POV Author"Maafin Mama ya, Nak. Tadi jalan macet terus hujan deras jadi telat jemput kamu," jelas Kanaya."Iya nggak apa-apa, Ma. Tadi juga Kakak di temenin sama Saboeum kok," balas Anna."Siapa itu Saboeum, temen kamu?" tanya Husna."Bukan Oma, Saboeum itu pelatih taekwondo," terang Anna.Mereka berbincang hingga tidak terasa sudah sampai di rumah. Kanaya menurunkan semua belanjaannya yang super banyak. Ia bahkan meminta bantuan Jumi sedangkan Husna sudah masuk membawa Shanum. Anna ikut membantu membawakan belanjaan. Kanaya langsung memasak, ia bahkan tidak istirahat meskipun sebentar. Ia tidak ingin suaminya pulang tapi belum ada makanan yang terhidang.Shanum yang masih tertidur tentu membuat Kanaya lebih leluasa untuk memasak, ia menyuruh Anna untuk mandi lalu istirahat sebentar. Anak itu pasti lelah setelah berlatih taekwondo. Jam enam sore Kanaya sudah selesai dengan masakannya. Dan memilih untuk segera mandi sebelum sang suami pulang."Kakak Ayman, temenin dedek Shanum main yu
POV AuthorKanaya memperhatikan putrinya sambil menunggu Lukman selesai mandi. Kanaya merasa baru saja kemarin mendapatkan kabar jika dirinya berbadan dua dan kini sudah hadir malaikat kecil di tengah-tengahnya keluarganya. Shanum menjadi kesayangan, tapi itu tidak membuat rasa sayang pada anak-anak lain terbagi.Karena terlalu hanyut dalam lamunan Kanaya sampai tidak menyadari jika Lukman kini berdiri di belakangnya. Lelaki itu melingkarkan tangannya di perut sang istri yang ramping. Sehabis melahirkan tidak membuat Kanaya malas untuk menjaga tubuhnya, aset berharga seorang wanita adalah wajah dan juga tubuhnya. Lelaki tidak akan sulit berpaling jika pasangannya adalah sosok yang ideal."Memandangi Shanum membuat rasa lelah menjadi menguap," bisik Lukman tepat ditelinga istrinya membuat wanita itu terperanjat."Aku aja betah berlama-lama lihatin Shanum," balas Kanaya dengan tersenyum lebar."Sekarang giliran Papanya yang minta diliatin," ujar Lukman sambil terkekeh geli lalu menarik
POV Author Hanya selang beberapa menit setelah Husna pergi, Bu Margaretha datang. Ia bahkan membawa banyak bingkisan untuk anak-anak. Kanaya menyambut wanita itu dengan hati senang. Ia merasa rindu untuk kembali bekerja, tapi tidak memungkinkan karena ada anak-anak yang harus diurus olehnya. "Anak-anak kamu kemana?" tanya Bu Margaretha. "Anak sulung sekolah terus yang kedua mondok, yang ketiga lagi tidur soalnya kurang enak badan," jelas Kanaya. Bu Margaretha memang mengetahui apa yang terjadi, meskipun baru bertemu lagi setelah beberapa bulan tidak bertemu. Tapi mereka masih sesekali berkomunikasi. "Boleh saya gendong Shanum?" "Boleh dong, Bu." Bu Margaretha mengambil alih bayi mungil itu dari pangkuan sang ibu. Selain untuk bertemu dengan anak Kanaya, Bu Margaretha juga menyampaikan secara langsung undangan untuk Kanaya dan Lukman untuk menghadiri acara hari jadi perusahaan miliknya. Kanaya dan Lukman akan menjadi tamu istimewa. Mereka berbincang sampai waktu terasa bergulir
POV Author"Maaf, aku sibuk. Permisi," pamit Husna tanpa menunggu balasan dari wanita seumurannya itu. Ia adalah teman Husna yang mengenalkannya pada Davin alias Galang. Husna tidak ingin lagi mengingat mengenai masa lalu kelamnya. Ia ingin memulai hidup barunya bersama keluarganya, sudah cukup kesalahan yang dilakukannya di masa lalu."Pak, antar saya pulang ke rumah," titah Husna pada sopir yang tadi mengantar Aditya dan Lana ke Bandara."Baik, Bu."Husna merasa kecewa pada teman-temannya itu, karena mereka bahkan seolah tidak peduli saat Husna terbaring tak berdaya. Mereka seolah hilang ditelan bumi, bahkan acara arisan mereka tidak berlanjut. Husna sudah melunasi semua uang arisan lewat Lukman karena tidak ingin lagi memiliki komunitas dengan orang-orang itu.Mungkin memang teman-temannya tidak satu komplotan bersama Davin tapi mereka membantu lelaki jahat itu untuk mendekati Husna, tapi semua teman Husna itu terlihat jelas hanya mendekat saat Husna memiliki banyak uang dan mening
