POV Author"Bu, in buahnya kok belum dimakan?" tegur Rania saat kembali ke kamar Lana, ia tadi keluar sebentar untuk membawa laptop di kamarnya."Nanti aja, perut ibu rasanya masih begah abis makan sepiring penuh gitu," balas Lana sambil melihat piring yang sudah habis isinya."Ya udah, Rania ke kampus bentar ya, Bu. Kalau ada apa-apa panggil aja Bik Yayu." Lana mencium punggung tangan ibunya lalu beralih melihat Asha yang tertidur, Rania sangat gemas bahkan ingin menggigit pipi tembem adiknya itu."Berangkat sama siapa?" tanya Lana."Dianterin Mang Tatang," jawab Rania.Lana mengangguk dan tersenyum, menatap punggung Rania yang sudah hilang di balik pintu. Lana meraih ponselnya, entah kenapa ia rasanya ingin terus menghubungi Aditya. Berbulan-bulan Aditya selalu ada disampingnya dan kemarin lelaki itu harus kembali bekerja, jika bisa Lana ingin melarang tapi tidak mungkin. Ia tidak mau menghambat pekerjaan suaminya hanya karena keegoisannya semata."Iya, Sayang." Dari layar ponsel Ad
POV Author"Beneran nih lo nggak mau cerita?" Raya menatap lekat Anika yang pura-pura sibuk dengan makanan untuk menutupi kegugupannya."Cerita apaan sih, gue nggak ngapa-ngapain kok," sahut Anika, sebisa mungkin mengatur nada suaranya agar santai tapi sorot matanya tetap tidak bisa berbohong."Ya udah, kalau udah mau cerita gue siap dengerin kok," tutur Raya."Hm."Meskipun ingin tapi Anika sebisa mungkin menahan diri untuk tidak mengatakan apapun, selain dirinya nanti akan malu ia juga akan merusak nama baik perusahaan. Ia akan berusaha untuk bicara pada Aditya nanti, tidak mungkin membiarkan begitu saja setelah kesuciannya direnggut oleh lelaki yang bukan suaminya. Disini Anika juga bersalah karena dia dan menerima perlakuan Aditya yang berada di bawah pengaruh alkohol.Selesai makan siang mereka langsung kembali karena jam istirahat sebentar lagi akan habis. Sepanjang jalan Anika hanya menanggapi sewajarnya apa yang diceritakan oleh Raya mengenai kekasih barunya. Mungkin jika Anik
POV Author"Masuklah!"Setelah menunggu lumayan lama akhirnya pintu itu terbuka, terlihat dari wajahnya jika Aditya baru bangun tidur. Sebenarnya ia tidak sengaja tertidur saat sedang berbicara dengan Lana lewat telepon tadi. Rambut berantakan dan hanya menggunakan celana santai pendek, tubuh bagian atasnya terekspos menampakkan otot-otot yang begitu kekar di bagian perut dan dada lelaki itu. Bagian rahangnya yang tegas ditumbuhi bulu-bulu halus hingga membuat pesona lelaki itu semakin terpancar bahkan di usianya yang sudah masuk kepala lima. Anika bahkan tidak bisa mengalihkan pandangannya."Aku akan mandi dulu!" seru Aditya lalu masuk ke kamarnya."Kenapa suami orang itu selalu lebih menggoda," gumam Anika tanpa sadar. Ia tidak tahu jika ponsel Aditya masih tersambung pada Lana. Di ujung telepon Lana bisa mendengar suara Anika meskipun tidak terlalu jelas. Lana memang belum sempat memutuskan sambungan telepon karena sedang menyusui Asha. Setelah mendengar suara Anika membuat Lana me
POV Author"Mama kok nggak bilang mau ke Jerman sih? Shanum 'kan juga mau ikut." Shanum merajuk, saat melakukan panggilan video bersama ibunya."Rencana kita nggak lama di sini kok, Kak. Kakak juga nggak bilang mau pulang," sahut Kanaya."Mama jangan dulu pulang, kita semua nyusul aja kesana. Kak Anna sama Bang Ayyman udah pulang kok, Oma juga pasti pengen ketemu Bang Arga juga 'kan?"Kanaya mengangguk, "Sebelum berangkat, bawa dulu Oma buat kontrol ke dokter. Kalau kondisinya bagus kalian bisa langsung berangkat," jelas Kanaya."Ya udah, nanti sore Shanum anter Oma kesana. Ya udah ya, ada Nayla sama Keysha soalnya."Sambungan telepon itu terputus. Kanaya kembali melanjutkan aktivitasnya membuat cemilan untuk Zian yang sedang bermain bersama Arga di halaman belakang. Rumah yang disiapkan memang lumayan besar, memiliki lima kamar dan juga halaman depan dan belakang yang luas. Rumah yang biasa ditempati saat tugas kerja atau berjalan-jalan ke Jerman. Mereka bahkan sengaja asisten rumah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorSemenjak