Share

Badai Pasti Berlalu

Author: Fei Adhista
last update Last Updated: 2024-06-21 20:30:48

Riviya berusaha memutar otak, mencari jalan keluar. Gadis berambut panjang itu tidak bisa diam saja, dia tidak sendirian, dia membawa seseorang yang sedang terluka parah. Matanya tertutup sejenak, tampak juga dia menarik napas, kemudian membuangnya secara perlahan. Via hanya mencoba menenangkan diri agar pikirannya bisa bekerja lebih baik lagi.

Untuk beberapa saat dia diam di tengah badai yang masih mengguyur tempat tersebut. Via memutuskan untuk putar balik, dia rasa dibandingkan mengambil resiko dengan berjalan terus, lebih baik kembali menuju arah pantai dan mencari pertolongan di pemukiman warga. Tak begitu jauh, dia bisa mencapai tempat itu dengan lebih cepat.

"Tenang ya, kayaknya ada klinik di area pemukiman yang tadi aku lewati." Via sebisa mungkin mengendarai motornya dengan cepat dan tentunya tetap hati-hati.

Tak berselang lama, mereka tiba di lokasi, membuat Via merasa sedikit lega. Terlebih bangunan klinik yang dimaksudnya sudah ada di depan mata.

"Mas! Mbak! Tolong!" teriak Via.

Via membuka sabuk celana Reza, kemudian dengan perlahan melepaskan diri dari tubuh laki-laki itu. "Masih kuat 'kan?"

"Saya bisa sendiri."

Namun, tentu saja Via tidak yakin dengan jawaban Reza terlebih melihat kondisinya yang memang mengkhawatirkan. Walau darah tak lagi keluar, tetap saja lukanya harus diobati. Via membantu Reza berjalan sembari terus memanggil orang, meminta pertolongan.

Seseorang datang dan langsung membantu Reza juga, mereka pun menidurkan Reza ke tempat tidur klinik. "Ini kenapa?"

"Saya ketemu dia lagi di jalan dengan kondisi kayak gini. Mungkin dia korban tabrak lari atau—"

"Saya tidak apa-apa!" ucap Reza berbohong.

Dia sendiri sedang bingung harus memberi alasan macam apa. Tak mungkin menceritakan kebenarannya, yang ada nanti akan menjadi rumor dan nama baik Raysa semakin buruk. Reza tak ingin hal itu terjadi.

Perawat di sana langsung menengahi, karena sepertinya Reza memang enggan buka mulut perihal apa yang menimpanya. Jadi perawat langsung membantunya mengobati semua luka di tubuh laki-laki itu. "Itu kayak kecelakaan mobil, kena ...."

Via malah menduga-duga sembari melihat luka di tubuh Reza yang sedikit tidak dia mengerti kronologinya. Via merasa kalau Reza mengalami kecelakaan mobil, tetapi di tempat kejadian dan sepanjang jalan sana dia tidak menemukan kendaraan yang mengalami kecelakaan.

"Mbak, sebaiknya Anda urus administrasi-nya dulu sana. Biar ini urusan saya dan untuk masalahnya nanti biarkan saja dulu!" ucap perawat yang membuat senyuman di wajah Via seketika luntur.

Via melirik Reza yang tengah menahan kesakitan, terlebih saat beberapa pecahan kaca disambut dari tubuhnya. Dia merasa kasihan, tetapi dia lebih kasihan lagi melihat dompetnya yang isinya tak seberapa itu, bahkan mungkin tak akan mampu membayar biaya pengobatan Reza. Via membuka dompetnya, dia memasang wajah sedih. 

Reza bisa melihatnya, dia tidak sengaja melihat Via yang tampak frustasi dengan isi dompetnya sendiri. "Aish, kalau gak dibantu kasian banget kayaknya dia gak punya keluarga. Tapi kalau dibantu, besok aku makan apa?"

Via mengeluh, mengumpat, dan bahkan memaki dirinya sendiri karena malah menempatkan dirinya di kondisi serba salah seperti ini.

"Udah tahu miskin, masih aja so so-an bantuin orang lain. Pusing sendiri 'kan?" ucapnya lagi sembari memukul kepalanya sendiri. 

Reza bisa melihat tunggak Via dengan jelas, dia tersenyum kecil karena baginya itu lucu. Namun, dia kembali mengulum senyuman saat menyadari kalau dia kehilangan dompetnya.

Dari ekor matanya, Reza melihat kalau Via membayar semuanya. 

Tubuh Reza sudah dibersihkan dari luka, bahkan semua lukanya sudah diobati dengan baik. Dia kini masih terbaring di tempat tidur, sementara perawat kini tengah berbincang dengan Via. "Ini baju untuk pacarmu!” 

