Abimanyu tampak marah, ia tak menyangka Ibunya membuat keputusan yang tak masuk akal. Dengan rasa kecewa ia menyuruh Anton untuk keluar ruangan. Dengan kasar dihempaskan tubuhnya kembali duduk di kursi kebesarannya, matanya menatap pada satu titik semu, pikirannya melayang pada sosok wanita yang akhir-akhir ini mulai mengisi pikirannya, tapi saat ini kebenciannya justru mulai dalam merasuk pada satu nama yaitu Hazna Safitri. “Hazna, apa yang membuat Ibu memutuskan hal itu, pasti kamu yang telah meracuni pikiran ibu,” desis kemarahan terucap di bibir Abimanyu. Seketika laki-laki berbadan atletis dan berpenampilan menarik itu bangkit dari duduknya, dengan langkah cepat menuju basement tempat parkir. Beberapa karyawan hotel yang menyapanya tidak di hiraukannya, pikiran Abimanyu sedang kacau, saat ini ingin meminta penjelasan pada Ibunya. Beberapa menit kemudian sampailah mobil yang di kendarai Abimanyu tiba di parkiran rumah sakit, dengan langkah cepat segera diayunkan langkahnya
Abimanyu gegas meninggalkan apartemen Angela. Entah apa yang sedang dipikirkan, laki-laki tampan dan gagah itu senang, tapi bercampur bingung, senang karena seorang anak akan lahir di rahim wanita yang amat di cintai, tapi bingung dengan statusnya. Dan yang lebih membuat Abimanyu khawatir, reaksi apa yang akan di lakukan ibunya, jika seorang cucu akan lahir dari rahim Angela Kana, wanita yang di bencinya. Mobil sedan mewah, berhenti tepat di halaman depan, suasana rumah Ratna sudah ramai, banyak anak-anak dengan pakaian nuansa putih, duduk rapi berjajar di ruang tamu. Abimanyu tampak heran, karena tamu yang datang kebanyakan anak-anak. “Bu, yang ibu undang siapa sih, kok banyak anak kecil?” tanya Abimanyu seraya menghampiri ibunya yang sibuk mengawasi menu yang akan dihidangkan. “Oh, Ibu mengundang anak yatim, dari panti asuhan Kasih Bunda, ini semua Hazna yang mau, jadi ibu nurut saja,” jawab Ratna, seraya tersenyum hangat menyambut Abimanyu. “Kenapa sih, harus Hazna yang memutu
Malam yang panjang dan indah, itulah yang dirasakan Hazna, perlahan tapi pasti ia sedang mengambil cinta dari hati suaminya. Netra Hazna terbuka, jam dinding menunjukkan pukul tiga pagi, di usapnya lembut wajah suaminya yang masih mendengkur tipis, seraya tersenyum. Lalu Hazna beranjak dari tempat tidur, seraya meraih baju sleep dreesnya yang sudah berceceran di lantai kamar, lalu dipungutnya, langkahnya menuju cermin, dilihatnya wajah cantiknya yang berantakan, banyak tanda merah di bagian tubuhnya.“Aku, bagaikan seorang pelacur semalam, kenapa aku bisa begitu liar, cintakah atau kemarahanku pada mereka yang bermain di belakangku,” gumam Hazna, tak terasa bulir bening jatuh pelan di pipinya.Kemudian Hazna menuju kamar mandi , membersihkan dirinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, setelah mengenakan pakaian gamis sedernaha ia pun berwudhu. Lantuan ayat-ayat suci di lantunkan, dengan merdu. Hingga membuat Abimanyu terbangun, ia mengerjab-ngerjabkan matanya, menatap Hazna yang se
“Kamu pinter masak Haz, masakanmu selalu membuatku untuk menambah makan,” ucap Abimanyu.“Ibu yang mengajariku memasak sejak kecil, selain itu aku sering membantu Ibu memasak untuk catering..” jelas Hazna, ada wajah berbinar bahagia, karena merasa suaminya sudah mulai memujinya dan itu menandakan jika ada sudah ada cinta di hatinya walau sedikit.“Seharusnya kamu menikah dengan laki-laki yang bisa menghargaimu dengan baik Haz, bukan laki –laki seperti aku,” sahut Abimanyu menatap nanar wanita yang entah sejak kapan meninggalkan sebuah rasa pada dirinya.“Jika aku mendapat pasangan yang belum sempurna, mungkin ada pada diriku yang kurang sempurna, Jika Mas Abim mau, kita bisa sama-sama berjalan, supaya langkah kita begitu sempurna,” Hazna menjawab seraya memegang bahu suaminya.“Sudahlah Haz, kamu tidak akan mengerti. Sekarang pulanglah, aku akan melanjutkan pekerjaanku!” perintah Abimanyu kembali bersikap dingin.Hazna membereskan sisa makanan, sambil berucap,” Mas.. nanti pulangnya j
