Istri Penyelamat CEO Amnesia

Istri Penyelamat CEO Amnesia

By:  Faiz bellzz  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
112Chapters
2.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Indah tidak pernah menyangka bahwa lemburnya akan membuat dia terlibat dengan Bara--CEO muda di tempatnya bekerja! Karena lembur, Indah memilih untuk pulang lewat jalan kecil agar sampai ke rumahnya dengan cepat seperti biasa. Namun, Indah justru menemukan mobil sang bos menabrak pembatas jalan. Dengan tulus, dia menyelamatkan Bara dan memintanya bertahan. Sayang, kecelakaan itu mengakibatkan Bara amnesia dan hanya mengingat suara Indah saat menolongnya! Bara kini tak mau lepas dari Indah yang katanya penyelamat hidupmua. Bahkan, Indah dipindahkan dari divisi administrasi menjadi sekretaris. Tak berhenti di sana, Bara juga ingin menikahi Indah! Meski tak mengerti mengapa Bara bersikukuh, Indah pun terpaksa menikahi CEO muda itu pada akhirnya. Lantas, bagaimana pernikahan keduanya? Apakah mereka akan berakhir bahagia atau justru berpisah? Terlebih, jika ingatan Bara ternyata sudah kembali? Haruskah Indah terluka?

View More
Istri Penyelamat CEO Amnesia Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
112 Chapters
Prolog
"Sial!"Bara mengumpat ketika rem mobil yang dikendarainya tiba-tiba saja tidak dapat bekerja. Padahal, mobil itu rutin di-service. Jalanan yang menurun juga tidak membantu. Justru, semakin membuat Bara kesulitan dalam mengendalikan kemudi. Dengan pasti, mobil CEO muda itu meluncur bebas menuju pembatas jalan.Brak!Kecelakaan tunggal tidak bisa dielakkan. Tampak asap mulai keluar dari mobil tersebut. Sementara Bara, tidak bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya seketika terhimpit bangku mobil."Arrgh!" pekik Bara.Sayang, tidak ada yang mendengar karena hari sudah sangat malam. Jalanan itu begitu sepi dan jarang dilewati. Hanya saja, Tuhan seperti mendengar permintaan Bara dan tak meninggalkannya sendiri. Tampak seorang perempuan tengah mengendarai motornya dan melewati jalanan tersebut. Indah juga langsung menyadari mobil milik Bara yang terus mengeluarkan asap, hingga menepikan kendaraanya. Ragu-ragu Indah turun dari motor.Indah berjalan menghampiri mobil lalu mencoba mencari seseorang y
Read more
Bab 1. Siuman
"Udah selesai, Indah? Nanti, pulangnya kita jalan, yuk!" Mendengar ucapan temannya, Indah yang sedang mengerjakan sesuatu menegakkan kepala sambil mengerutkan dahi. "Kamu lupa kalau kita harus lembur, Si?" "Ck! Aku lupa kalau harus lembur," keluh Rosi.Indah menggeleng kecil mendengar penuturan teman kantornya yang pelupa itu. "Dulu, kita jarang lembur. Tapi, setelah perusahaan dipegang Pak Zulfi, semua jadi kacau! Kita dipaksa lembur dengan upah yang enggak sesuai. Keluar pun, harus bayar penalti dengan jumlah yang enggak wajar,” gerutu Rosi, “Pak Bara kapan siuman, sih? Pertolongan pertamanya gak telat, kan?"Deg!Indah sontak teringat dengan kecelakaan bosnya satu bulan lalu. Bayangan wajah Bara yang berlumuran darah kembali membuat perasaan Indah tidak tenang. Seandainya, dia dapat memberikan pertolongan lebih cepat, apakah Bara dapat lebih cepat pulih? “Dah? Indah?!” panggil Rosi yang menyadari temannya itu tampak terdiam."E–eh? Ada apa? Sorry gak denger, Si." Indah menyahut
Read more
Bab 2. Kembali
