Bab 24Sebelum pergi, aku sudah memastikan jika kamarku benar-benar terkunci. Semua barang berharga sudah aku amankan termasuk kunci mobil milikku dan Mas Lukman. Jumi dan Tiwi aku suruh untuk pulang ke rumah mereka masing-masing untuk sementara waktu sebelum aku dan Mas Lukman kembali. Ya, Mas Lukman memutuskan untuk mengambil cuti selama seminggu dan akan ikut denganku yang akan melakukan tugas kantor di Bali. Bu Margaretha mengutusku untuk langsung memantau proyek disana karena beliau memang sedang tidak sehat dan akan segera menyusul saat kondisinya sudah membaik.Rencana Mas Lukman kali ini memang tidak salah, hanya ada ibu mertua dan Lana yang akan berada di rumah seminggu kedepan. Aku sudah menghubungi Risma untuk membantu menyelidiki tempat yang biasa didatangi oleh Mas Lukman. Karena kurasa Mas Lukman terlihat lebih tegas dan lebih dewasa setelah aku berangkat ke Malaysia kala itu. Tanpa memberitahu ibu mertua, kami pergi secara diam-diam. Aku ingin tahu apa ia sanggup hidup
Bab 25“Mas kayaknya harus menyiapkan ekstra kesabaran ngadepin Ibu. Ibu tetap kekeh pengen semua barangnya dibalikin terus tadi minta uang lima juta buat biaya hidup selama kita belum pulang,” jelas Mas Lukman dengan suara lirih, raut wajahnya terlihat jelas ia sangat pusing karena tingkat ibu mertua.“Kalau kita terus aja ikutin maunya Ibu, Ibu nggak akan berubah sampai kapanpun! Kita tegas juga buat kebaikan Ibu,” balasku. Aku mengatakan apa adanya, jika kita terus mengikuti maunya yang ada ibu mertua akan semakin besar kepala.Untuk apa ibu mertua meminta uang lima juta? Itu terlalu banyak, apalagi aku dan Mas Lukman hanya satu minggu berada di Bali. Stok bahan makanan di rumah sangat lengkap jadi ibu mertua tidak akan kelaparan. Aku bisa merasakan bagaimana pusingnya Mas Lukman apalagi dua minggu lagi ia harus membayar cicilan kartu kreditnya sekaligus memberikan uang untuk biaya hidup dan perawatan Trisha. Yang membuatku merasa janggal itu ibu mertua sibuk mengurus dirinya sendi
Bab 26Hati ini rasanya lega karena ibu mertua tidak menjadi korban kebakaran, aku tidak berhenti mengucap syukur begitu juga Mas Lukman dan Lana. Mas Lukman mengatakan pada petugas jika ibu mertua tengah berada di luar rumah. Risma mengajak kami untuk tinggal di rumahnya sementara waktu, aku yang memang sedang kalut hanya mengikuti saja. Kami juga tidak bisa untuk tinggal di rumah ibu mertua karena kunci rumah itu ada di dalam rumahku yang sekarang sudah hangus.Sampai di rumah Risma, aku baru mengingat jika cctv di rumah masih terhubung ke ponselku. Meskipun cctv sudah pasti rusak tapi datanya akan otomatis tersimpan di ponselku. Selagi Mas Lukman berada di kamar mandi, aku langsung membuka rekaman cctv. Rekaman dipercepat hingga di jam kejadian itu bermula. Langsung aku membuka cctv di bagian dapur karena firasatku mengatakan jika kebakaran itu kemungkinan besar bermula dari dapur.Dalam rekaman itu terlihat ibu mertua tengah menghangatkan makanan, ia berteriak memanggil Lana dan m
Bab 27“Kalau masih pusing istirahat aja, Nay!” ujar Ibunya Risma, aku hanya menggeleng pelan lalu tersenyum. Mengambil tempat duduk di sebelah Risma.“Lihat, Bu. Aku tuh lambat nikah karena nggak mau punya mertua macam mertuanya Naya. Bisa-bisa mati muda aku,” seru Risma dengan tertawa, aku hanya membiarkannya karena tahu jika itu hanyalah candaan semata.“Nggak semua mertua kayak Ibunya Mas Lukman juga kali. Tahun lalu kita pernah ke acara ultahnya anaknya Maya ‘kan, lo masih inget? Mertuanya itu baik banget, itu namanya mertua rasa orangtua,” balasku.“Yang Naya bilang itu bener, Ris. Sampai kapan kamu menyendiri, Ibu juga ‘kan pengen punya cucu,” ungkap ibunya Risma, di akhir perkataannya itu entah kenapa hati ini terasa ngilu. Lagi-lagi kenyataan menamparku, aku merasa belum bisa menjadi wanita sempurna karena belum bisa memberikan anak untuk Mas Lukman.Mereka sepertinya menyadari raut wajahku yang mulai berubah, ibunya Risma langsung meminta maaf, ia mengatakan tidak bermaksud
