POV AuthorHari yang ditunggu pun tiba, hari bahagia untuk keluarga besar Lukman. Acara dilaksanakan di salah satu ballroom hotel milik Kanaya. Pernikahan digelar dengan sangat mewah dan elegan, namun terlihat sangat hikmat. Selain keluarga dua mempelai, para rekan kerja Lukman dan Kanaya turut hadir bahkan anak-anak di panti asuhan yang dikelola oleh Kanaya juga datang. Tidak ingin merasakan kebahagiaan seorang diri, ingin berbagi kebahagiaan bersama orang lain. Para tamu undangan penasaran dengan sosok gadis yang dipinang oleh Arga, meskipun menjadi pengantin gadis itu tetap menutupi wajahnya dengan menggunakan cadar. Pernikahan itu bahkan disiarkan oleh stasiun tv swasta karena mereka adalah keluarga terpandang.Keluarga besar Zahra sangat antusias saat mengetahui jika gadis ederhan itu dipersunting oleh keuarga kaya. Arga bahkan tidak berpikir untuk melihat lebih dulu wajah Zahra, ia jatuh cinta pada gadis itu karena akhlaknya yang luar biasa. Lelaki akan sangat menghargai seorang
POV AuthorSelesai makan malam tanpa Shanum, semua orang langsung kembali ke kamar masing-masing karena ingin segera istirahat setelah acara yang memang menguras tenaga. Arga dan Zahra berdampingan berjalan ke arah kamar mereka tanpa ada obrolan dan membuat mereka terlihat sangat kaku. Hal wajar karena mereka sebelumnya tidak saling mengenal, cinta yang suci terjalin setelah akad terucap.“Kamu pasti capek, tidur duluan aja,” ujar Arga.“Iya, Bang,” jawabnya masih setia menunduk.“Abang ada sedikit pekerjaan, jangan tunggu abang ya,” jelas Arga.Setelah melihat Zahra menganggukkan kepalanya, Arga masuk ke dalam walk-in closet di sana memang tersedia sofa. Ia memang ada sedikit urusan yang harus diselesaikan mengenai pendidikannya tapi Arga menjadikannya alasan karena bingung harus melakukan apa. Mengerti dengan apa yang dirasakan Zahra, ia hanya memberi waktu untuk mengikis rasa canggung yang ada di tengah-tengah mereka. Satu jam Arga berkutat dengan laptopnya bahkan matanya sudah ter
POV Author“Dek!” Zahra memanggil Shanum, ia mencoba akrab dengan adik iparnya. Ia bahkan sempat berbincang bersama Anna sebelum gadis itu kembali untuk melanjutkan pendidikannya.Shanum menoleh, matanya memicing dengan sudut bibir yang tertarik hingga terpampang senyum meremehkan. “Jangan sok akrab lo sama gue! Lo emang istrinya Bang Arga tapi bukan kakak gue!” balas Shanum dengan ketus.Andai ada yang melihat Shanum seperti itu sudah pasti akan ditegur apalagi jika Lukman yang melihatnya, bukan hanya ditegur Shanum pasti akan dihukum.Melihat itu Zahra hanya bisa beristighfar, ia sudah mengerti jika dalam pernikahan akan banyak cobaan yang datang. Zahra beruntung karena mendapatkan mertua yang luar biasa baik dan menyayanginya, suaminya juga orang yang sangat lembut dan santun, menghargai Zahra dan memperlakukan dirinya layaknya seorang ratu. Cobaan untuk Zahra datang dari Shanum yang tidak menyukainya, sebelumnya Arga memang sudah mewanti-wanti pada istrinya.“Dek, kalau Shanum berb
POV AuthorBaru saja orangtua Zahra pulang, Arga dan Zahra mengantar sekalian mereka ingin menginap disana apalagi sebentar lagi mereka berangkat ke Jerman. Zahra pasti ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersama dengan orang tuanya, ia tidak tahu kapan akan bertemu karena jarak Jerman ke Indonesia tidaklah dekat. Lagi, Shanum tidak turun untuk makan malam dan lebih memilih mengisi perutnya dengan makanan yang ada di kamarnya. Bahkan sudah beberapa hari Shanum tidak berangkat sekolah, rencananya Lukman akan berbicara pada Shanum besok.“Zian udah tidur?” tanya Lukman yang baru saja masuk ke dalam kamar.“Udah, barusan. Kerjaannya udah beres?” Kanaya balik bertanya, karena setelah makan malam tadi Lukman langsung masuk ke ruang kerjanya. Menjadi seorang pimpinan tidaklah semudah kelihatannya, ia memiliki tanggung jawab untuk kesejahteraan para karyawannya.“Belum, besok aja dilanjutin. Mata Mas rasanya udah panas banget mandang layar,” keluh Lukman.“Tidurlah, istirahatkan matanya,”