“Pacar.” Via mengernyitkan keningnya sembari memanyunkan bibirnya yang mungil. 

Perawat memberikan satu setel pakaian pada Via, yang mana itu untuk dikenakan Reza. Keduanya kini saling melirik, tentu saja mereka canggung dengan keadaan saat ini. Namun, menolak pun percuma karena hanya ada di sana dan perawat itu sudah tak di tempat.

"Ini perawat yang minta loh, ya! Lihat tuh bajumu sudah basah, kotor lagi.”

"Aku gak ada niatan pegang badan kamu loh, Mas!" ucapnya lagi yang terus membuat Reza tersenyum tipis.

Via terdiam sesaat sembari berfikir bagaimana caranya mengenakan baju pasien ini. gadis dengan rambut panjangnya yang diikat seperti ekor kuda itu pun menghela napas kasar, hingga akhirnya dia membantu Reza untuk duduk di tepi ranjang. 

Via mengangkat satu tangan Reza, ya karena satu tangan lagi terpasang infus yang mana di bagian itulah  bantuan Via dibutuhkan. 

"Merepotkan, padahal tinggal gak usah pake baju aja, kan, simple. Kenapa di bikin susah!” gerutunya.

"Kamu mau lihat saya tanpa busana?"

"Ehh, mulutnya." Via langsung memicingkan matanya.

Via mencubit pakaian Reza, dengan perlahan membukanya. Sikapnya yang malu malah terkesan jijik pada Reza yang saat ini masih basah kuyup. Sebenarnya Via pun begitu, hanya saja dia tidak terluka jadinya tidak diprioritaskan.

"Kalau bisa sendiri, aku gak bakalan biarin kamu sentuh aku."

"Dih, emang aku mau gitu sentuh kamu. Aneh banget, udah ditolong gak tau terima kasih," ucap Via menggerutu.

Namun, ucapan Reza berhasil membuat Via dengan cepat membuka pakaiannya. Terlihat jelas semua luka-luka itu, membuat Via yakin kalau Reza baru saja mengalami kecelakaan mobil.

Keduanya saling menatap, tepatnya Via menatap Reza dengan memelas membuat laki-laki itu hanya menaikkan sebelah alisnya. Via menatap celana Reza, ya tentu saja dia merasa bingung sekarang. "Aku panggil perawat dulu lah, takut banget burungnya keliatan."

"Burung apaan?"

Bukannya menjawab, mata Via malah kembali melirik ke bagian celana Reza. Dia kembali mencubit ujung celana Reza dengan ragu.

"Matanya kenapa?"

"Sssttttt diem, takut dipatok burung!" ucapnya dengan posisi masih sama, mata ditutup sebelah dan tangan yang seolah tengah mencubit.

Via menghela napas, kemudian menggeleng lagi. Tidak bisa. Posisi ini hanya akan terlihat aneh kalau ada orang lain yang melihatnya. Via berdiri kembali dari jongkoknya, dia benar-benar kesulitan untuk di bagian ini, sementara Reza hanya menatap tanpa ekspresi. 

"Ambil selimut itu!" ucap Reza sembari menunjuk sebuah kain tipis di atas tempat tidur.

Via mengangguk.

Reza membuka kancing dan resleting celananya, membuat Via langsung membulatkan matanya dan protes, "Wah, dasar mesum. Mau ngapain hah, sengaja mau pamer burung?"

"Burung apaan sih, burang burung dari tadi."

"Cepat ikat di pinggang saya, terus tarik dari bawah!" ucap Reza.

Via malah menatap dengan tajam, seolah mengintimidasi Reza agar tak berbuat yang aneh-aneh. Sementara Reza hanya menggaruk keningnya karena sikap Via hanya memperlambat semuanya.

Via melilitkan selimut tipis di pinggang, dan Reza pun berdiri yang membuat Via memanyunkan lagi bibirnya, kemudian tangannya mencubit celana Reza dan menurunkannya hingga betis. Di sanalah Reza bisa membuka celananya sendiri tanpa bantuan Via lagi.

"Ini lebih melelahkan dari lari maraton."

"Pake acara ketemu kamu lagi, kayaknya kita sering banget ketemu. Takdir macam apa ini, merepotkan!" gerutunya lagi.

"Cepat!" ucap Reza lagi dan Via malah menggerakkan alisnya karena tak mengerti.

Mata Reza mengarah pada celana di ranjang di mana dia belum mengenakannya dan tak bisa mengenakannya sendirian. "Kamu mau saya pakai selimut  aja?"

