POV AuthorAditya membantu Lana untuk berbaring, sepulangnya dari rumah sakit mereka langsung kembali ke rumahnya. Aditya sudah menghubungi Lukman dan mengatakan jika Lana dalam kondisi kurang baik, kandungannya lemah. Aditya akan melakukan berbagai cara untuk Lana dan juga calon anaknya. Ia bahkan berencana untuk bekerja dari rumah karena tidak ingin meninggalkan istrinya seorang diri di rumah."Istirahat ya, Mas keluar dulu sebentar," ujar Aditya.Lana tidak menjawab, ia masih diam. Rasa kecewanya masih dirasakan, sebenarnya Lana tidak ingin memikirkan itu tapi tidak bisa. Bahkan perkataan Aditya tempo lalu masih terngiang di telinga Lana, Aditya mengatakan jika dirinya tidak becus mengurus anak-anak. Siapa yang tidak sakit hati jika disebut seperti itu apalagi selama ini Lana sangat menyayangi ketiga anak sambungnya.Aditya menunggu kedatangan Ranian di ruang keluarga, ia juga sudah meminta Rangga dan Reyhan untuk datang. Entah mereka akan datang atau tidak, jika tidak ada yang dat
POV AuthorSaat malam hari, Rangga, Reyhan dan Rania datang. Aditya sudah menduga kedatangan mereka pasti untuk menanyakan fasilitas mereka yang dibekukan. Lelaki itu kini masih berdiam diri di ruang kerjanya setelah tadi menyuapi Lana."Pa, gimana keadaan ibu?" tanya Reyhan."Nggak usah basa-basi, kalian pasti mau nanyain soal kartu yang dibekukan?" selidik Aditya, ia akan mulai tegas. Tidak peduli nanti anaknya akan marah atau merajuk, yang jelas mereka harus belajar dewasa dan menghargai.Mereka bertiga diam, tahu jika sang ayah sedang marah saat ini. Hasutan Najla memang berhasil membuat anak-anak bahkan tidak peduli sama sekali pada Lana, sosok yang merawat mereka dari kecil dengan penuh kasih sayang."Kita salah, Pa. Nggak seharusnya ninggalin ibu sendirian di rumah," ujar Rania.Aditya masih terdiam, ia masih menerka-nerka apakah yang diungkapkan Rania itu benar-benar penyesalannya atau hanya pura-pura karena ingin kembali menikmati fasilitas."Kalau kalian berani keluar lagi d
POV Author"Yaelah, lo ada-ada aja." Nayla memutar bola matanya mendengar pengakuan Shanum."Ada bagusnya, soalnya kalau gue di kelas kalian nggak bakalan bisa ketemu gue," tutur Shanum."Pokoknya lo harus bertahan di sini, lo harus lebih baik dari Melanie," ujar Keysha.Shanum menautkan alisnya tidak mengerti. "Apa hubungannya sama Melanie?"Keysha tersenyum kecut dan menceritakan semuanya. Saat Shanum tidak masuk sekolah, Melanie menyebarkan isu tidak benar mengenai Shanum. Gadis itu bahkan memfitnah Shanum sudah menggoda Jodi tapi pada kenyataannya Melanie-lah yang mendekati Jodi karena ingin membalas Shanum. Melanie masih tidak terima karena Arga menikah dengan orang lain, Nayla dan Keysha bahkan tidak menyangka jika Melanie adalah sosok yang ambisius. Melakukan berbagai cara untuk membuat dirinya sendiri puas. Baik Nayla maupun Keysha sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Melanie bahkan saat ada di kelas saja mereka tidak pernah tegur sapa. Setelah mengetahui sikap asli Me
POV Author"Kamu harus jaga baik-baik kehamilan kamu, makan yang teratur karena berat badan kamu harus stabil soalnya kandungan kamu lemah," jelas Kanaya panjang lebar."Iya, Mbak. Mbak ini lebih cerewet dari dokter," omel Lana sambil terkekeh, ia bahagia karena orang-orang terdekatnya sangat memperhatikan dirinya."Belasan tahun kamu nunggu kehadirannya, kamu lebih sabar daripada Mbak. Mungkin kalau Mbak ada di posisi kamu nggak bakalan setegar kamu, kamu emang kuat, Lan!" Kanaya bangga pada adik iparnya itu, meskipun usia mereka beda jauh tapi terkadang Lana bisa bersikap lebih dewasa."Lana itu hanya belajar dari Mbak. Kalau bukan karena kalian Lana juga nggak bakalan sekuat ini." Lama tersenyum sambil menggenggam tangan sang kakak ipar. Karena dukungan dari keluarga besar hingga membuat Lana bisa menjalani kehidupannya sampai saat ini."Udah, jangan cengeng gitu. Nanti anaknya ikutan cengeng lagi," ejek Kanaya.Lana cemberut. "Jangan dong, anak ibu harus kuat ya!" Lana mengelus pe