POV AuthorKanaya mengelus tangan Lana. “Mbak siap dengener cerita kamu.”“Mas Adit … dia marah karena melihat ketiga anaknya sekarang lebih memilih tinggal dengan Najla,” jelas Lana.Sorot mata wanita itu sangat hampa. Bagaimana tidak, suaminya yang dulu sangat lembut kini bahkan sering marah dan uring-uringan, Aditya bahkan menyalahkan Lana karena anak-anak lebih memilih Najla. Dituduh menjadi penyebab perginya anak-anak tentu Lana tidak terima karena ia sudah menjalankan apa yang diperintahkan suaminya, Lana sudah menyayangi ketiga anak sambungnya seperti anaknya sendiri. Melarang hal yang Aditya tidak suka dilakukan oleh anak-anaknya, semua itu dilakukannya dan dampaknya sekarang anak-anak menjadi pembangkang. Aditya terlalu melarang mereka bertemu dengan ibu kandung mereka sendiri karena trauma masa lalu tapi tidak seharusnya Aditya seperti itu karena orang itu bisa saja berubah menjadi lebih baik lagi.“Kamu mengatakan semuanya? Apa yang kamu katakan ke Mbak sekarang itu yang ka
POV Author“Besok kita nggak jadi berangkat, Dek,” ujar Arga.Zahra menganggukan kepalanya. “Bang, boleh aku pakai dapurnya?” tanya Zahra, sadar jika dirinya masih menumpang di rumah mertua dan tidak mungkin seenaknya melakukan kegiatan di rumah itu.Arga tersenyum. “Tentu, Dek. Abang bantuin ya masaknya.”Mereka turun ke dapur, tidak ada siapapun disana karena Kanaya masih di kamar Lana sedangkan Jumi menemani Husna yang sedang bersantai di halaman depan rumah. Zahra masih terdiam karena bingung akan membuat apa, takut jika apa yang dibuatnya tidak sesuai dengan selera Shanum.“Bagaimana kalau bikin Tiramisu?” tawar Arga.Zahra terlihat berpikir, ia belum pernah memakan apalagi membuatnya. “Shanum suka Tiramisu?” tanya Zahra.“Tiramisu pistachio, ada sponge cake tinggal pakai kok. Jadi kita tinggal buat whipped cream sama topingnya aja,” ujar Arga sambil mengeluarkan sponge cake dari lemari.“Apalagi bahannya, Bang?” Zahra tidak ingin tinggal diam dan hanya melihat suaminya yang berg
POV Author“Papa bakalan masukin kamu ke pondok!” ujar Lukman.Shanum menggelengkan kepalanya. “Nggak … Shanum nggak mau, Pa. Ma bantuin dong, Shanum nggak mau ke pondok.” Shanum memelas meminta bantuan sang ibu. Tapi Kanaya yang sudah membicarakan ini sebelumnya dengan Lukman tentu tidak bisa berbuat apa-apa karena mereka memang sudah sepakat apalagi melihat Shanum yang masih belum bisa berubah.“Kamu nggak bisa nolak. Sekarang juga Papa antar kamu kesana, disana Opa udah siapin semuanya” jelas Lukman.“Pa, Shanum nggak mau!” kekehnya.“Ma, tolong bantuin Shanum buat berkemas. Papa tunggu di bawah!” Lukman tidak ingin dibantah lagi, Shanum yang akan mengejar sang ayah langsung ditahan oleh Kanaya.“Kak, dengerin Mama. Ikutin kemauan Papa, semua ini juga buat kebaikan Kakak.” Kanaya memeluk Shanum yang menangis. Demi kebaikan putri mereka, Kanaya dan Lukman harus sedikit tegas. Apalagi pergaulan saat ini bisa saja mempengaruhi pola pikir Shanum. Gadis itu diajarkan baik-baik oleh oran
POV AuthorDi antar oleh Mang Narno, Kanaya pergi ke sekolah Shanum untuk mengurus surat pindah. Zian di titipkan pada Siti, ia tidak khawatir karena Zahra juga ikut menjaga Zian. Lukman dan Arga sudah lebih dulu pergi ke kantor karena ada pertemuan penting pagi ini. Karena jalanan yang macet, Kanaya harus memakan waktu lebih lama untuk sampai di sekolah Shanum.“Jalannya santai aja, Mang. Nggak usah ngebut!” peringat Kanaya.“Baik, Bu,” balas Mang Narno. Lelaki paruh baya itu sudah sepuluh tahun bekerja sebagai supir pada Kanaya dan Lukman, mereka bahkan menganggap Mang Narno seperti keluarga sendiri sama halnya dengan Jumi dan Siti.Satu jam lebih Kanaya baru sampai di sekolah Shanum, ini pertama kalinya ia datang. Keysha yang melihat Kanaya langsung memanggil ibu dari temannya itu.“Tante Kanaya!”Kanaya langsung membalikkan tubuhnya dan tersenyum. “Eh … Keysha!” seru Kanaya.“Tante mau kemana?”“Tante mau cari ruang kepala sekolah, Key,” jelas Kanaya.“Tante lurus aja terus belok