Lisa sudah tak kuasa lagi menahan desahan dan rasa nikmat yang menjalar di sekujur tubuhnya. Ia selalu tahu bahwa sentuhan Roy memang tak pernah bisa ia tahan. Lisa akan selalu luluh saat lelaki itu memberikan sentuhan-sentuhan yang memancing birahi padanya. Dengan gerakannya yang mulai memberikan celah pada Roy, Lisa kemudian menggulung rambut basahnya dan mengikatnya dengan rambut itu sendiri sehingga menyerupai sebuah sanggul. Ia ingin memberikan tempat untuk lidah Roy bermain dan memberikannya kepuasan. Tentu saja, hanya dengan mengecup dan menjilati bagian bahu, tengkuk, dan leher Lisa saja Roy sudah bisa menebak bahwa nantinya wanita itu akan mengalami oragasme pertamanya. Dan memang pemikiran Roy tidak meleset jauh. Ketika Roy sedang asik memberikan kecupan-kecupan basah pada leher Lisa dari belakang, wanita itu melenguh penuh gairah. “Hmmpp … Oughh … yeah! Roy …,” desah Lisa yang sudah tak bisa lagi menahan sesak pipisnya. “Keluarkan, Sayang,” bisik Roy dan mengecup cuping
Di tengah kenikmatan yang sedang mereka rasakan saat ini, tiba-tiba saja Lisa menghentikan kegiatannya itu. Tentu saja hal itu menyakiti perasaan Roy yang sedang berjuang keras untuk mencapai puncak kenikmatan. Lisa yang mendadak menggeser tubuhnya sehingga benda panjang dan keras itu keluar dari lubang kenikmatannya, menatap Roy dengan tatapan meminta maaf.“Ada apa, Sayang? Kenapa kamu berhenti?” tanya Roy yang takut bahwa rudalnya akan merajuk dan tertidur kembali. Jika itu terjadi, maka akan sangat sulit membangunkannya kembali. Butuh usaha dan perjuangan ekstra tentunya.“Pakai pengamanmu, Roy!” pinta Lisa dengan tegas.“Kenapa? Bukan kah kita suami istri? Kita juga mendambakan seorang anak. Bagaimana kau bisa hamil kalau aku memakai pengaman?” tanya Roy dengan nada ketus dan jelas tidak suka dengan permintaan Lisa itu.“Aku tidak bisa memberitahukan alasannya padamu untuk saat ini. Tapi, percaya lah padaku bahwa ini untuk dan demi kebaikan kita berdua. Aku mohon kali ini saja, R
Hari ini adalah hari penting bagi Roy dan Lisa karena hari ini bertepatan dengan anniversary pernikahan mereka yang ke empat tahun. Waktu memang terasa sangat cepat berlalu. Meski begitu, mereka masih tetap berdua. Sama seperti saat mereka pertama menikah dan hidup bersama dulu. Tidak ada yang berubah atau mungkin bertambah. Misalnya, kehadiran seorang anak yang melengkapi kebahagiaan mereka berdua.“Sayang, jangan lupa nanti sore aku akan menjemputmu lebih awal. Bersiap lah dan dandan yang cantik.” Roy berkata sebelum berangkat ke kantor pagi ini.“Memangnya, kau ingin membawaku ke mana, Roy?” tanya Lisa penasaran dan membuat Roy tersenyum cool.“Aku akan membawamu ke tempat yang sangat indah dan tak akan pernah bisa kau lupakan,” jawab Roy singkat dan mengecup kening Lisa dengan sangat manis.“Baik lah kalau begitu, Roy. Akan aku usahakan agar jadwalku tidak terlalu padat hari ini.”“Jangan diusahakan. Tapi harus! Kau tidak akan mendapatkan hari seperti ini lagi dalam hidupmu jika k
Lisa memasuki area parkiran restorannya dan wajahnya jelas sekali menampilkan keceriaan. Senyuman manis terpancar dari bibirnya dan hal itu tentu saja mengundang rasa penasaran para karyawan Lisa di sana.“Ehem … sepertinya Bu Boss sedang happy nih,” ledek Sinta yang tak lain adalah karyawan terlama Lisa dan juga sangat dekat dengan Lisa.“Bisa aja kau, Sin. Aku kan memang bahagia selalu,” bantah Lisa dan semakin tersipu malu.“Tapi, sepertinya kemarin ada yang galau sampai tidak mau masuk kerja. Apa mungkin ada dua boss di sini?”“Ayolah, jangan meledekku terus, Sinta! Kau tahu kalau aku memang sedang bahagia saat ini. Roy sangat romantic pagi ini dan membuat hatiku berbunga-bunga.”“Bukannya pujaan hatimu itu memang selalu romantic dan bisa membuat taman bunga dalam hatimu?” tanya Sinta yang jelas terdengar tidak tahu apa-apa tentang semua peristiwa kemarin.Lisa memang tidak suka mengumbar masalahnya pada siapa pun, meski pun orang itu sudah sangat dekat dengannya cukup lama. Tentu
