POV Author"Selesai makan, kamu siap-siap. Kita ke rumah Fadil, dia ada acara tujuh bulanan istrinya," jelas Lukman."Aku ikut juga, Mas?""Tentu, Sayang. Emang kamu mau biarin suamimu ini sendirian, bagaimana kalau ada yang menggoda," canda Lukman yang langsung membuat wajah Kanaya cemberut."Kamu tuh udah tua, mana ada yang mau," gumam Kanaya dengan nada bicara yang membuat Lukman menahan tawa karena terlihat menggemaskan dimatanya.Semenjak hamil Kanaya memang sensitif, tapi itu membuat Lukaman lebih sering menggodanya. Lukman suka melihat wajah kesal Kanaya yang menggemaskan.Ia meninggalkan sang istri untuk mandi, karena sebentar lagi mereka harus berangkat karena tidak mungkin datang setelah acara selesai. Rumah Fadil tidak jauh dari kediaman Lukman.Suasana rumah itu sangat ramai meskipun hanya dihadiri oleh keluarga dekat dan bebe
POV Author"Kamu yakin pernikahan kita mau dipercepat?""Iya, Mas," jawab Lana mantap."Mas nggak mau loh kalau kamu lakuin ini karena terpaksa," ungkap Aditya."Ya ampun, aku sama sekali nggak terpaksa. Aku udah ngomong ke Ibu dan Mas Lukman kok, mereka setuju," jelas Lana.Hari itu juga mereka mendatangi orang tua Aditya, mereka sepakat untuk melakukan pernikahan secara sederhana. Hanya ijab qobul dan syukuran saja, dua minggu lagi jadwal yang sudah mereka tetapkan.Saat sampai di sana, Lana bisa melihat seorang wanita yang terlihat akrab dengan kedua anak Aditya. Ia sebelumnya belum pernah melihat wanita itu, Aditya juga tidak pernah memperkenalkannya."Mas," wanita itu memanggil Aditya dan berjalan mendekat dengan senyum mengembang."Lan, kenalin ini Najla Mamanya anak-anak," ujar Aditya memperkenalkan wanita itu,
POV AuthorSebuah tangan menarik Kanaya, jika terlambat sedikit saja mungkin tubuh wanita itu sudah terpental karena mobil itu melaju dengan sangat kencang. Kanaya membuka matanya saat menyadari jika tidak terjadi apa-apa pada dirinya."Mbak, nggak apa-apa?" suara itu membuat Kanaya tersadar dari lamunannya dan menoleh end apati sosok wanita berjilbab panjang dengan parasnya yang manis."I–iya," jawab Kanaya dengan terbata-bata karena ia masih kaget dengan kejadian barusan.Wanita itu membawa Kanaya untuk duduk di sebuah warung yang tidak jauh dari situ, memberikan minuman pada Kanaya. Kanaya mencoba mengatur pernafasannya yang terasa sesak."Tenang, Mbak. Alhamdulillah Mbak nggak sampai tertabrak," ujar wanita itu."Terimakasih banyak, Mbak. Kalau nggak ada Mbak mungkin saya nggak selamat," tutur Kanaya dengan mata yang berkaca-kaca, ia bersyukur karena masih diberikan keselamatan oleh Allah.Akhirnya Kanaya kembali ke rumahnya di antar oleh wanita itu. Wanita yang memperkenalkan nam
POV Author"Bagaimana kondisi istri saya, Dok?""Istri anda baik-baik saja, ini cuman demam biasa. Kondisi kandungannya juga sehat, tidak ada masalah," jelas dokter itu."Alhamdulillah.""Tolong jangan biarkan istri anda terlalu stres dan tertekan, Pak. Itu akan berpengaruh pada kondisi kandungannya, sebisa mungkin buat perasaan ibu hamil itu selalu bahagia," terangnya.Lukman tidak sepertinya akan meminta izin untuk melakukan pekerjaan dari rumah, ia tidak mungkin meninggalkan Kanaya sendirian saat kondisinya seperti ini. Berharap jika atasannya mengizinkan.Sebelum pulang Lukman menyempatkan membeli makanan kesukaan istrinya itu sedangkan Kanaya tertidur saat di perjalanan pulang. Ia memang diberikan suntikan saat di rumah sakit tadi dan efeknya terasa mengantuk. Sampai di rumah, Lukman langsung mengambil alih semua pekerjaan rumah yang belum selesai. Ia membiarkan istrinya itu untuk istirahat.Menjadi suami memang harus siaga, saat kondisi istri tidak sehat tentu ia yang harus meng