POV Author"Mas mau beliin kamu lingerie buat nanti pas kita honeymoon," jelas Lukman.Mata Kanaya menyipit. "Kamu serius? Sadar, Mas! Kita udah nggak muda lagi, ngapain pake honeymoon segala? Harusnya Arga sama Zahra yang pergi," sahut Kanaya sambil tertawa."Nggak usah ketawa, nggak ada yang lucu! Lagian honeymoon itu bukan cuman buat pasangan baru aja." Lukman terlihat tidak peduli, ia memang sudah merencanakan ini. Tentu akan mengajak Zian ikut serta dan juga akan membawa Siti. Lukman juga sudah menyiapkan tiket untuk bulan madu Arga dan Zahra yang sempat tertunda."Ya lagian pake mau honeymoon segala! Emang masih kuat begadang semalaman?" cibir Kanaya.Lukman menaikan sebelah alisnya menatap sang istri, dengan gerakan cepat ia mendorong tubuh Kanaya dan menindihnya."Mau mas buktikan sekarang?" tanyanya dengan senyum menggoda, tanpa dibuktikan pun Kanaya sudah tahu jika stamina lelakinya selalu kuat. Mereka rutin olahraga jadi tidak ada kendala jika masalah stamina di ranjang."M
POV AuthorAditya terpaksa harus meninggalkan istri dan juga anaknya yang baru lahir karena urusan pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan orang lain. Meskipun berat tapi ia harus lakukan karena ini tanggung jawabnya sebagai seorang pimpinan. Lana juga tidak pernah melarang karena tahu konsekuensinya menjadi istri seorang pengusaha harus rela sering ditinggal karena urusan pekerjaan. Aditya pergi dengan tenang karena ketiga anaknya selalu ada di rumah, Aditya mempekerjakan seorang baby sitter untuk membantu Lana karena wanita itu sedang masa pemulihan pasca operasi. Sampai di tempat tujuan Aditya langsung membuka laptop dan memeriksa laporan yang belum sempat dilihatnya."Mengenai kasus penggelapan dana perusahaan sudah kami kumpulkan buktinya dan diserahkan pada pihak yang berwajib," papar Anika."Kalau sampai aku tau siapa dalang dari semua ini, mereka akan habis!" geram Aditya, ia paling benci dengan pengkhianatan. Orang yang melakukannya tentu kurang bersyukur karena sudah diberika
POV AuthorLelaki itu menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, tangannya mengepal kuat. Terbangun dengan keadaan tidak tertutup sehelai benangpun dan seorang wanita dalam pelukannya membuat hati lelaki itu meronta.Bugh!Pyaarrr!Dengan sekali tinjuan, cermin itu pecah berkeping-keping. Di sela-sela jarinya mengeluarkan darah dan ada serpihan kaca yang menancap di sana."Bangs*t lo, Dit!" Aditya memakai dirinya sendiri, tadi malam ia tidak bisa mengontrol dan berakhir meniduri sekretarisnya. Anika masih menunggu Aditya di ruangannya dengan sorot mata kosong, penyesalan pasti dirasakannya. Tidak berpikir panjang, bagaimana jika Aditya tidak mau mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukannya tadi malam.Saat Aditya keluar dari kamar mandi, Anika langsung berdiri. Wanita itu menunduk dan melihat darah menetes dari tangan Aditya, dengan cepat ia menghampiri lelaki itu dan memegang tangannya."Kenapa bisa terluka, Pak?" tanya Anika cemas."Jangan pedulikan. Ayo, aku akan mengantarmu
POV Author"Bu, in buahnya kok belum dimakan?" tegur Rania saat kembali ke kamar Lana, ia tadi keluar sebentar untuk membawa laptop di kamarnya."Nanti aja, perut ibu rasanya masih begah abis makan sepiring penuh gitu," balas Lana sambil melihat piring yang sudah habis isinya."Ya udah, Rania ke kampus bentar ya, Bu. Kalau ada apa-apa panggil aja Bik Yayu." Lana mencium punggung tangan ibunya lalu beralih melihat Asha yang tertidur, Rania sangat gemas bahkan ingin menggigit pipi tembem adiknya itu."Berangkat sama siapa?" tanya Lana."Dianterin Mang Tatang," jawab Rania.Lana mengangguk dan tersenyum, menatap punggung Rania yang sudah hilang di balik pintu. Lana meraih ponselnya, entah kenapa ia rasanya ingin terus menghubungi Aditya. Berbulan-bulan Aditya selalu ada disampingnya dan kemarin lelaki itu harus kembali bekerja, jika bisa Lana ingin melarang tapi tidak mungkin. Ia tidak mau menghambat pekerjaan suaminya hanya karena keegoisannya semata."Iya, Sayang." Dari layar ponsel Ad