"Arrgh!" ringis Bara sambil memegang kepalanya. Sudah seminggu setelah Bara bangun dari komanya. Selama itu pula, ia melakukan serangkaian pemeriksaan di rumah sakit.Amnesia pasca trauma. Jenis amnesia yang disimpulkan tim dokter yang menangani Bara. Menurut mereka, ini terjadi pada pasien yang mengalami cedera kepala parah. Meski demikian, ini hanya bersifat sementara dan bantuan keluarga dapat membantu proses pemulihan ingatan."Ada apa, Bar?" Dona terlihat khawatir saat melihat anaknya yang meringis kesakitan."Kepalaku sakit.""Kamu pasti memaksakan lagi," keluh Dona dengan helaan napas berat. "Jangan terlalu memaksa diri. Biarkan ingatan itu kembali dengan alami."Bara memang sedang berkeliling rumah mewah–kediaman dirinya bersama kedua orang tuanya. Hanya saja, pria tersebut memang berusaha keras mengingat kenangan yang ada di sana. Namun, bukan ingatan yang ia dapat, melainkan nyeri pada kepalanya."Aku ingin kembali mengingat semuanya.""Papa paham, tapi jangan dipaksakan,"
Read more
Bab 3. Nama sang Penyelamat Hidup
"Ck!"Bara tampak murung setelah penyambutan tadi. Dia merasa bingung dengan reaksi para karyawannya. Namun, Bara memendamnya sendiri. Kini, bahkan Bara sudah dengan santai berkeliling perusahaan diarahkan oleh sang Papa. Roki memang ingin sang anak mengenal struktur perusahaan secara nyata. Tidak seperti sebelumnya yang hanya lewat tulisan dan gambar, Roki juga berharap dengan berkeliling perusahaan membuat percahan memori Bara kembali.Bruk! Tanpa sengaja Bara menabrak seorang karyawan yang sedang memegang setumpuk kertas karena pria itu memperhatikan banyak hal dan tidak fokus ke depan. Sontak, hal itu membuat kertas-kertas yang dipegang karyawan itu berhamburan.Segera, Bara berjongkok untuk memunguti kertas yang berserakan. Melihat itu, Zulfi pun ikut berjongkok untuk membantu atasannya. Begitu juga dengan karyawan yang ditubruk oleh Bara."Saya minta maaf karena sudah membuat kekacauan seperti ini." Bara berkata sambil memberikan kertas-kertas yang sudah dikumpulkan kepada ka
Read more
Bab 4. Seperti anak kecil
“Indah.” Bara terus mengulang nama itu sambil melihat ke arah Indah dengan berbinar. "Jadi, apa yang membuat kamu beranggapan jika Indah adalah penyelamat hidupmu, Nak?" tanya Dona lebih lembut.Setelah bersitegang karena Bara yang tidak mau melepaskan tangan Indah tadi, pria itu akhirnya dengan berat hati melepaskan saat Indah yang memintanya. Kini, mereka tengah duduk di sofa dengan saling berhadapan."Ayo Bara, jawab." Dona kembali berkata ketika Bara hanya diam saja.Bara melihat sekilas ke arah Indah lalu menghela napas panjang sebelum menjawab. "Karena dia yang menolongku saat kecelakaan itu." Sontak jawaban Bara membuat semua orang yang tengah duduk itu menatap Bara dengan tidak percaya. Mereka tidak menyangka jika Bara bisa tahu kalau Indahlah yang menolongnya. Namun, bagaimana bisa pria tersebut mengetahuinya? "Ka-kamu, bagaimana bisa mengetahuinya?" "Aku mengenal suaranya.”"Jadi, saat itu kamu dalam keadaan sadar?" tanya Dona."Aku enggak tahu, karena yang aku ingat han
Read more
Bab 5. Sekretaris
Meski memikirkan bahwa pengirim pesan tersebut adalah Bara, tetapi tangan Indah segera bergerak untuk melihat foto profil dari nomor tersebut. Dia ingin memastikannya lagi. Namun, betapa kagetnya, ia saat gambar Bara terpampang jelas di sana. "Ja-jadi, ini nomor Pak Bara?" gumam Indah lirih.Meski pelan, ternyata Rosi yang memang mejanya berdekatan dengan Indah, dapat mendengar gumaman Indah barusan. "Kamu SMS-an sama Pak Bara, Indah?" pekik Rosi dengan keras.Sontak semua orang yang sejak tadi memperhatikan Indah pun menatapnya menjadi penuh selidik. Bagaimana tidak? Kejadian Bara yang tanpa sengaja menabrak Indah sudah menyebar luas di kalangan para pegawai.Bahkan, selentingan gosip yang tidak benar sudah sampai di telinga semua orang. Lalu, sekarang mereka mengetahui jika Indah berkirim pesan dengan Bara. Bukankah itu terlalu mencurigakan? "Ini ... aku—""--Indah dipindahkan tugaskan jadi sekretaris pribadi Pak Bara," potong Kepala Administrasi sebelum Indah selesai berbicara.
