Share

7. Untuk Pertama Kalinya

Sejak tadi Liora hanya duduk di sofa ruang tengah, menunggu sang suami keluar dari kamar. Entah apa yang dilakukan Arka di dalam sana, Liora tak mempunyai aktivitas lain selain menunggunya. Dia mulai bosan, dan mengantuk. Membuat Liora semakin tidak suka tinggal di rumah itu.

"Ini masih hari pertama, tapi sudah seperti ini. Ah, aku semakin tidak suka dengan suasana rumah ini!"

Kesal Liora, dia tak tahan lagi jika harus berdiam menunggu Arka keluar. Liora pun akhirnya memutuskan untuk menghampiri laki-laki itu, namun belum sempat Liora membuka pintu kamar Arka, laki-laki itu justru keluar dari dalam sana. Membuat Liora terperanjat kaget.

"Liora?"

"Ah, akhirnya kamu keluar juga. Apa yang kamu lakukan seharian di dalam kamar? Aku sejak tadi menunggumu."

Arka mengernyit bingung. "Menungguku? Kenapa kamu menungguku keluar kamar? Aku tadi sedang membereskan barang-barangku."

Liora menghela nafas kesal. "Andai saja kamu mengijinkan ku untuk satu kamar denganmu pasti aku bisa membantumu."

Arka diam. Dia dan Liora tadinya sempat beberapa kali debat tentang tempat tidur, namun lagi-lagi akhirnya Liora kalah dengannya. Dia memang sengaja ingin tidur terpisah dengan Liora setelah menikah. Karena Arka tahu, pernikahannya dengan Liora ini hanya untuk sesaat. Jadi Arka ingin menjaga Liora, agar dia tak tergoda dan sampai menyentuh perempuan itu lagi.

Tak mau membahas hal itu kembali, Arka mengalihkan pembicaraan. "Apa kamu lapar?"

"Tentu saja aku lapar, ini sudah waktunya makan malam."

"Di dapur ada bahan makanan lengkap, kamu bisa memasaknya sendiri jika lapar."

"Apa?"

Arka menatap Liora bingung, saat perempuan itu tampak terkejut ketika dirinya menyuruhnya memasak. Arka menebak, mungkin Liora tak terima memasak sendiri karena nantinya pasti dia juga akan ikut makan.

"Aku juga akan membantumu memasak, jika kamu keberatan memasak sendiri," imbuh Arka menjelaskan.

Namun Liora justru menghela nafas berat. Sambil tersenyum menahan malu. "Em, sebenarnya aku tidak bisa memasak."

Arka seketika terdiam. Seharusnya sejak awal dia sudah bisa menebak, perempuan seperti Liora sudah pasti tidak pernah menginjak dapur. Bahkan saat pertama membawakan makanan untuknya, perempuan itu harus repot-repot membeli makanan di restoran.

"Tapi jika kamu tetap menginginkan aku masak, maka aku tidak akan menolaknya. Aku akan mencobanya." Liora kembali tersenyum, berusaha menutupi kebodohannya. Dia tidak mau hanya karena ini Arka jadi menganggap dirinya perempuan yang tidak pantas dijadikan istri.

"Sebenarnya aku tidak ingin memaksamu melakukan ini. Tapi mau bagaimanapun laki-laki ataupun perempuan itu sebaginya harus bisa memasak, karena itu juga adalah salah satu kebutuhan dalam hidup. Jadi, aku akan membantumu belajar memasak."

Liora menatap Arka dengan sorot tak percaya. Dia pikir laki-laki itu akan menghinanya karena dia tidak bisa memasak, tapi Arka justru akan membantunya. Membuat Liora semakin kagum, dan yakin jika Arka memang laki-laki yang tepat untuknya.

Arka lebih dulu menuju dapur, diikuti Liora di belakangnya.

Laki-laki itu mulai mengambil bahan-bahan di kulkas dan lemari, lalu di susunnya ke atas meja dapur.

Arka tak menjelaskan lebih dulu pada Liora apa yang akan dia masak, tapi Liora tak mau banyak tanya dan menunggu perintah sang suami saja.

Arka mengambil sebuah pisau kecil, dan dia berikan pada Liora. "Kamu bisa mengupas bawang?"

Liora mengangguk sedikit ragu. Tapi dia juga pernah melihat pembantu di rumahnya mengupas bawang, dan terlihat tidak sulit. Dia kemudian mengambil pisau yang Arka berikan, dan mulai mengupas satu bawang merah yang juga sudah Arka siapkan.

Tapi saat melihat bentuk bawang merah itu, Liora mendadak bingung. Dia bergumam, "cara mengupasnya ... apa sama dengan mengupas mangga? Tapi bentuk bawang ini mirip anggur. Kulit anggur bisa dikupas hanya dengan tangan kosong."

Walau pelan, namun Arka masih mendengarnya. Laki-laki itu hanya membuang nafas kasar.

"Liora, isi panci itu dengan air. Biar aku yang mengupas bawang ini."

"Oh, baiklah." Liora bersemangat, meninggalkan bawang merah yang sama sekali belum dia kupas. Dia mengisi air pada panci kecil, lalu dia letakkan ke atas kompor. "Sudah sayang."

"Nyalakan kompornya."

Liora terdiam. Dia mulai mengamati beberapa tombol yang ada di kompor itu. Jujur, dia sama sekali tidak pernah menyentuh kompor, lalu bagaimana cara menyalakannya?

Melihat Liora kebingungan tentu Arka paham, dia menghampiri dan langsung menyalakan kompor itu. Membuat perempuan itu lagi-lagi kembali tersenyum malu.

"Aku tidak pernah menyalahkan kompor, tapi setelah ini aku paham bagaimana cara menyalakannya."

Arka menghela nafas tak peduli, dan lanjut membuat bumbu. Perempuan itu sepetinya sama sekali tak paham sedikitpun dengan benda-benda yang ada di dapur, untuk membuat Liora bisa memasak pasti akan membutuhkan waktu yang lama.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status