Aditya pergi, Lana tidak pernah bisa tenang. Hatinya selalu gelisah, pikiran negatif bermunculan tapi wanita itu menepisnya karena berpikir suaminya tidak akan melakukan hal diluar batas di sana. Firasat seorang istri memang tidak bisa diragukan lagi. Bahkan Lana bisa sampai tiga atau empat kali menghubungi Aditya dalam sehari hanya untuk memastikan jika semuanya baik-baik saja. Seperti pemain ulung tentu Aditya bisa menyembunyikan semuanya dengan rapi tapi kembali lagi seperti kata pepatah pada akhirnya bau bangkai akan tercium meskipun mencoba untuk disembunyikan. Hanya waktu yang bisa menjawab kapan waktu itu tiba."Bu, hindari stress ya. Soalnya itu berpengaruh untuk ASI-nya," pesan dokter."Iya, Dok.""Untuk sekarang ibu fokus saja membuat diri sendiri bahagia, karena anak juga bisa merasakan apa yang ibunya rasakan."Lana diam mendengar penuturan dokter, beberapa hari ini Asha memang sering rewel bahkan setelah diberikan ASI terkad
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorAktivitas panas itu terhenti saat terdengar suara bel, Anika tertegun. Ia tahu itu adalah Raya, Anika memang sempat mengirimkan pesan pada temannya itu. Gadis itu gemetar saat Aditya beranjak dari atas tubuhnya dan dengan cepat memakai celana pendek untuk menutupi bagian tubuh bagian bawahnya. Dengan kesal Aditya keluar dari kamar, mata Aditya membulat saat melihat monitor di samping pintu yang menampakkan sosok Raya. Ia berdecak kesal, tahu jika Anika yang melakukan ini. Aditya mengurungkan niatnya untuk membuka pintu dan kembali ke kamar."Usir dia sekarang juga dan jangan katakan apapun!" geram Aditya pada Anika.Memiliki kesempatan untuk kabur tentu tidak akan disia-siakan oleh Anika. Ia meraih kemeja milik Aditya yang terlalu kebesaran saat dipakai Anika. Ia berjalan dengan tertatih karena merasakan perih di pangkal pahanya. Aditya kesal karena aktivitasnya terganggu, ia tidak berhenti mengumpat. Beberapa menit menunggu ia malah mendengar su
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Pilihan ada di tangan lo, Nik. Gue nggak bisa maksa lo buat ninggalin tuh cowok!" ujar Raya."Emang semuanya salah gue dari awal, harusnya gue nggak segampang itu nyerahin tubuh gue ke dia," gumam Anika."Emang siapa sih cowok itu sampai bisa bikin lo gil* kayak gini?"Anika menghela nafas berat, "Lo nggak usah tahu siapa cowok itu.""Pikir baik-baik, jangan sampai lo nyesel sama pilihan lo sendiri," tutur Raya lalu keluar dari ruangan Anika.Mereka menghabiskan jam istirahat di dalam ruangan Anika karena Raya masih ingin mengorek lebih dalam mengenai apa yang terjadi pada temannya itu sampai berani tidur dengan suami orang. Anika bahkan tidak fokus bekerja karena masalah ini, tidak ada Aditya di sana karena lelaki itu memutuskan untuk pulang. Anika bahkan tidak mengetahui mengenai kepergian Aditya yang sangat tiba-tiba itu. Hanya ada Reni yang menggantikan Aditya selama Rangga belum datang.Anika menatap layar ponselnya, gambar kebersamaan diri
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lana!" teriak Aditya, ia terbangun dari tidurnya dengan kering yang membanjir seluruh tubuhnya. Nafasnya bahkan memburu, Aditya langsung memeluk Lana dengan begitu eratnya sambil terus bergumam."Mas!""Jangan tinggalkan Mas … jangan tinggalkan Mas ….""Mas kamu kenapa? Mimpi buruk?" tanya Lana sambil mengelus punggung suaminya yang bergetar.Dalam hatinya Aditya bersyukur karena semua itu hanya mimpi buruk saja. Entah bagaimana jadinya jika semua itu terjadi di kehidupan nyata, Aditya tidak akan bisa tanpa Lana. Ia sangat mencintai wanita yang sudah memberikannya seorang putri itu. Sadar jika apa yang dilakukannya di belakang Lana itu benar-benar salah dan kejam. Aditya berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, tidak ingin mempertaruhkan rumah tangganya yang sudah belasan tahun dibina."Sayang, kamu harus janji jangan tinggalin Mas apapun yang terjadi," pinta Aditya sambil menggenggam tangan Lana. Meskipun tidak mengerti dengan apa yang ter