AKU PASTI BISA TANPAMUApa ini Karma 2?"Sepertinya lebih terlihat ceria Jum. Malah sering kulihat dia teleponan sambil senyam-senyum gitu. Dia juga kemarin kulihat punya jam tangan baru, dan juga dia pulang beberapa hari yang lalu, membawa belanjaan yang lumayan banyak , saat kutanya katanya sedang dapat arisan yang diadakan dengan sesama teman kuliahnya di kampus," jawab Bu Sarah."Eh, tapi tiap hari Mbak Selfi masih minta uang saku 'kan Bu?" tanyaku lagi."Minta lah, tapi nggak di kasih juga nggak protes kayak dulu. Emmm kayaknya dia juga sudah jarang minta uang untuk sekedar beli buku atau kerjain tugas bareng teman-temannya.""Oh, begitu...terus Bu Sarah nggak nanya gitu, kok nggak pernah minta uang buat keperluan kuliah lagi?" tanyaku lagi."Nggak lah, kupikir malah enak dia tak pernah minta uang untuk ini itu, jadi nggak terlalu buat aku dan Johan tertekan. Ya kalau dulu ada Wulan, enak tinggal minta duit selesai, lah kalau sekarang Selfi minta duit, kami harus kelimpungan du
AKU PASTI BISA TANPAMUSemakin Terperosok."Selfi kok belum datang juga ya, Jum? Ini sudah pukul sembilan malam loh." Wajah mertuaku ini mulai kelihatan khawatir."Sudah dicoba telepon, Bu?" tanyaku mencoba memberi solusi."Tadi sudah, katanya sedang menyelesaiakan tugas, dan sebentar lagi akan pulang."Jadi meskipun banyak kejanggalan yang sudah ditunjukkan Selfi sebelumnya, dan juga kedatangan Gita tadi sore, ternyata mertuaku ini tetap percaya pada Selfi. Tapi tak tahu sih, apa yang sebenarnya dirasakan beliau di dalam hati. Hingga kemudian sebuah motor matic masuk ke teras, dan tentu saja, itu adalah orang yang dari tadi kami tunggu-tunggu. Dia ternyata pulang dengan membawa banyak tas belanjaan, tertulis beberapa nama brand terkenal di tas-tas kertas itu."Nungguin aku ya, Bu?! Yuk masuk, sudah malam nih," ujar Selfi sambil nyelonong masuk.Kami berdua pun segera mengekori gadis cantik berambut merah itu."Oh, iya Jum. Masukin motornya dan jangan lupa tutup pintunya. Lalu buatin
Part 19Mas Johan Digrebek"Arak! Arak saja keliling kampung!""Dasar mesum! Kurang ajar kalian, mengotori kampung ini!"Dasar perempuan murahan! Laki-laki gatel!""Sudah punya istri masih selingkuh!""Arak saja keliling kampung!""Laporkan pada polisi saja!""Hajar saja biar kapok!"Teriakan-teriakan itu, membuatku terbangun. Kulihat jam dihandphone masihlah pukul dua malam, berarti aku baru tidur satu jam saja setelah menyelesaikan menulis dua bab novelku tadi.Suara-suara itu sepertinya amat dekat, dan dari banyak orang. Masak iya malam-malam begini ada orang yang teriak. Aku pun bergegas keluar dari kamar, meski takut.Betapa kagetnya aku, ternyata di ruang tamu banyak sekali orang, mayoritas bapak-bapak, dan aku sepertinya mengenal mereka, yah mereka adalah tetangga sekitar sini. Untung saja aku keluar kamar lengkap dengan costum penyamaranku, jadi mereka tak mengenalku.Dari dalam sini, aku tak bisa melihat apa yang sedang terjadi di ruang tamu, karena banyaknya warga yang berdi
Part 20Hidayah Itu Belum DatangSetelah Mas Johan dan Sinta dibawa oleh polisi, akkhirnya semua warga pun ikut pergi dari rumahku ini. Yang tersisa hanya para perangkat desa dan suami Sinta."Bu Sarah yang sabar ya, semoga nanti Johan dan kita semua dapat memetik hikmah dari peristiwa ini...oh iya, istrinya Johan itu sebebarnya kemana ya Bu? Kok nggak pernah kelihatan?" Rumah Pak Kades ini memang dekat dengan rumahku, jadi dia pasti tahu jika aku tidak ada di rumah."Minggat, Pak. Dasar istri tak tahu diri dia itu, Pak!" ucap mertuaku dengan bada tinggi."Loh memangnya kenapa kalau boleh tahu? Setahu saya dan juga warga di sini, dia itu wanita yang baik loh, bahkan sejak remaja. Saya tahu semua tentangnya, Bu, karena kami kan bertetanggan dari dulu. Buktinya sekarang saja dia masih memperbolehkan Ibu dan keluarga tinggal di rumah ini 'kan?" tanya Pak Kades.Alhamdulollah ternyata para tetangga berpihak kepadaku, jadi nanti jika aku memberontak, akan ada yang mendukungku."Alah itu ka
