Mas Ferdy yang digoda, hanya tersenyum kemudian membuka mulutnya. "Vira, gimana kabarnya? Dengar-dengar sekarang sudah punya perusahaan baru ya? Selamat ya, akhirnya cita-cita kamu untuk sukses terkabul juga," ucap lelaki itu dengan lembut dan wajah berbinar penuh kerinduan."Iya, Mas. Makasih." Aku menunduk, menyembunyikan wajah dan debaran hati yang tak kunjung berhenti."Ya, udah. Habis ini kalian cepat urus pernikahan aja ya. Ibu nggak mau kayak kemarin lagi, kamu tiba-tiba dapat tugas, sehingga batal menikah," ucap Bu Sumi memotong."Baiklah, Bu." Mas Ferdy mengangguk lalu beralih menatapku. "Vira, kamu setuju kalau kita menikah dalam waktu dekat ini? Kalau kamu setuju, sama-sama kita minta restu orang tua kamu di kampung. Gimana?""Baik, Mas. Aku setuju, tapi izinkan aku minta waktu beberapa hari lagi sebab aku sekarang sedang mengurus surat-surat pembelian rumah di komplek Martapura, aku ingin setelah menikah besok, kita semua bisa tinggal di sana. Insyaallah rumahnya lebih be
Pagi ini kami berempat; aku, Bu Sumi, Mas Ferdy dan Dina berangkat menuju kampung halamanku di kota Lampung menggunakan kendaraan roda empat milik Mas Ferdy. Dibanding mobilku yang jenis city car, mobil Mas Ferdy memang jauh lebih besar dan cocok digunakan untuk perjalanan jarak jauh.Hari ini, Mas Ferdy didampingi Bu Sumi dan adiknya bermaksud ingin melamarku pada bapak dan ibu. Sebelumnya aku telah menyampaikan kabar mengenai hal ini pada beliau berdua yang sontak merasa gembira karena pada akhirnya anak tertuanya ini memutuskan untuk menikah lagi.Pada prinsipnya kedua orang tuaku setuju dan merasa senang pada akhirnya aku mendapatkan jodoh lagi. Selain beliau juga ingin segera beroleh cucu, ibu dan bapak juga khawatir jika lama-lama menjanda, tak baik bagiku yang selama ini tinggal jauh dari orang tua, meskipun selama ini aku tinggal di kediaman Bu Sumi yang notabene terjaga dari pergaulan bebas. Pun, Mas Ferdy yang bukan mahram bagiku, tidak tinggal satu rumah di rumah Bu Sumi,
Setelah perjalanan hampir dua hari, akhirnya kami sampai juga di tempat tujuan. Ibu dan bapak menyambut kedatangan kami dengan penuh haru. Apalagi saat bertemu Mas Ferdy, bapak dan ibu langsung jatuh cinta dan tak sabar ingin cepat-cepat kembali ngunduh mantu."Ya, sudah. Ndak usah lama-lama lagi, Vir. Secepatnya saja menikah. Ndak baik lho ditunda-tunda, menikah itu kan ibadah. Harus dilakukan secepatnya asalkan sudah siap lahir dan batin," seru bapak antusias saat Mas Ferdy dan Bu Sumi mengutarakan niatnya untuk melamarku menjadi istri dan menantunya.Mendengar ucapan bapak, aku hanya tersipu malu. Sementara Bu Sumi semakin bersemangat untuk cepat-cepat menikahkan kami."Baik, Pak, Bu. Insyaallah selepas dari sini, anak saya akan segera mengurus izin menikah dan surat menyuratnya. Betul kata njenengan berdua, nikah itu memang nggak boleh ditunda-tunda terus, makanya Ferdy, Vira, habis ini kalian cepat urus surat menyurat dan segala sesuatunya ya," ucap Bu Sumi pada kami berdua."Ba
Aku dan Dina terus memperhatikan dua sosok manusia yang sedang berjalan masuk menuju tempat duduk restoran dalam posisi yang begitu dekat.Sesekali jemari tangan Meisya mengait ke jemari lelaki itu. Seperti bukan orang lain lagi. Saudaranya kah, mengingat Meisya masih berstatus istri Mas Alvin? Atau jangan-jangan benar lelaki itu selingkuhan Meisya?Konon, pernikahan Meisya dengan Mas Alvin sendiri adalah pernikahan kelima bagi perempuan itu. Sebelum menikah dengan Mas Alvin, Meisya beberapa kali digosipkan dekat dengan lelaki. Bahkan pada hari pernikahan wanita itu dengan Mas Alvin digelar, tiga orang mantan kekasih yang dekat dengan Meisya sebelum menikah, datang dan sempat mengacaukan suasana pesta.Apakah itu artinya Meisya bukan wanita yang konsisten menjaga kesetiaannya pada suaminya? Entahlah, jujur aku tak akan tertarik untuk tahu soal perempuan itu andai dia bukan istri Mas Alvin, menantu Bu Surti dan adik ipar Mbak Yuni yang notabene adalah mantan mertuaku juga. Wanita yang
