POV AuthorKarena melihat Kanaya yang masih kebingungan, Margaretha beralih menayangkan sebuah video dan foto yang menjadi momen kebersamaannya bersama mendiang adiknya. Tidak ada yang tahu jika Margaretha dan Marlon –ayah Kanaya– adalah pasangan adik dan kakak. Atas permintaan adiknya itu Margaretha menyimpan puluhan tahun rahasia ini meskipun ia sudah tidak kuat untuk mengatakannya. Wanita yang dikenal sebagai penguasa dunia bisnis itu turun dari panggung dan mendekati Kanaya. Menjelaskan semuanya agar tidak ada salah paham.Marlon Garcia adalah pewaris tunggal keluarga Garcia karena Margaretha hanyalah seorang anak angkat, tapi ia dan Marlon saling menyayangi bahkan Margaretha membela saat Marlon bersikeras ingin menikahi ibu dari Kanaya karena keluarga besarnya menolak dengan keras. Marlon menitipkan perusahaan dan keluarganya pada Margaretha, permintaan terakhir Marlon kala itu sebelum tiada. Ia ingin seluruh harta miliknya diberikan pada Kanaya setelah anaknya itu menemukan lela
POV Author“Adek … sana! Jangan ganggu kakak.”“Ayo, main.”“Kakak lagi belajar, main aja sama Mama.”Kanaya tersenyum mendengar pertengkaran kedua anaknya itu dari dalam kamar. Meskipun sering ribut tapi mereka saling menyayangi. Lukman yang baru saja keluar dari kamar mandi terlihat heran melihat istrinya itu tersenyum sendiri. Lelaki itu mengendap-endap mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu tersentak kaget.“Lagi ngelamunin apa, Yank? kok senyum-senyum sendiri kayak gitu,” bisik Lukman tepat di telinga sang istri.“Mas, kamu hobi banget sih bikin aku kaget,” rajuk Kanaya.“Katakan, apa kamu membayangkan suamimu yang tampan ini?” selidik Lukman. Tangan lelaki itu kini merayap masuk ke dalam baju Kanaya. Kepalanya semakin maju untuk mengarahkan kecupan pada leher istrinya tapi pintu kamar tiba-tiba terbuka membuat mereka langsung refleks saling menjauh.“Mama ….” anak lelaki itu berlari sambil menangis dan memeluk Kanaya.“Jagoan Mama kenapa nangis?” ta
POV Author“Ya ampun … itu bukan abang gue! Itu bapak gue,” sewot Shanum saat ikut apa yang dilihat oleh ketiga temannya.“Jangan bohong lo, mana ada bapak lo kelihatan muda gitu. Bikin gue meleleh, kepanasan lihatnya,” tutur Keysha dengan pikiran liarnya, ia masih setia memperhatikan Lukman yang sedang bersantai, awalnya Lukman ditemani sang istri tapi karena Husna datang akhirnya Kanaya menamani ibu emrtuanya untuk mengobrol. Husna datang setelah satu bulan berada di rumah Lana.“Udah ah … lo pada mau makan malem nggak?” tanya Shanum.“Mau ….” Mereka menjawab serempak.“Ya udah, duduk manis di situ. Gue minta Bi Jumi buat bikin makanan dulu,” terang Shanum lalu pergi keluar.Shanum melihat ibunya yang kini sudah berada di dapur sedang menyiapkan bahan masakan, Kanaya dari dulu selalu turun tangan untuk memasak karena ia ingin punya peran menjadi ibu rumah tangga biasa, Sedangkan Jumi sedang menyetrika baju, wanita itu masih mengabdi dan betah di rumah Kanaya. Jumi baru kembali lima
POV AuthorKanaya memberikan kode pada Ayyman dan Shanum agar tidak mengatakkan apapun, mereka mengerti dan hanya terdiam Kanaya menyuruh Jumi untukk membawa Husna ke kamarnya. Ia menjelaskan sedikit mengenai kondisi Husna pada anak-anaknya.“Tapi sakitnya Oma nggak parah ‘kan, Ma?” tanya Ayyman cemas.“Nggak kok, wajarlah kalau seusia Oma itu pikun,” jelas Kanaya.“Kamu bersih-bersih dulu nanti kita makan malam bareng ya,” tutur Lukman.“Iya, Pa.” Ayyman beranjak masuk ke kamarnya dan Shanum juga kembali karena teman-temannya pasti menunggu, apalagi Zian ada disana, ia takut jikak adiknya itu nakal.Lukman membantu istrinya itu menyiapkan makan malam dan mereka tinggal menunggu anak-anaknya turun. Dapur dan seluruh peralatan yang sudah dipakai kini sudan bersih mengkilap dibersihkan oleh Lilis. Lilis dan Jumi memang bisa melakukan tugas apapun tapi jika soal memasak Kanaya langsung yang akan melakukannya.“Lis, tolong panggilin anak-anak ya. Jangan lupa ke kamar Mama, kalau belum tid
