Roy melajukan kendaraan mewahnya itu dan berhenti pada sebuah jembatan panjang dan besar. Di sana Roy terlihat sangat frustasi dan bahkan ia membuang jasnya ke dalam sungai yang mengalir di bawah jembatan itu. Roy masih tidak menyangka kalau baru saja ia meniduri sahabat istrinya.Orang yang paling dipercaya Lisa selama beberapa tahun belakangan ini dan padahal mereka sudah sangat sering berjumpa meski tidak terlalu banyak interaksi yang terjadi. Roy masih merasa heran, kenapa Miranda bisa dengan mudah menjebak dirinya hingga akhirnya ia tergoda dan berhasil mengkhianati kepercayaan Lisa padanya.Roy yang terkenal sangat dingin dan kejam, bertekuk lutut pada istrinya, dan kini terjerat pada nafsu birahinya bersama Miranda. Ia tidak menyesali sama sekali yang sudah terjadi karena Roy beranggapan bahwa lelaki biasa melakukan hal itu saat ia bosan pada pelayanan istrinya di rumah. Atau ketika istrinya tidak lagi bisa memberikannya kepuasan dan kenikmatan.Cukup lama Roy berada di sana sa
Keesokan paginya, Lisa terbangun dalam keadaan yang sangat lelah dan merasakan sedikit sakit pada tubuhnya. Tadi malam, Roy baru saja menerjangnya dengan membabi buta. Lisa melihat Roy seperti orang yang sudah lama tidak bercinta dan melepaskan hasratnya habis-habisan semalam. Apalagi, Roy terlihat lebih energik dan bersemangat menggagahi tubuhnya semalam suntuk.Baru ketika jam dinding berada di angka tiga Lisa baru bisa bernapas lega karena Roy akhirnya tertidur dengan pulas setelah kelelahan berbagi gairah bersamanya. Lisa pun merasa bahwa ia memang sudah lama tidak memberikan kepuasan seperti itu pada suaminya. Sehingga Roy merasa semalam adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan semuanya sekaligus.“Aku harus segera mandi dan berangkat ke butik yang baru. Sudah jam sembilan ternyata,” gumam Lisa dan menyeret langkahnya menuju kamar mandi.Sementara Roy masih tertidur dengan sangat pulas dan tidak menyadari bahwa Lisa sudah beranjak dari sisinya. Lisa selesai lebih cepat dari bia
Setelah Lisa pergi, Roy merasa sangat menyesal karena sudah bicara terlalu kasar padanya. Roy berpikir bahwa hati Lisa pasti sangat terluka saat ini. Wanita itu pasti sangat kecewa dengan sikap Roy yang sebelumnya memang tidak pernah seperti itu. Roy mengusap rambutnya dengan kasar dan kemudian beranjak ke kamar mandi. Ia harus segera membersihkan diri dari sisa percintaan semalam dan bergegas ke perusahaan. Sementara itu, Lisa yang mood nya sangat hancur saat ini karena ucapan Roy tadi, merasa tidak ingin untuk pergi ke butik. Ia mengambil ponselnya dan mencari nama Miranda di sana. Lisa menghubungin Miranda sambil terus mengemudikan kendaraannya. “Halo, Mir. Kamu di mana?” tanya Lisa saat panggilan itu sudah terhubung. “Aku di rumah, Lis. Kenapa?” jawab Miranda dari seberang sana dengan nada malas. “Kamu masih tidur jam segini? Abis ngapain semalam?” tanya Lisa lagi yang mendengar bahwa suara Miranda seperti suara orang yang baru bangun dari tidur. “Aku semalam bertempur sama s
Tiba-tiba saja terdengar suara sound system yang memekakkan telinga. Ternyata, Lisa sudah memesan pada pelayan untuk menyalakan alat itu. Ia ingin bernyanyi untuk meluapkan semua kesedihan dan kekecewaannya pada Roy di tempat ini. Tanpa sepengetahuan Miranda, Lisa diam-diam menghubungi manager tempat itu untuk memberikan perintah pada bawahannya. Tentu saja hal itu sangat mudah bagi Lisa. Mengingat orang sepenting dan sehebat apa dirinya saat ini. Terlebih lagi dengan statusnya yang adalah seorang istri dari pebisnis terkenal. Siapa yang tidak kenal dengan Roy di negara itu? Bahkan, semua kehidupan pribadinya saja membuat orang-orang sangat tertarik untuk menguliknya. Alasan Lisa diam-diam melakukan hal itu tentu saja juga karena Miranda. Miranda sebenarnya tidak selalu setuju jika ia berkaroke dengan berteriak-teriak seperti biasanya. Hal itu sebenarnya hanya membuat dirinya semakin buruk di mata orang lain. Tapi, lagi-lagi itu semua hanya perhatian palsu yang diberikan Miranda pad