Read more
Bab 6. Menikah
Ucapan Bara membuat Indah terdiam dan heran. Ia merasa tidak percaya jika pria yang ada di hadapannya bisa mengatakan hal itu tanpa beban. Apa ia pikir pernikahan itu hanya main-main? "Kenapa diam aja? Kamu mau enggak?" Bara tampaknya tidak sabar ingin tahu jawaban lndah.Indah mengerjap beberapa kali saat Bara menatapnya penuh harap. Ia merasa bingung harus menjawab apa. "Saya tidak ...." Belum selesai Indah menyelesaikan kalimatnya, Bara sudah lebih dulu menyela dengan menarik tangan Indah. Langkahnya sangat lebar dan cepat. Sehingga Indah hampir terseret andai tidak bisa menyeimbangkan."Ma! Pa!" Bara memanggil kedua orang tuanya begitu masuk ke dalam rumah. Memang jarak antara gerbang dan rumah cukup jauh. Hal itu dikarenakan halaman yang begitu luas. Dona dan Roki yang berada di kamar pun segera keluar ketika mendengar Bara yang memanggil mereka. "Ada apa, Bar?" tanya Roki dengan napas yang terengah-engah–khawatir sang putra kembali terkena musibah."Aku mau menikah dengan I
Read more
Bab 7. Bantuan
Dona dan Roki hanya bisa mendesah lirih ketika Bara mengatakan kalau dirinya tidak ingat dengan siapa yang sudah melakukan kejahatan tersebut. Ya, meski mereka kecewa, tetapi mereka paham kalau Bara tidak mungkin mengingat dengan mudah."Jadi bagaimana? Kamu belum menjawab pertanyaanku." Bara menatap Indah dengan penuh harap.Mendapatkan tatapan seperti itu, Indah ikut mendesah. Pada akhirnya ia pun menjawab dengan jujur meski rasanya berat. "Saya belum menikah, Pak." Terang saja Bara senang mendengar itu. Ia bahkan dengan refleks memeluk Indah. "Aku senang, itu artinya kita bisa menikah." Tubuh Indah menegang. Perlakuan Bara yang tiba-tiba membuat Indah tidak nyaman. Menyadari itu, Dona pun meminta Bara untuk melepaskan pelukannya."Bara, bukankah udah Mama katakan untuk tidak berbuat seenaknya kepada Indah?" Teguran Dona membuat Bara melepaskan pelukannya dengan berat. Ada rasa nyaman saat memeluk Indah. "Aku selalu tidak bisa mengontrol diri saat bersamamu, Penyelamat hidup." "
Read more
Bab 8. Ingkar Janji
Tiba di kantor, semua orang yang berada di loby langsung tertuju pada Bara dan Indah. Jelas hal itu karena gosip tentang Indah yang berkirim pesan dengan Bara sudah menyebar luas. Ditambah dengan sekarang, mereka berangkat ke kantor bersama. Jelas perbincangan itu semakin senter terdengar."Kata Papa jangan dengarkan mereka yang sedang membicarakan kita," bisik Bara ketika mereka sedang berdiri di depan lift. Indah hanya mampu menunduk. Tidak mengindahkan ucapan Bara barusan. "Kenapa diam?" Dengan pelan Indah menggeleng. Bara mendesah pelan, lalu tiba-tiba ia menarik dagu Indah agar kepalanya tegak. "Jangan menunduk terus, nanti leher kamu sakit." Jelas tindakan Bara di depan umum membuat kasak-kusuk semakin menjadi. Mereka tidak mengira jika Bara bisa melakukannya secara terang-terangan. Tidak jauh berbeda dengan perasaan Indah sekarang. "P-pak, mohon maaf. Jangan seperti ini," pinta Indah sambil menepis tangan Bara dari dagunya."Kenapa?" Belum sempat menjawab, pintu lift
Read more
Bab 9. Kenapa Marah?
Indah mengerjap beberapa kali--bahkan sendok yang sedang dipegangnya hampir jatuh saat melihat Bara sudah berdiri di hadapannya. "Kenapa diam?" tanya Bara karena Indah tidak juga berdiri, padahal ia sudah mengulurkan tangan. Tersadar saat kakinya ditendang Rosi dari bawah meja, Indah tersenyum canggung. "Maksud Bapak, apa?" "Ck! Kamu udah janji enggak akan ninggalin aku. Tapi malah makan di sini sama teman kamu." "Ini 'kan jam makan siang, Pak!" "Harusnya kamu makan sama aku!" Tanpa ada yang mengira, Bara malah menarik satu kursi lalu duduk di samping Indah. "Aku makan di sini." Zulfi yang sejak tadi berdiri di belakang Bara mengangguk. "Kalau begitu saya pesankan dulu, Tuan." "Hemm." Karena tidak mau menganggu, Rosi yang sejak tadi diam memilih berdiri. Ia mengambil kotak makan yang masih tersisa banyak. "Aku duluan, Indah." Indah menatap Rosi penuh harap agar Rosi mau tetap tinggal. Namun, tatapan itu Rosi abaikan. Bagaimanapun Rosi masih membutuhakan perkerjaan, ia tid
Read more
DMCA.com Protection Status