POV AuthorSuara bel terdengar sangat nyaring padahal jam baru saja menunjukkan pukul tujuh pagi. Kanaya yang sudah berkutat di dapur langsung meminta Lilis untuk membukakan pintu. Lilis kembali dan mengatakan jika ada yang mencari Lukman.“Siapa ya, Lis?” tanya Kanaya.“Kurang tahu juga, Bu,” jawab Lilis.“Ya udah, tolong lanjutin masaknya ya,” titah Kanaya.Wanita itu mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum menemui tamu. Langkah kaki Kanaya melambat saat melihat sosok yang tengah duduk di sofa sambil menunduk. Gadis berjilbab abu dengan wajah lugu itu langsung mendongak saat mendengar suara langkah kaki semakin mendekat. Kini senyum merekah terlihat di wajah kedua perempuan beda generasi itu. Gadis itu berdiri dan mencium tangan Kanaya dan memeluknya.“Kenapa datang ke rumah nggak bilang-bilang, Nak?” tanya Kanaya lalu menghapus setitik air mata yang terjun bebas membasahi pipinya.“Aku mau kasih kejutan,” balasnya dengan senyum yang manis.“Kakak Trisha!” Zian yang baru datang ja
POV Author“Kenapa malem-malem di luar, Nak?” tanya Kanaya.“Cuman cari angin aja, Ma,” jawab Trisha berbohong.“Cari angin segar itu pagi, ayo masuk,” ajak Lukman.“Dimana Zian?” Kanaya mengedarkan pandangan untuk mencari anak bungsunya itu.“Udah tidur, Ma. Tadi agak rewel karena cariin Mama terus,” terang Trisha.Kanaya mengusap puncak kepala Trisha, ia bangga pada anak itu. Ia tahu jika seharian ini pasti Trisha yang menjaga Zian karena Jumi dan Lilis memiliki pekerjaan masing-masing dan Ayyman sedang pergi bertemu dengan teman-temannya. Jangan tanyakan dimana Shanum, gadis itu tidak akan pernah mau keluar kamar jika ada Trisha di rumahnya. Itu kenapa Trisha berdiam diri di luar, ia merasa tidak pantas berada di rumah itu dan membuat Shanum selalu kesal.Kanaya dan Lukman sama-sama iba melihat Trisha yang selalu mencoba mengakrabkan diri dengan Shanum tapi adiknya itu tidak pernah peduli dan selalu mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Trisha, tapi gadis itu tidak pernah mengadu
POV Author“Nggak, Mas. Aku nggak bermaskud buat ngungkit masa lalu,” sesal Kanaya saat menyadari apa yang telah diucapkannya.“Mas ngerti kok, waktu nggak akan bisa membuat kamu lupa sama pengkhianatan Mas di masa lalu,” tutur Lukman dengan nada suara rendah.“Mas ….”“Tidur yuk, udah malem. Kamu juga pasti capek seharian ini bantuin Mas di kantor,” ajak Lukman.Lelaki itu beranjak dan membaringkan tubuhnya di ranjang membiarkan Kanaya yang masih duduk diam di sofa. Setelah beberapa saat terdiam wanita itu masuk ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi lalu menyusul sang suami yang sudah memejamkan mata. Lukman bisa merasakan ranjang itu bergerak saat Kanaya naik tapi ia masih tidak bergerak, tidak seperti biasanya yang akan langsung mendekap sang istri dalam tidurnya. Kanaya menarik lengan Lukman untuk dijadikan bantal, ia melingkarkan tangannya di perut sang suami yang masih kokoh meskipun usianya tidak muda lagi karena Lukman memang rajin berolahraga.Tangan Kanaya merayap be
POV Author“Tumben lo pagi-pagi gini udah ke rumah gue?” tanya Melanie.“Gue lagi males aja ada di rumah,” jawab Shanum seadanya tapi ia tidak ingin mengatakan jika tidak suka berada di rumah karena ada saudara tirinya.“Balik sekolah nanti gue mau cari kado buat si Nayla, dia kan ultah,” tutur Melanie.“Ya jelas ikut dong, tapi lo jangan keceplosan nanti. Kalau Nayla ikutan juga bukan kado lagi namanya,” seru Shanum.Shanum menunggu Melanie yang baru saja akan mandi, mereka memang sudah biasa berangkat sekolah bersama tapi biasa Shanum datang agak siang hingga membua Melanie yang harus menunggu tuan putri itu datang. Jarak ke sekolah dari rumah Melanie hanya dua puluh menit, sampai di sekolah mereka bertemu dengan Nayla dan juga Keysha. Shanum mengajak Keysha untuk ikut pergi mencari kado dengan cara berbisik membuat Nayla penasaran.“Lo nggak usah kepo, ini masalah gebetan barunya si Keysha,” seru Shanum yang mendorong Nayla menjauh.“Pangeran lo dateng tuh.” Keysha menyenggol lenga