"Mulai mesum lagi, udah dibantu masih aja gak tau diri!" 

Via langsung membantu Reza mengenakan celananya sampai ke paha, kemudian Reza mencoba menariknya sendiri.

"Gelang aku mana?" tanya Via sambil menengadahkan tangan kanannya setelah membantu Reza.

Reza hanya diam, menatap telapak tangan itu yang meminta padanya.

"Mas ojek, aku itu gak bakalan kerja di sana lagi. Jadi kemungkinan buat ketemu itu tipis banget," ceritanya.

"Kenapa?"

"Dipecat. Ah, pokoknya mana gelang aku, sini!" ucap Via lagi sembari terus mengulurkan tangan dan meminta barangnya kembali.

Sementara Reza hanya tersenyum hambar, membuat Via memicingkan matanya. "Mana gelang aku?" tanyanya lagi.

“Kamu tahu aku kecelakaan mana mungkin aku bawa gelang kamu. Aku pasti akan mengembalikannya padamu!” bisik Reza ditelinga kiri Via yang membuat gadis itu menelan air liurnya sendiri. 

“Ba-baiklah. Nama kamu siapa, kita belum kenalan sepertinya.” 

“El, panggil saja aku El!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menyesal Setelah Bercerai : Suamiku Ternyata Kaya Raya    Akhir cerita

    Eyang Wiryo terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Wajahnya pucat, dan oksigen di hidungnya membuat semua orang yang hadir semakin khawatir. Suasana ruang perawatan terasa begitu tegang.Di sekelilingnya, berkumpul seluruh anggota keluarga yang selama ini terlibat dalam konflik warisan. Ada Reza, Via, Randi, Johan, Chandra, dan Bima, sang dalang dari semua kekacauan ini.Dengan suara bergetar, Eyang Wiryo berbicara, memecah kesunyian, "Aku tidak pernah membayangkan keluargaku akan berantakan seperti ini... Apa yang kalian semua cari? Harta? Kekuasaan? Apa semua itu lebih berharga dari keluarga kita?"Tak ada yang menjawab. Mereka hanya menunduk, entah karena merasa bersalah atau masih menyimpan amarah masing-masing.Eyang Wiryo menghela napas panjang. "Aku akan mengatakan sesuatu yang harus kalian dengar baik-baik. Reza adalah pemilik sah dari perusahaan keluarga kita. Semua harta yang kalian perebutkan berasal dari suamiku yang pertama, dan Bima... kamu bukan anak dari suami pertama

  • Menyesal Setelah Bercerai : Suamiku Ternyata Kaya Raya    Menerima Kenyataan

    Chandra melangkah dengan cepat menuju kediaman ayahnya, Bima. Pikirannya penuh dengan pertanyaan yang berputar tanpa henti. Fakta bahwa Randi adalah saudara tirinya, dan Johan juga bagian dari skema besar ayahnya, membuatnya tidak bisa diam saja.Saat ia memasuki ruang kerja Bima, pria itu tampak tenang, duduk di balik meja besar dengan segelas teh di tangannya. Seakan tidak ada yang terjadi."Chandra," sapa Bima tanpa ekspresi. "Kau datang dengan wajah penuh amarah. Apa yang kau inginkan?"Chandra mengepalkan tangannya. "Aku ingin jawaban. Aku ingin tahu kenapa kau menyembunyikan fakta bahwa Randi adalah saudaraku! Kenapa kau memalsukan hasil DNA-nya?!"Bima meletakkan gelasnya dengan tenang, lalu menatap Chandra dalam-dalam. "Karena aku tidak pernah berniat mengakui Randi sebagai bagian dari keluarga ini."Chandra terhenyak. "Apa maksudmu?! Dia anakmu!"Bima mendengus kecil. "Dan itu adalah kesalahan yang seharusnya tidak pernah terjadi."Chandra semakin geram. "Bagaimana dengan Joh

  • Menyesal Setelah Bercerai : Suamiku Ternyata Kaya Raya    Pengkhianatan Keluarga

    Setelah Johan berhasil ditangkap, Reza bersama Randi dan Via kembali ke tempat persembunyian mereka. Namun, meski Johan kini berada di tangan pihak berwenang, Reza masih merasa ada sesuatu yang belum selesai. Di tengah malam yang sunyi, Reza duduk di ruang kerja kecilnya, membaca kembali dokumen-dokumen yang mereka sita dari Johan. Namun, semakin ia membaca, semakin ia menyadari bahwa ada sosok lain yang lebih besar di balik ini semua. Nama Bima, pamannya sendiri, terus muncul dalam berbagai transaksi dan laporan rahasia. Reza menggertakkan giginya, tangannya mengepal. "Jadi selama ini… Paman Bima yang mengatur semuanya?" Tiba-tiba, suara ketukan di pintu membuatnya tersadar. Randi masuk dengan wajah penuh kebingungan. "Ada apa, Reza? Kau terlihat tegang," tanya Randi. Reza mengangkat salah satu dokumen dan melemparkannya ke meja. "Lihat ini. Nama Paman Bima ada di setiap transaksi ilegal Johan. Dia bukan hanya mengetahui semua ini, dia adalah dalangnya!" Randi membaca do