“A-apa maksudmu, Lisa? Jangan membuat pertanyaan yang ambigu!” tegas Miranda dengan wajah tidak Sukanya. Melihat ekspresi Miranda dan mendengar jawaban sahabatnya itu, membuat Lisa tertawa terbahak-bahak. Ia tidak menyangka bahwa Miranda akan merespon dengan sangat serius pertanyaannya itu. Padahal, jelas-jelas Lisa hanya bercanda dan tahu pasti bahwa Roy tidak memiliki rahasia apapun di belakangnya. Jika memang pun Miranda mengetahui hal penting tentang Roy, Lisa sangat yakin bahwa sahabatnya itu pasti akan memberitahukan padanya tanpa ia meminta dan bertanya seperti itu. Sebesar itu kepercayaan Lisa pada Miranda selama ini. Bahkan ia sangat yakin bahwa Miranda akan selalu menjadi sahabat terbaiknya dan setia dalam segala keadaan. “Kenapa kau malah tertawa?” tanya Miranda tidak suka dengan sikap Lisa. Menurutnya, sekarang Lisa semakin menjadi-jadi dan semena-mena padanya. Bahkan Lisa sudah tidak lagi menghargai perasaannya. Jika berbicara, Lisa tidak pernah memikirkan perasaan Mi
Setelah pertemuannya dengan Miranda tadi, Lisa memutuskan untuk langsung pulang lagi dan tidak jadi pergi ke butik. Lisa merasa bahwa ia sangat lelah dan akan lebih nyaman jika beristirahat di rumah. Lagi pula, hari sudah mulai gelap dan ia yakin bahwa Roy sudah di rumah saat ini. Biasanya, meski mereka bertengkar ringan, Roy tidak pernah tidak pulang. Namun, betapa terkejutnya Lisa saat sampai di rumah dan ternyata mobil Roy tida ada di garasi rumah mereka itu. Lisa benar-benar tidak menyangka bahwa pertengkarannya kali ini dengan Roy ternyata adalah sebuah pertengkaran yang besar dan tidak bisa mereka selesaikan dalam sehari itu saja. Bukannya mereka tidak pernah bertengkar sebelumnya, akan tetapi selalu hanya hitungan jam bahkan pernah hanya dalam hitungan menit saja. Lisa memasuki rumah dengan hati yang kembali terasa hampa dan kosong. Tidak pernah sebelumnya hal ini terjadi pada diri Lisa. apalagi, Roy yang tiba-tiba berubah kasar seperti tadi pagi itu. Padahal, Lisa sangat tah
Lisa sudah tak kuasa lagi menahan desahan dan rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ia selalu tahu bahwa sentuhan Roy memang tak pernah bisa ia tahan. Lisa akan selalu luluh saat lelaki itu memberikan sentuhan-sentuhan yang memancing birahi padanya. Dengan gerakannya yang mulai memberikan celah pada Roy, Lisa kemudian menggulung rambut basahnya dan mengikatnya dengan rambut itu sendiri sehingga menyerupai sebuah sanggul. Ia ingin memberikan tempat untuk lidah Roy bermain dan memberikannya kepuasan. Tentu saja, hanya dengan mengecup dan menjilati bagian bahu, tengkuk, dan leher Lisa saja Roy sudah bisa menebak bahwa nantinya wanita itu akan mengalami oragasme pertamanya. Dan memang pemikiran Roy tidak meleset jauh. Ketika Roy sedang asik memberikan kecupan-kecupan basah pada leher Lisa dari belakang, wanita itu melenguh penuh gairah. “Hmmpp … Oughh … yeah! Roy …,” desah Lisa yang sudah tak bisa lagi menahan sesak pipisnya. “Keluarkan, Sayang,” bisik Roy dan mengecup cuping
Di tengah kenikmatan yang sedang mereka rasakan saat ini, tiba-tiba saja Lisa menghentikan kegiatannya itu. Tentu saja hal itu menyakiti perasaan Roy yang sedang berjuang keras untuk mencapai puncak kenikmatan. Lisa yang mendadak menggeser tubuhnya sehingga benda panjang dan keras itu keluar dari lubang kenikmatannya, menatap Roy dengan tatapan meminta maaf.“Ada apa, Sayang? Kenapa kamu berhenti?” tanya Roy yang takut bahwa rudalnya akan merajuk dan tertidur kembali. Jika itu terjadi, maka akan sangat sulit membangunkannya kembali. Butuh usaha dan perjuangan ekstra tentunya.“Pakai pengamanmu, Roy!” pinta Lisa dengan tegas.“Kenapa? Bukan kah kita suami istri? Kita juga mendambakan seorang anak. Bagaimana kau bisa hamil kalau aku memakai pengaman?” tanya Roy dengan nada ketus dan jelas tidak suka dengan permintaan Lisa itu.“Aku tidak bisa memberitahukan alasannya padamu untuk saat ini. Tapi, percaya lah padaku bahwa ini untuk dan demi kebaikan kita berdua. Aku mohon kali ini saja, R