Part 21Bertemu Mertua Setelah Mengajukan Gugatan CeraiSetelah makan mie bersama dengan ibu mertuaku itu, aku langsung bergegas mengambil air wudu dan melaksanakan salat subuh, sedangkan beliau pamit melanjutkan tidur.Aku banyak bersyukur atas berbagai kebaikan dalam hidupku, benar kata orang, ujiam itu diberikan pada orang yang akan diangkat derajatnya, dan semoga aku menjadi salah satunya.Setelah salat, rencananya aku akan kembali meneruskan satu bab novelku, sepertinya waktunya akan cukup, dari pada aku tertidur lagi.Betapa terkejutnya aku, saat melihat penghasilanku sudah mencapai satu juta rupiah. Subhanallah, aku tak pernah menyangka bisa mendapat uang sebanyak itu dalam waktu sehari. Tentu hal ini menjadikanku makin semangat melanjutkannya. Meski pertama menulis tujuan utamanya bukanlah uang, namun tak ayal dengan pendapatan yang banyak ini, membuatku makin bersemangat.Tentu saja aku langsung mengetik satu bab saja untuk menambahi pendapatan besok, karena waktu juga tak ak
Part 22Didikan Orang Tua Yang SalahSebenarnya hatiku masih dongkol sekali dengan kelakuan ibu mertuaku itu. Tapi terus kucoba meredam semua amarah dengan terus beristighfar, karena bagaimanapun, saat ini beliau masihlah ibu mertuaku dan lebih tua dariku, jadi masih wajib aku hormati.Mungkin karena sedang banyak pikiran, akibat kedua anaknya yang bermasalah itulah, akhirnya beliau bersikap seperti itu. Pas sekali bertemu denganku yang bisa di jadikan pelampiasan amarahnya yang terpendam.Setelah hati merasa tenang, aku pun kembali memakai kostum dan berangkat ke rumah itu lagi, seperti biasa berubah menjadi Juminten, sang pembantu gratisan. Sebelum sampai, kusempatkan berbelanja sedikit sayuran, sebagai antisipasi jika mereka sudah berada di rumah terlebih dahulu.Benar saja, saat aku akan masuk rumah, motor mereka pun masuk teras."Loh, kamu dari mana saja jum?" tanya Bu Sarah.Nada bicaranya lebih lembut dari pada saat bertemu denganku tadi di warung."Eh ini tadi habis beli sayur
Part 23Penyamaranku TerbongkarSetelah memasak, aku pun mandi dan segera melaksanakan salat, rencananya aku akan istirahat sebentar habis ini, capek badan dan capek pikiran ngadepin Bu Sarah ini.Tok tok tokk"Jum...Jum! Buatin aku mie dulu, lapar ini!"Ketukan dan teriakan Bu Sarah itu, tentu saja langsung membatalkan rencana istirahatku itu. Aku pun kemudian memasak mie instan pesanan beliau itu."Jangan lupa tambahin telornya Jum, biar bergizi," ucapnya lagi."Siap laksanakan Bu!" jawabku dari dapur.Bu Sarah hanya menonton tivi saat aku sedang memasak, sepertinya sambil menelepon seseorang."Ya ampun Jo, kamu itu dari mana saja sih? Kok dari tadi ditelepon nggak diangkat-angkat?"Berarti saat ini, Bu Sarah tengah menelepon Mas Johan. Aku harus menajamkan pendengaranku nih."Selfi pergi katanya mau liburan sama pacarnya dua hari. Ya pacarnya, Om Joni yang kaya raya itu!""Hey, Jo! Kalau adikmu itu nggak jadi simpanan Om-om, pasti kamu sekarang masih mendekam di penjara! Bersyukur
Part 24Apa Semua Ini Belum Berakhir?Saat kembali tersadar, ternyata aku tengah berada di dalam mobil, Bu Beti dan Bu RT ada bersamaku."Alhamdulillah kamu sudah siuman Wulan. Ini minum air putih dulu," ucap Bu Beti"Ini kita mau kemana, Bu?" tanyaku yang masih sedikit pusing."Kita mau ke rumah Bidan, kamu kan pendarahan, itu sudah mau nyampek kok, sabar ya," jawab Bu RT sambil memelukku.Sesampainya di rumah bidan, aku pun langsung diberi perawatan dan diperiksa. Alhamdulillah kehamilanku aman kata bidan, hanya saja aku perlu diberi multivitamin dan penambah darah, dan istirahat sebentar di sini. Bu Beti dan Bu RT masih setia menemaniku."Alhamdulillah kandunganmu tak apa-apa Wul. Tadi itu sebenarnya ada apa sih?.kok sampai kayak gini?" tanya Bu Rt.Aku pun kemudian menceritakan semuanya pada mereka berdua, dari awal sejak aku di usir dari rumahku sendiri hingga insiden hari ini."Sebentar ya, aku akan bilang ke suamiku agar melaporkan si Johan dan keluarganya itu. Jahat sekali me