POV AuthorHusna berkali-kali mengucapkan syukur dalam hatinya saat ia bisa berbicara meskipun hanya satu dua kata meskipun belum terdengar jelas. Tapi ia memiliki kesempatan untuk mengatakan pada Lana mengenai keberadaan ayahnya. Lana pasti akan bahagia jika saat menikah nanti ayahnya langsung yang menjadi wali."Ya Allah … izinkan aku untuk bisa kembali berbicara," batin Husna dengan tangis haru."Besok jadwal terapi Ibu, semoga aja semakin hari Ibu semakin membaik ya," ujar suster itu yang langsung mendapat anggukan dari Husna.Suster itu mengatakan pada Lana jika Husna sudah bisa mengucapkan satu dua kata meskipun masih terbata dan kesulitan. Lana yang mendengar tentu bahagia dan langsung mengabari kakaknya."Sus, tolong rawat ibu saya dengan baik ya. Akhir-akhir ini saya sibuk buat ngurusin acara nikahan nanti soalnya," tutur Lana."Baik, Mbak. Saya akan sebaik mungkin mengurus Bu Husna."Lana dan Aditya memang mengambil cuti secara bersamaan untuk mempersiapkan pernikahan. Lana
POV Author"Kenapa nasib anak kita seperti ini, Pak?" Siti menangis tersedu setelah mendatangi Indah yang berada dipenjara."Sabar, Bu. Ini semua hasil dari perbuatannya sendiri, kalau nggak dihukum dia nggak akan bisa sadar akan kesalahannya," ujar Dani.Mereka mendapatkan kabar langsung dari Lukman, tapi baru bisa melihat Indah sekarang karena kondisi kesehatan Siti yang menurun. Ia terlalu lelah mengurus cucunya, seharusnya di usia seperti ini ia lebih banyak beristirahat dan jangan terlalu lelah.Trisha sengaja dititipkan pada tetangga karena tidak mungkin di bawa jauh. Kecewa mereka bertambah karena Indah terlihat tidak antusias saat orang tuanya datang, Indah bahkan menyuruh kedua orangtuanya agar tidak berlama-lama dan langsung pulang."Pak, emang nggak bisa minta Lukman buat narik tuntutannya?""Nggak bisa, Bu. Indah sudah ditetapkan kurungan empat tahun," jelas Dani. Ia sebagai seorang ayah juga terluka melihat putri satu-satunya seperti ini, tapi Dani ingin Indah sadar dan m
POV AuthorLukman beralih menatap Lana, meminta penjelasan pada wanita itu. Lana mengusap air matanya dan menenangkan perasaannya sebelum membuka suara."Mbak Kanaya ada di rumah sakit, Mas. Anak kalian juga sudah lahir," terang Lana dengan suara lirih.Lukman mengisyaratkan Lana untuk mengikutinya, ia berjalan ke arah dapur untuk berbicara pada Lana. Semua yang didengarnya dari suster itu berarti tidak benar, pasalnya tadi pagi saat ia menelpon Husna seorang suster yang mengangkat telepon dan mengatakan Husna pingsan juga memberitahu jika istrinya meninggal. Tapi suster itu tidak mengatakan namanya, mungkin ia salah paham dan ia tidak tahu apa yang dikatakannya itu tidak benar.Sedangkan Lana menceritakan jika kemarin sore ada orang yang tidak dikenal menusuk Laila hingga ia meregang nyawa. Sedangkan Kanaya merasakan kontraksi yang sangat kuat setelah melihat kejadian mengerikan itu secara langsung, Kanaya melahirkan diluar hari perkiraan lahir. Lana belum tahu kejadian sebenarnya ka
POV AuthorKeesokan harinya orangtua Laila pamit, mereka merasa tidak nyaman jika terlalu lama berada di rumah orang lain. Lukman yang baru saja pulang dari rumah sakit mencoba menahannya dan meminta agar mereka tinggal lebih lama."Maaf, Nak. Kami tidak bisa lama-lama di sini," ujar Bapaknya Laila."Pak, jika Bapak dan Ibu tidak keberatan izinkan saya untuk merawat ketiga anak Mbak Laila," tutur Lukman, mereka yang berada di sana tentu tidak menyangka Lukman akan menanyakan ini.Kedua orang tua Laila saling berpandangan, mereka sebenarnya ingin merawat cucu mereka tapi karena kondisi mereka yang sudah renta tidak sanggup jika mengurus ketiga anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, apalagi mereka juga hidup dari hasil berkebun tentu tidak akan cukup untuk menghidupi dan menyekolahkan tiga orang anak. Akhirnya mereka sepakat untuk memperbolehkan Lukman merawat anak-anak itu. Mereka percaya jika Lukman dan keluarganya adalah orang baik, seperti yang biasa diceritakan oleh Laila. Biasa