertuliskan kode:

A37-Beta / Gudang Selatan / Simpanan Raut 12:17

"Ini petunjuk terakhirnya. Tapi hati-hati. Orang-orang Dimas mungkin sudah tahu."

***

Sementar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 26 - Kembali dari Bayangan

    Hujan turun deras malam itu. Rania tengah memandangi berkas-berkas peninggalan Dimas di ruang kerja ketika ponselnya berdering. Nomor tak dikenal. Ia nyaris tak mengangkat, tapi suara di seberang membuat napasnya tercekat. “Rania…” Suara itu… lemah, serak, tapi sangat familiar. “Raka?” “Aku... butuh bantuanmu. Aku masih hidup.” Ponsel nyaris jatuh dari tangan Rania. “Di mana kamu?!” “Jangan bilang siapa-siapa… mereka masih mengincar aku. Aku di rumah tua Ayah, di lereng Brava…” *** Rania langsung berangkat bersama Reyhan dan Sinta secara diam-diam. Mereka tiba di sebuah rumah terbengkalai, dikelilingi kabut dan hujan. Di dalamnya, Raka terbaring lemah di sofa usang, tubuhnya penuh luka lama, beberapa masih membekas jelas. Matanya sayu, tapi masih menyala. Tangis Rania pecah seketika. Ia meraih tangan Raka dan menggenggamnya erat. “Kau… kau hidup… Tuhan, aku kira kau sudah…” Raka menggeleng pelan. “Dimas… merancang semuanya. Membuat seolah aku tewas di tempat ke

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 25 - Perburuan Terakhir

    Dua minggu sejak pelarian Dimas. Selama itu pula Rania hidup dalam pengawasan ketat. Rumahnya dijaga aparat, Reya dipindahkan ke tempat rahasia. Tapi Rania menolak bersembunyi. Ia tahu, selama Dimas belum tertangkap, tak ada tempat yang benar-benar aman. “Dia akan datang padaku. Bukan Sinta, bukan Felix. Aku. Karena aku yang menjatuhkannya,” ujar Rania tegas saat Sinta menyarankan pelindung tambahan. Reyhan mengatur strategi, tapi Dimas seolah lenyap. Semua jejak menghilang. Sampai akhirnya, surat tanpa pengirim tiba di kantor kejaksaan. Isinya: “Main terakhir kita. Tanpa polisi. Tanpa kamera. Datanglah ke tempat semuanya bermula. Sendirian. Jika kau ingin ini berakhir.” Tertulis di bawahnya: “Villa Gunung Senja.” Itu adalah rumah lama keluarga Wicaksono. Tempat pertama Rania dibawa setelah menikah. Tempat Yulia pertama kali menyiksanya. *** Malam itu. Rania memutuskan untuk datang. Meski ditentang semua pihak, ia tahu—ini bukan lagi sekadar perburuan hukum. Ini te

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 24 - Balas Dendam dari Balik Jeruji

    BAB 36 — Balas Dendam dari Balik Jeruji Malam sunyi. Di dalam penjara kelas satu, Dimas duduk di ranjangnya, ditemani sebatang rokok yang menyala setengah. Meski dinding jeruji mengelilinginya, wajahnya tetap tenang. Di depannya, seorang pengacara bayangan membisikkan kabar. "Kami sudah temukan orangnya. Infiltrasi ke dalam LPSK, akses ke lokasi rumah aman Felix. Kita hanya butuh waktu." Dimas mengangguk pelan. “Aku tak butuh waktu. Aku butuh hasil. Buat mereka menderita, satu per satu. Mulai dari Rania.” *** Keesokan harinya, Rania menerima paket misterius. Sebuah kotak kayu kecil dengan inisial “R”. Di dalamnya, bukan barang, melainkan segel rambut bayi, yang ia kenali sebagai milik anaknya, Reya. Tangannya gemetar. Pesan pendek tertulis di balik tutup kotak: "Kau mencuri milikku. Sekarang, kutarik kembali yang jadi milikmu." Rania langsung menggendong Reya dan menghubungi Sinta. Laporan diajukan ke kepolisian, dan Reyhan mempercepat proses pemindahan saksi dan kelu