  • Menyesal Setelah Bercerai : Suamiku Ternyata Kaya Raya    Mulai Bergerak

    Pagi itu, Reza menerima pesan dari Bayu. Isinya singkat, tetapi cukup membuat adrenalin Reza meningkat."Johan mulai bergerak. Dia tahu tentang dokumen itu. Hati-hati."Reza duduk di kursi, menatap papan penuh strategi di depannya. Ia tahu bahwa Johan tidak akan tinggal diam setelah mengetahui dokumen itu ada di tangan yang aman. Kini, semua yang telah ia persiapkan harus berjalan sempurna, atau semuanya akan sia-sia.Via muncul dari dapur, membawa secangkir teh untuk Reza. Ia menatap wajah Reza yang terlihat semakin lelah namun tetap penuh keyakinan.“Kamu yakin bisa mengatasi ini, Reza?” tanya Via pelan, duduk di depannya.Reza menatap Via dengan tatapan lembut namun penuh tekad. “Aku harus yakin, Via. Kalau aku nggak bergerak sekarang, Johan akan terus menghancurkan segalanya. Aku nggak akan membiarkan itu terjadi.”Via terdiam sejenak, lalu menggenggam tangan Reza. “Kalau kamu butuh bantuan, aku di sini. Jangan terlalu memaksakan diri, Reza.”Reza tersenyum kecil. Sentuhan Via mem

  • Menyesal Setelah Bercerai : Suamiku Ternyata Kaya Raya    awal dari akhir

    Malam itu, Reza duduk di ruang tamu yang remang. Di depannya terdapat tumpukan dokumen penting yang baru saja ia dapatkan dari salah satu informannya. Wajahnya serius, penuh konsentrasi, membaca setiap detail yang bisa menjadi kelemahan Johan.“Reza, apa ini cukup untuk melawan dia?” tanya Randi sambil mendekati meja, pandangannya menyapu dokumen tersebut.“Ini lebih dari cukup,” jawab Reza, menutup map dengan tegas. “Dokumen ini adalah bukti nyata bahwa Johan terlibat dalam penyelundupan besar. Kalau kita bisa menyerahkannya ke pihak yang tepat, itu akan menghancurkan dia.”Via yang duduk di sofa terlihat gelisah. “Tapi Johan nggak akan tinggal diam. Dia pasti sudah tahu bahwa kita sedang bergerak melawannya.”Reza menatap Via dengan tatapan penuh keyakinan. “Aku tahu itu, Via. Tapi aku nggak akan biarkan dia menang. Ini tentang keadilan, bukan hanya untuk kita, tapi untuk semua orang yang sudah dia rugikan.”Pagi harinya, Reza mengumpulkan Randi dan Via di sebuah kafe kecil yang jau

  • Menyesal Setelah Bercerai : Suamiku Ternyata Kaya Raya    Serangan Balik

    Keesokan paginya, Reza kembali ke apartemen dengan penampilan yang terlihat lelah, namun tatapannya masih penuh keyakinan. Via yang tengah duduk di ruang tamu langsung berdiri begitu melihat Reza masuk.“Kamu nggak apa-apa?” tanya Via, mendekat dengan nada penuh kekhawatiran.“Aku baik,” jawab Reza singkat. “Dokumen itu sudah aman. Sekarang kita hanya perlu menunggu langkah Johan berikutnya.”Randi, yang sejak tadi mengamati dengan cemas, akhirnya bersuara. “Reza, aku nggak ngerti kenapa kamu nggak membiarkan aku ikut tadi malam. Kalau mereka menyerang kamu di tengah jalan, gimana?”Reza menatap Randi dengan serius. “Karena aku butuh kamu di sini. Tugasmu menjaga Via, memastikan dia aman. Kalau aku gagal, setidaknya masih ada kamu di sini untuk melindungi dia.”Via yang mendengar ucapan itu merasa hatinya bergetar. Meskipun Reza tidak pernah mengungkapkan perasaannya secara langsung, tindakan dan ucapannya selalu menunjukkan betapa ia peduli.Sore itu, ketika suasana sedikit tenang, p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status