Sementara itu di unit apartemen, Angela masih menangis dengan menenggelamkan kepalanya di tumpukan bantal.“Sudah Angela! Hentikan tangisanmu, kenapa kamu mengulang kesalahan Mommy,” gerutu Katrina dengan kesal.“Kesalahan Mommy, apa maksudnya Mom?” tanya Angela terkejut dengan pernyataan Mommynya.“Hah..sudahlah lupakan perkataaku. Kamu menyia-yiakan waktumu demi laki-laki seperti Abimanyu!” bentak Katrina kesal.Katrina terlihat menelepon seseorang. Wajah wanita berusia 45 tahun itu terlihat serius, kemudian menutup ponselnya.“Angela, ayo ikut Mommy,” ajak Katrina seraya mengambil hoodie dan memakaikannya pada Angela, di tutupinya kepala Angela, dan memakaikan masker serta kaca mata hitam untuk penyamaran.“Mom kita akan kemana?”“Jangan banyak tanya, kamu harus menyamar, aku tidak ingin, seseorang mengetahui kehamilanmu,” balas Katrina kesal.Katrina menyetir mobil Alphard miliknya , disampingnya duduk Angela yang masih bingung kemana ibunya akan membawanya pergi, Mobil terus mel
Adzan subuh bekumandang sahdu, Hazna terduduk di tepi ranjang yang berukuran besar, di sampingnya Abimanyu masih terlelap. Hazna ragu ingin membangunkan sang suami untuk menjadi imam salat subuh, tapi ia takut jika pria yang masih terlelap itu marah,karena beberapa hari ini, ia terlihat sangat dingin, dan Hazna tidak tahu penyebabnya.Dengan menyakinkan dirinya, ia memberanikan diri membangunkan Abimanyu, tangannya mulai mengusap lembut bahu kekar yang sedang memeluk guling.“Mas.. bangun yuk, kita salat berjamaah,” ajak Hazna dengan nada pelan.Abimanyu sesaat mengeliat, dan menguap kecil, perlahan ia membuka kelopak mata yang terasa berat.“Ada apa?” tanya lelaki yang perlahan mengubah posisi tubuhnya dan menatap Hazna.“Kita salat subuh yuk,”ajak Hazna sekali lagi.Abimanyu perlahan bangkit dari tidurnya, lalu menuju kamar mandi membersihkan diri, berganti baju dan mengambil air wudhu, lalu menghampiri Hazna yang sudah memakai mukena dan duduk di sajadah menantikan Abimanyu mengim
Abimanyu duduk di kursi keja, matanya fokus menatap layar laptop dan tangannya sibuk di atas keybord.Entah kenapa hatinya merasa tak enak, melakukan kebohongan, sebelumnya ia juga sering berbohong tapi kali ini ia merasa berdosa dan bersalah pada Hazna.Tapi desakan dari Angela, lebih kuat mempengaruhi pikiran Abimanyu, dengan segera ia memperiapkan proposal penarikan dana sebesar 1 milyar. Tiga lembar kertas sudah ada di tangannya, lalu berjalan menuju ruangan Hazna. Tanpa mengetuk pintu, Abimanyu membuka pintu ruangan Hazna.“Haz, aku butuh tanda tanganmu,” ucap Abimanyu, seraya meletakkan berkas di hadapan Hazna.Untuk sesaat Hazna menatap dan membaca 3 lembar berkas, yang ada dihadapnnya, lalu menatap suaminya yang terlihat cemas, Hazna tahu, jika suaminya sedang ada masalah, raut wajahnya tidak bisa membohongi Hazna.“Mas Abiamnyu, menarik uang sebesar 1 miliar untuk biaya operasional hotel?” tanya Hazna.“Iya, cepatlah tanda tangani dan jangan banyak tanya, kamu membuang- buang
Hazna berjalan cepat menuju basement tempat parkir, ia berhenti di samping mobil sedan putih milik Abimanyu, seraya menyandarkan tubuhnya di badan mobil. Lalu air matanya tumpah, entah mengapa kali ini, rasa cemburu yang besar membakar hatinya, ketika mengetahui Abimanyu sering menghabiskan waktu bersama Angela di tempat yang menurutnya sangat indah, yaitu di atas rooftop hotel.Hazna menangis sesenggukkan, sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya. Hingga suara suaminya membuatkan Hazna membuka telapak tangannya.“ini sapu tangan, hapus air matamu, dan berhenti menangis, aku tidak mau kita pulang, matamu sembab, nanti ibu mengira aku menyakitimu, dan ibu akan menghukumku lagi,” ucap Abimanyu seraya menyodorkan sapu tangan kepada Hazna.Tanpa berucap, Hazna meraih sapu tangan yang diberikan Abimanyu kepadanya, lalu mengusap air matanya. Kemudian Abimanyu membuka pintu mobil dan menyuruh Hazna masuk ke dalam mobil, di susul Abimanyu duduk di belakang setir, kemudian mulai