Petaka Puber Kedua

Petaka Puber Kedua

last updateLast Updated : 2025-09-20
By:  Maunah-MuflihUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
14Chapters
25views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ardina tak pernah membayangkan bahwa pernikahannya yang sudah melalui masa perak yaitu 25 tahun, akan kandas oleh penghianatan suaminya. Yang lebih membuatnya hancur, selingkuhan suaminya ternyata calon menantu yang sudah menghianati putranya.

View More

Chapter 1

Menolak Akad

Pov 3 :

Tak ada yang paling membahagiakan bagi seorang ibu, dari pada ketika dia melihat anak-anaknya bahagia. Itulah yang dirasakan oleh Ardina saat ini. Dia sangat bahagia melihat anak sulungnya akan melangsungkan akad nikah bersama wanita yang dicintainya.

Airmata wanita itu tak terasa mengalir begitu saja saat menyaksikan pemuda berusia 24 tahun itu duduk di depan penghulu.

Dia tersenyum geli melihat Nabil, putranya berkali-kali mengelap keringat di wajahnya.

 Hal itu membuatnya teringat hari pernikahannya dengan Thariq, suaminya. Tak terasa, 25 tahun sudah berlalu. Dia merasa sangat bersyukur pada Allah yang telah memberinya suami sebaik Thariq.

Dari awal pernikahan sampai mereka dikaruniai tiga orang anak, sikapnya tak pernah berubah, selalu manis dan hangat.

 "Nak Nabil, apa Anda sudah siap mengucapkan akad? Kalau sudah siap, mari kita mulai karena saya masih harus menghadiri acara pernikahan yang lain," tanya Pak Penghulu. Nabil terlihat tersenyum sambil mengangguk.

"Iya, Pak. Silakan dimulai!" jawabnya kemudian.

 Pak Penghulu pun mengulurkan tangannya dan mulai mengucapkan ijab kabul. Setelah Pak penghulu selesai, Nabil terlihat akan membuka mulutnya untuk mengucapkan akad. Namun, belum sempat ia buka suara, terdengar suara lantang mencegahnya.

"Tunggu, mohon jangan diteruskan!"

Semua yang hadir di situ terhenyak kaget mendengar suara itu, terlebih setelah mereka tahu, bahwa suara itu adalah suara Sintya, sang mempelai wanita yang akan dinikahi Nabil.

 Mereka semua menengok ke arah Sintya yang duduk di belakang penghulu. Calon mempelai wanita tak duduk di sebelah mempelai laki-laki, karena menurut adat di daerah itu, pengantin perempuan belum boleh duduk di samping pengantin laki-laki sebelum akad sah dilaksanakan.

"Sintya, maksud kamu apa? Kenapa kamu menyuruh Kak Nabil berhenti?" tanya Fitra, putri kedua Rina yang duduk mendampingi Sintya.

"Aku ... Maaf Fit, aku gak sanggup meneruskan pernikahan ini, karena aku ... aku gak cinta sama Mas Nabil," jawab Sintya sambil menunduk.

Ardina melirik ke arah Nabil, pemuda itu terlihat menoleh ke arah Sintya dengan wajah penuh kekecewaan.

"Maaf, Sin. Kalau boleh kutahu, apa alasanmu? Kenapa kamu tiba-tiba mau mundur dari pernikahan kita?" tanyanya dengan suara parau.

Tangannya terlihat mengepal. Itu adalah cara pemuda itu menyalurkan amarah agar tak meledak.

Sintya terlihat menarik napas dalam-dalam kemudian mendongak dan menatap Nabil dengan tatapan datar.

"Maaf, Mas, aku ... aku mencintai orang lain," jawab Sintya dengan terbata-bata.

"Maaf, Pak Thariq, acaranya mau dilanjut atau bagaimana? Saya masih ada tugas menikahkan orang lain," tanya Pak penghulu pada Thariq yang sejak tadi hanya diam membisu.

 "Kita tanya dulu anaknya," jawab Thariq, kemudian ia menoleh ke arah Nabil dan Sintya secara bergantian.

"Bil, Sin, bagaimana? Apa acara ini mau dilanjut?" tanyanya denga suara datar.

Kedua alis Rina tertaut kala melihat ke arah wajah laki-laki di sampingnya. Dia merasa aneh karena tak melihat sedikitpun keterkejutan di wajah Thariq, seakan suaminya itu sudah tahu bahwa Sintya memang akan membatalkan pernikahan.

"Sintya, sekali lagi aku tanyakan padamu, apa kamu benar-benar akan membatalkan pernikahan kita ini?" Nabil bertanya lagi. Sintia kembali menunduk sambil meremas jari-jemarinya.