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 23 - Jejak yang Hilang

    Hujan deras membasahi trotoar ketika Rania dan Sinta menuruni tangga stasiun bawah tanah. Ini bukan tempat yang biasa mereka kunjungi, tapi petunjuk terakhir dari Felix membawa mereka ke sini. "Menurut pesan terakhir Felix, dia bertemu seseorang yang menyimpan dokumen asli tentang keterlibatan Dimas dan Ravena Capital," gumam Rania sambil memeriksa kembali ponselnya. “Dan dia menyebut kata ‘terminal gelap’… tempat itu sering dipakai untuk barter data ilegal,” tambah Sinta. “Kalau dia ke sana… dia dalam bahaya besar.” Mereka bertemu dengan seorang informan lama yang pernah bekerja sama dengan Felix. "Felix adalah teman baik. Dia tidak akan meninggalkan sesuatu tanpa jejak. Dia bilang kalau ada yang terjadi padanya, kalian harus ke tempat ini." Pria itu menyerahkan sebuah flashdisk kecil dan selembar kertas usang bertuliskan kode: A37-Beta / Gudang Selatan / Simpanan Raut 12:17 "Ini petunjuk terakhirnya. Tapi hati-hati. Orang-orang Dimas mungkin sudah tahu."*** Sementar

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 22 - Reaksi Terhadap Ancaman

    Di sisi lain, Dimas duduk di depan laptopnya. Wajahnya tegang, ketika ia melihat laporan terbaru dari pihak luar. “Semua terkontrol. Tetapi jangan lengah, mereka mulai mencari titik kelemahanmu.” Dimas menghela napas, lalu menatap foto keluarga yang ada di meja. “Kalian pikir kalian bisa menang? Kita akan lihat siapa yang bertahan lebih lama.” Perang baru saja dimulai, dan kini ancaman datang dari dua arah — Dimas dan kelompoknya yang semakin kejam, serta pihak baru yang lebih berbahaya yang diam-diam sudah siap menjatuhkan mereka. Setelah berita skandal yang mengungkap hubungan gelap antara keluarga besar Wicaksono, Anargya Capital, dan jaringan kriminal internasional, suasana di seluruh Jakarta mulai berubah. Pihak yang terancam mulai bergerak dalam bayang-bayang, berencana untuk memulihkan kendali atas situasi yang mulai mengancam kekuasaan mereka. Dimas Wicaksono: Dimas tidak pernah merasakan kemarahan seperti ini sebelumnya. Kekuasaan yang selama ini ia bangun dengan lic

  • Menjadi Istri di Rumah Maut Mertua   BAB 21 - Menembus Lembaran Kebenaran

    Setelah diskusi panjang, akhirnya mereka memutuskan untuk mengirimkan dokumen tersebut ke Redaksi Investigasi Media Nasional, sebuah stasiun berita yang dikenal dengan laporan investigasi tajamnya. Mereka yakin hanya media besar yang bisa melindungi mereka, dan mengangkat bukti itu ke permukaan. Felix sudah memberikan bantuan untuk memastikan bahwa jejak digital mereka tidak terdeteksi. “Ini langkah besar. Tapi kita tidak punya pilihan,” kata Felix saat terakhir kali bertemu dengan mereka. “Jika mereka tahu siapa yang ada di belakang ini, kalian tak akan semudah itu terlepas.” ** Setelah tombol kirim ditekan, Sinta dan Rania duduk terdiam, menunggu. Beberapa jam pertama, tidak ada tanggapan. Meskipun hati mereka gelisah, mereka tahu waktu mereka terus berjalan. Kemudian, sekitar tengah malam, layar ponsel Rania berbunyi. Pesan masuk: “Kami sudah menerima bukti yang Anda kirimkan. Ini akan kami siarkan malam ini juga. Terima kasih sudah membantu kami membuka tirai kegelap

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status