Bab 28 Lana pergi ke kantor polisi seorang diri, sedangkan Mas Lukman akan menemui pengacara dan aku harus kembali bekerja tapi sebelum ke kantor aku akan menjenguk Bu Margaretha terlebih dahulu. Sampai di rumahnya aku sama sekali tidak bisa bertemu dengan beliau, Dokter pribadi yang biasa menanganinya mengatakan jika kondisi Bu Margaretha benar-benar buruk dan belum boleh ada yang menjenguknya. Meskipun dirawat hanya di rumah tapi fasilitas medis yang ada sangatlah lengkap, sama halnya seperti di rumah sakit. Aku harus menelan kekecewaan karena tidak bisa bertemu padahal kemarin aku masing bertukar pesan dengannya, aku tidak tahu jika kondisinya saat ini semakin memburuk. Hanya bisa mendoakan agar bisa cepat pulih. Sengaja aku menyuruh supir taksi online itu untuk menunggu karena aku malas jika harus pesan lagi dan menunggu lagi. Aku sudah sangat terlambat untuk pergi ke kantor. Sebelumnya aku sudah mengabari Jumi dan Tiwi untuk kembali bekerja, menyuruh mereka langsung datang ke r
Bab 29POV Author“Jujur … Mas enggak kenal sama orang yang bantuin Ibu, tapi polisi bilang kalau orang itu mengakui sebagai pacanya Ibu,” ungkap Lukman.“Pacar? Kamu serius Mas polisi bilang gitu?” tanya Kanaya dengan raut heran yang tergambar di wajahnya.Ia tentu tidak akan percaya begitu saja, bagaimana mungkin Husna– ibu mertuanya–diam-diam memiliki kekasih. Kanaya tahu jika ibu mertuanya itu bercerai di usia yang sangat muda dan membawa kedua anaknya bersamanya. Bahkan sampai saat ini Kanaya belum pernah melihat ayah mertuanya.“Buat apa polisi bohong coba, Yank?” seru Lukman, ia melirik Kanaya yang masih terdiam.Kanaya benar-benar tidak habis pikir dengan kelakuan ibu mertuanya. Jika memang ingin menikah kembali bagusnya jika memperkenalkan lelaki itu pada anak-anaknya bukan menjalin kasih secara sembunyi-sembunyi. Sebenarnya Lukman sudah merasa lelah menghadapi sikap sang ibu yang selalu bertindak semaunya, bahkan ini bukan kali pertama Lukman mendapat masalah karena ulah san
Bab 30POV AuthorKanaya membawa Tiwi untuk duduk di sofa, ia membiarkan Tiwi menjelaskan alasan kebohongan ini. Tiwi mengatakan jika dirinya memang baru menikah dan terpaksa bekerja karena terlilit hutang pada rentenir setelah melakukan pesta pernikahan besar-besaran, itu bahkan bukan keinginan Tiwi ataupun suaminya. Semua itu keinginan kedua orangtua Tiwi dan mertuanya, padahal keuangan mereka tidak memungkinkan untuk melakukan pesta. Data yang dilihat oleh Kanaya kemarin tiu data milik Tiwi yang dulus sebelum wanita itu menikah.Begitulah orang-orang yang ada di lingkungan tempat Tiwi tinggal, mereka akan meminjam uang untuk merayakan pesta pernikahan karena mereka berpikir menikah itu sekali seumur hidup dan harus berkesan. Orangtua Tiwi juga mengatakan jika uang yang dipinjam untuk pesta akan terganti dari para tamu undangan tapi kenyataan tidak sesuai realita. Uang yang didapatkan bahkan tidak cukup untuk menutupi setengah hutang yang ada.Alasan itu membuat Tiwi harus kembali b
Bab 31POV Author“Udahlah, Mas pusing kalau ngomongin soal Ibu. Mas sama Kanaya mau pergi dulu,” tutur Lukman.“Mbak Kanaya nggak ke kantor?” tanya Lana pada kakak iparnya itu.“Paling agak siang Mbak ke kantor, soalnya selesai urusan rumah Mbak mau mantau dulu proyek,” balas Kanaya, wanita itu meraih tasnya lalu beranjak menyusul sang suami yang lebih dulu ke luar rumah.Beruntung karena ada mobil miliki Husna yang baru saja selesai diperbaiki, jika tidak mungkin Lukman dan Kanaya akan sangat kerepotan saat akan berangkat ke kantor. Hari ini Lana harus berangkat sendiri karena pasangan suami istri itu akan mengurus perbaikan rumah mereka. Selesai dengan urusan rumah, Lukman langsung mengantar sang istri ke tempat proyek sebelum dirinya kembali ke kantor. Hari ini ia memang sudah mulai masuk kerja setelah satu minggu mengambil cuti, kebanyakan orang mengambil cuti untuk liburan dan rehat dari pekerjaan tapi Lukman malah disibukkan dengan masalah yang dibuat oleh sang ibu. Ia bahkan t