"Udahan yuk kita pulang," ujarku pada Dina setelah kami puas mengamati dua sosok manusia yang sekarang tidak lagi kelihatan di depan kami karena sudah masuk ke dalam hotel itu.Melihat gerak-gerik mereka, aku memang merasa yakin jika Meisya dan lelaki yang sedang bersamanya itu adalah pasangan kekasih. Lalu sebenarnya seperti apa hubungan rumah tangganya bersama Mas Alvin sekarang? Jujur aku merasa penasaran."Bentar ah. Aku ada ide. Gimana kalau kita pancing supaya Alvin datang ke sini. Aku kan sama dia berteman di Ig. Aku DM aja dia, gimana?" "Nggak usah ah. Aku nggak mau kita terlibat terlalu jauh urusan mereka. Biarkan aja. Aku yakin, kalau selentingan yang selama ini aku dengar itu betul adanya, Meisya dan Mas Alvin memang tidak akan bertahan lama. Kasian sih sebenernya. Cuma dia emang nggak memikirkan masa depan jadinya ya begini." Aku menghela nafas. Memikirkan keadaan Mas Alvin yang lagi-lagi harus mengalami kepedihan berumah tangga hanya karena ego ibu dan saudaranya, rasany
Aku sedang sibuk memilih-milih perhiasan yang akan digunakan ibu serta Bu Sumi di hari pernikahan nanti bersama Dina saat di tengah keasyikan memilih perhiasan, sebuah suara melengking tiba-tiba menyapa dari belakang."Eh, ada si Vira ... tumben ya setelah sekian lama, akhirnya ketemu juga di sini. Kayaknya walaupun punya perusahaan, duitnya nggak banyak-banyak amat ya, Yun. Jangan-jangan perusahaan yang dia kelola itu perusahaan bodong ya ...?" tawa renyah Bu Surti tiba-tiba mengudara di sekeliling kami diikuti sosok mantan mertua itu yang memeta di depan mata.Penampilan orang kaya baru itu saat ini justru seperti toko emas berjalan, dengan gelang dan cincin besar menghiasi jari-jari tangannya."Iya, biasalah Bu. Orang nggak punya kan memang suka ngelindur. Upload foto rumah dan gedung perusahaan. Padahal paling-paling perusahaan tempat dia kerja jadi karyawan biasa atau jangan-jangan malah jadi cleaning servis. Kasian banget ya, Bu. Mimpi banget pengen jadi orang kaya, sampai rumah
"Baik, Bu Vira, Bu Dina, Bu Surti dan Bu Yuni, kami pamit dulu ya. Mau nerusin belanja lagi. Happy shopping aja, daa ... assalamualaikum ... " Ibu dan Bapak Robert kemudian pamit pergi setelah sejenak berbasa-basi.Aku dan Dina menganggukkan kepala serentak menanggapi basa basi mereka itu, sementara Bu Surti dan Mbak Yuni hanya bisa mengangguk lemah dengan bibir terkatup rapat."Tuh kan, apa kubilang kalian bakal kaget kalau tahu siapa kita sekarang? Untung aja kamu nggak pingsan, Mbak. Kalau pingsan kami juga males nolongin!" ucap Dina sembari tertawa pada duo anak beranak yang hanya bisa tegak mematung di tempatnya itu dengan ekspresi bingung mendapati kenyataan yang mungkin di luar dugaan mereka ini."Oh ya, siap siap aja hidup susah lagi kayak dulu, ya Bu, Mbak Yuni, soalnya belum tentu ke depan, nasib kalian akan baik-baik saja. Oke?" sambung Dina lagi penuh teka-teki."Maksud kamu apa?" Mbak Yuni yang mendengar, bertanya kaget pada Dina. Namun, sebelum Dina membocorkan rahasia
"Rudi, dia istriku! Apanya yang tidak salah kalau kalian jalan berdua di belakangku? Aku bahkan sudah mendapat informasi kalau kalian juga sudah sering menginap di hotel berdua! Menurut kamu itu tidak salah? Apa kamu sudah gila, menganggap selingkuh dengan istri orang itu tidak salah?!" Mas Alvin menggeram, menggertakkan giginya hingga berbunyi gemeletuk.Di depannya, laki-laki yang dipanggil Rudi menyeringai lebar mendengar ucapannya."Ya, aku memang sudah sering tidur bersama istrimu di h*tel dan itu kami lakukan atas dasar suka sama suka! Makanya aku mau jalan sama dia karena Meisya bilang dia sudah meminta pengacara untuk mengurus perceraian kalian! Jadi tunggu saja, sebentar lagi kalian pasti bercerai! Suka atau tidak suka, sebentar lagi kalian akan berpisah! Dan tidak akan ada satu sen pun yang bisa kamu nikmati sebagai harta gono-gini. Hahaha ... selamat! Sebentar lagi kamu dan keluargamu yang tidak tahu diri itu tak bisa lagi hidup enak menikmati kekayaan Meisya!""Tutup mulu