Di rumah, Lisa sudah berdandan dengan sangat cantik. Dandanannya terlihat sangat sederhana tapi sungguh memukau. Dengan gaun panjang yang ketat berwarna merah menyala, Lisa juga memoles bibirnya dengan lipstick warna senada. Gaunnya sangat ketat dan bahkan memiliki belah hingga ke paha atasnya. Kaki jenjangnya yang seksi terlihat sangat indah dari belahan gaun malam itu.Lisa berdiri di depan cermin dan sedikit berputar memastikan penampilannya sudah sempurna. Ia sengaja menyelesaikan pekerjaannya lebih awal agar bisa mampir terlebih dahulu ke salon. Lisa meminta hair stylist untuk menggelombangkan rambutnya dan memberi sedikit warna pirang pada ujungnya. Lisa sangat puas dengan tatanan rambut di salon langganannya itu dan segera pulang saat jam sudah menunjukkan pukul empat sore.Di rumah, Lisa segera mandi tanpa membasahi rambutnya yang baru saja ditata dengan indah. Kemudian ia mengenakan gaun yang baru saja ia ambil dari butiknya. Salah satu design terbaik di butiknya yang baru sa
“Di mana kamu, Roy? Kenapa sampai jam segini nggak ada kabar?” tanya Lisa dalam hatinya dan terus mencoba menghubungi nomor ponsel Roy.Telepon itu tersambung, akan tetapi tidak memberi respon sama sekali. Saat ini, yang ada dalam pikiran Lisa hanya lah kekhawatiran. Ia takut kalau saja Roy dalam bahaya dan tidak bisa menghubunginya atau menerima panggilan darinya. Lisa mengetahui banyak orang yang berniat buruk pada suaminya itu. Bukan hanya laki-laki yang tak lain adalah lawan bisnisnya, tetapi juga wanita yang merasa disakiti dan ditolak cintanya oleh Roy.Beberapa bulan lalu justru Roy sempat mendapat terror dari seorang wanita muda berusia dua puluh tahun. Ia meminta Roy untuk datang menemuinya di hotel dan bercinta dengannya, akan tetapi Roy menolak mentah mentah dan mengatakan bahwa ia sudah memiliki istri dan tidak akan berkhianat. Wanita itu lalu marah dan mengatakan akan membuat Roy menyesal. Setelah mencari tahu tentang identitas wanita itu, ternyata dia adalah adik kelas R
Melihat Roy berdiri di ambang pintu kamar, tentu saja menghadirkan keterkejutan di wajah Lisa dan juga Miranda. Namun, sesaat kemudian Miranda tersenyum tipis ke arah Roy. Padahal, Roy sudah menatapnya dengan tajam bagai belati yang siap menikam jantung. Meski begitu, Miranda tidak merasa takut sedikit pun pada tatapan Roy itu. Sedangkan Lisa langsung menghambur dalam pelukan Roy dan memeluknya dengan sangat erat. “Sayang … kamu ke mana aja semalaman? Aku khawatir sama keadaan kamu. Kamu nggak apa-apa kan? Kamu dapat terror dari wanita gila itu lagi?” cecar Lisa dengan berbagai pertanyaan dan langsung memeriksa semua tubuh Roy dengan intens. “A-aku nggak apa-apa kok, Sayang. Wanita itu memang sudah menjebakku semalam dan aku harus berjuang keras untuk bisa pulang ke rumah pagi ini,” jawab Roy seperti mendapat pencerahan untuk membuat alasan agar Lisa tidak mencurigainya. “Syukur lah kalau gitu. Sekarang, kita lapor polisi aja. Dia pasti ditahan dan dipenjara dalam waktu yang lama k
“Lisa! Cukup! Kamu keterlaluan!” ucap Roy dengan nada setengah berteriak dan langsung menepis tangan Lisa dengan sangat kasar. “Aku keterlaluan? Kalian berdua yang keterlaluan!” pekik Lisa dan menunjuk kedua manusia yang sudah mengkhianatinya itu dengan tangan kiri. Lisa sudah tidak mampu lagi menahan tangisnya. Sejak tadi ia sudah berusaha untuk tetap kuat dan tegar menghadapi kenyataan pahit ini. Bagaimana bisa kedua orang yang sangat dicintainya dan dipercayainya dalam hidup, menghabiskan malam bersama dalam sebuah kamar hotel. Mereka bahkan tidak memikirkan keadaan Lisa yang sedang khawatir menanti kabar di rumah. Roy justru sedang memberikan janji dan harapan pada Lisa malam itu. Seperti orang bodoh Lisa menunggu kedatangan Roy hingga penuh dengan rasa takut dan kekhawtiran hingga ia bahkan terlelap di ruang tamu dengan kondisi pintu terbuka lebar. Dan pada kenyataannya, Roy sedang asik mengerang dan mendengar desahan wanita lain yang mendesahkan Namanya di dalam kamar hotel.