 "I-iya, Mas. Maaf, saya tak sanggup melanjutkan."

Setelah mendengar jawaban Sintya, Nabil memejamkan mata sebentar sambil mengatur napasnya.

"Baiklah, jika itu keputusanmu, saya tak akan memaksa. Pak penghulu, acara ini batal, kalau Bapak ingin melanjutkan tugas di acara lain, silakan! Saya permisi."

Setelah Nabil berpamitan, ia langsung membalikkan badannya dan bergegas menuju kamarnya. Begitu juga dengan Sintya, gadis berusia 20 tahun itu pun bermaksud pergi begitu saja meninggalkan para tamu dalam kebingungan, juga Rina dalam kehancuran dan rasa malu yang tak mungkin dia sembunyikan.

Dengan sekuat tenaga, Ardina berusaha tetap tenang, meski dadanya serasa sesak. Dia ingin sekali menarik gadis itu dan memakinya, tetapi tentu saja itu tak mungkin dia lakukan. Mana mungkin dia akan bertindak kekanak-kanakkan dan mengamuk di tengah kerumunan para tamu undangan.

"Bu, ibu duduk dulu!" seru Bu Mira, ART-Dina. Bu Mira memapah Dina dan mendudukkan majikannya di kursi, di antara para tamu.

"Tunggu! Sintya, mau ke mana kamu?" teriak Fitra dengan wajah memerah. Anak kedua Dina itu sepertinya tak sanggup lagi menahan emosinya. Fitra mengejar Sintya dan menarik tangannya, "enak saja kamu mau pergi begitu saja, kamu itu keterlaluan, kalau kamu gak cinta sama Kak Nabil, ngapain kamu nerima? Kenapa kamu gak nolak dari sebelumnya?" lanjutnya sambil menunjuk-nunjuk ke wajah Sintya.

"Fitra, cukup! apa yang kamu lakukan? Jangan keterlaluan kamu! Biarkan dia pergi ke kamarnya!" sentak Thariq sambil menyusul ke arah Fitra yang kini mengalihkan pandangannya ke arah ayahnya.

"Pah, apa yang Papa katakan? kenapa Papa selalu saja membela Sintya? Papa gak adil!"

Fitra melampiaskan kekesalannya sambil melangkah pergi meninggalkan Thariq dan Sintya. Fitra sama sekali tak paham apa yang ada di pikiran ayahnya, yang selalu membela Sintya.

Sintya adalah putri dari sahabat Thariq, ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan. Sebelum mereka meninggal, Ayah Sintya menitipkannya pada Thariq. Thariq pun membawa Sintya ke rumahnya. Sejak itu, sikap Thariq sedikit demi sedikit berubah. Ia lebih mementingkan Sintya dari pada anaknya sendiri, Fitra.

"Sin, kamu pergi ke kamar saja," ujar Thariq pada Sintya yang dijawab dengan anggukan. Setelahnya, ia pun pergi begitu saja tanpa berpamitan pada Dina dan yang lainnya. Sementara Thariq sendiri, kini mendekati istrinya dan mengelus pundak Rina yang masih terlihat syok.

Para tamu undangan yang kebingungan melihat keadaan mereka, kini satu per satu mendekat ke arah Dina dan Thariq.

"Bu Dina, Pak Thariq, yang sabar, ya! In sha Allah Nabil akan mendapat ganti yang lebih baik. Kami permisi dulu," ucap salah seorang tetangga sambil menyalami Rina, disusul para tamu lain.

 Dina pun menjawab dengan senyum yang dipaksakan. "Iya, Bu. Terima kasih."

Setelah semua tamu pergi, Thariq mulai berbicara. "Kamu yang sabar ya, mungkin Nabil memang bukan jodoh Sintya. Kita harus menerima itu dengan lapang dada," ucapnya enteng. Seakan tak ada sedikit pun rasa kecewa di hatinya terhadap Sintya. Hal itu, tentu membuat Dina semakin heran.

"Saya terima semua ini, tapi kenapa dia baru ungkapin semuanya saat akad akan diucapkan? Apa dia sama sekali tak menghargai kita?" Rina meracau tak terima dengan sikap Sintya, tapi, lagi dan lagi, Thariq malah berusaha membela Sintya sehingga membuat hati Dina makin hancur.

"Sudahlah, Din! kenapa kamu bersikap kekanak-kanakkan. kamu jangan khawatir, Nabil pasti mendapat jodoh yang lebih baik dari Sintya," kilah Thariq membela Sintya.

"Terserah Mas, Mas memang keterlaluan, Saya gak paham sama Mas. Mas berubah sejak kedatangan Sinta," pungkas Dina sambil bangkit berdiri kemudian pergi meninggalkan suaminya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
14 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status