POV AuthorMarcella merasakan tubuhnya panas, ia demam setelah dipaksa berendam dalam air es oleh Stevan kemarin. Dengan kepala yang terasa berat ia bangkit dan meraih ponselnya yang tidak berhenti berdering, tanpa memperhatikan nama yang tertera ia langsung menggeser ikon hijau di layar."Bersiap-siaplah Mama tiriku sayang, sebentar lagi polisi akan menjemputmu," seru Stevan dari seberang telepon yang membuat Marcella kaget bukan main."A–apa maksudnya? G–gue nggak pernah ngelakuin kriminal ya!" bentak Marcella sambil tergagap tidak terima, Stevan hanya membalas dengan tawa keras."Nggak usah sok polos deh lo, ibl*s. Tahunya cuman hidup senang dengan membuat orang lain sengsara! Oh ya … gue lagi sama Anton nih, lo nggak mau ngomong sesuatu ke dia?" Stevan menyudutkan Marcella membuat wanita itu langsung memutuskan sambungan telepon.Marcella ketakutan, ia tahu jika Stevan tidak akan pernah main-main dengan ucapannya. Secepat kilat Marcella menyuruh supir untuk menyiapkan mobil. Ia me
POV Author"Mas, kamu darimana? Aku udah nungguin dari tadi," tanya Kanaya."Maaf, Yank. Tadi Mas ada urusan penting," terang Lukman."Urusan apa?""Nanti Mas jelasin semuanya di rumah." Lukman mengambil Alih Ayyman dari pangkuan Kanaya.Meskipun berkali-kali Kanaya menanyakan pada Lukman tapi lelaki itu masih tetap bungkam karena ia merasa tidak pantas membicarakan ini di depan Ayyman meskipun anak itu kini tertidur di pelukan Kanaya. Dalam hatinya Lukman merasa marah karena kelakuan Marcella tapi di sisi lain ia juga bersyukur karena wanita itu kini sudah mendapatkan ganjaran yang sepihak dengan perbuatannya.Sampai di rumah Lukman langsung membawa Ayyman ke kamar karena anak itu masih tertidur. Ia kembali dan menemui sang istri yang sudah menunggu di ruang keluarga."Kamu itu suka banget bikin aku penasaran, Mas!" gerutu Kanaya."Jangan cemberut gitu dong, nanti cantiknya hilang," goda Lukman sambil mencolek dagu istrinya itu."Habis kamu bikin kesel," sahut Kanaya.Lukman menarik
POV AuthorKarena melihat Kanaya yang masih kebingungan, Margaretha beralih menayangkan sebuah video dan foto yang menjadi momen kebersamaannya bersama mendiang adiknya. Tidak ada yang tahu jika Margaretha dan Marlon –ayah Kanaya– adalah pasangan adik dan kakak. Atas permintaan adiknya itu Margaretha menyimpan puluhan tahun rahasia ini meskipun ia sudah tidak kuat untuk mengatakannya. Wanita yang dikenal sebagai penguasa dunia bisnis itu turun dari panggung dan mendekati Kanaya. Menjelaskan semuanya agar tidak ada salah paham.Marlon Garcia adalah pewaris tunggal keluarga Garcia karena Margaretha hanyalah seorang anak angkat, tapi ia dan Marlon saling menyayangi bahkan Margaretha membela saat Marlon bersikeras ingin menikahi ibu dari Kanaya karena keluarga besarnya menolak dengan keras. Marlon menitipkan perusahaan dan keluarganya pada Margaretha, permintaan terakhir Marlon kala itu sebelum tiada. Ia ingin seluruh harta miliknya diberikan pada Kanaya setelah anaknya itu menemukan lela
POV Author“Adek … sana! Jangan ganggu kakak.”“Ayo, main.”“Kakak lagi belajar, main aja sama Mama.”Kanaya tersenyum mendengar pertengkaran kedua anaknya itu dari dalam kamar. Meskipun sering ribut tapi mereka saling menyayangi. Lukman yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat heran melihat istrinya itu tersenyum sendiri. Lelaki itu mengendap-endap mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu tersentak kaget.“Lagi ngelamunin apa, Yank? kok senyum-senyum sendiri kayak gitu,” bisik Lukman tepat di telinga sang istri.“Mas, kamu hobi banget sih bikin aku kaget,” rajuk Kanaya.“Katakan, apa kamu membayangkan suamimu yang tampan ini?” selidik Lukman. Tangan lelaki itu kini merayap masuk ke dalam baju Kanaya. Kepalanya semakin maju untuk mengarahkan kecupan pada leher istrinya tapi pintu kamar tiba-tiba terbuka membuat mereka langsung refleks saling menjauh.“Mama ….” anak lelaki itu berlari sambil menangis dan memeluk Kanaya.“Jagoan Mama kenapa nangis?” ta