Home / Romansa / Merusak Pagar Ayu / Bab 5_Peresmian Butik Baru

Share

Bab 5_Peresmian Butik Baru

last update Huling Na-update: 2022-10-24 22:07:41

BAB 5

Suara guyuran air di kamar mandi membangunkan Bram dari tidurnya, ia pun tak kalah kagetnya dengan Airin saat membuka mata ternyata hari sudah memasuki waktu Zuhur. Tadi ia berjanji akan membereskan koper Airin, tetapi ia malah tidur dan terlambat bangun.

"Sayang, maaf, jadi terlambat karena aku, ya?"

"Enggak, Pi, enggak terlambat, kok, masih ada waktu sekitar satu jam sebelum ke bandara, aku mau lanjut rapikan koperku, Papi mandi sana."

"Aku bantu, ya?"

"Enggak usah, Sayang. Mandi aja sana nanti 'kan mau antar Mami ke bandara"

"Beneran, nggak mau aku bantu?"

"Iya, nggak usah. Sedikit lagi, kok." Senyum manis Airin seolah menjadi candu bagi Bram yang selama ini sangat menyayangi Airin.

Bram lalu beranjak ke kamar mandi dan tak lupa sebelumnya mencium Airin yang tengah berganti pakaian.

"Sudah, Sayang. Ayo mandi dulu sana."

" Baik ,Tuan Puteri," candanya sebelum berlalu dari hadapan Airin.

"Pi ... Pi, kamu udah kek anak kecil aja, sih, kalo udah manja." Terkekeh dibuatnya Airin oleh tingkah suaminya.

Tepat pukul 13:00 mereka menuju bandara yang hanya menghabiskan jarak tempuh selama lima belas menit saja dari kediaman mereka. Beruntung siang hari ini jalanan belum macet sehingga bisa tepat waktu sampai di bandara. Bram mengantar Airin sampai di pintu keberangkatan, mereka berpelukan seperti hendak berpisah lama.

"Hati-hati, Sayang. Kabari kalo udah sampe, ya."

"Iya, Pi. Titip Kenzo, ya."

"Jangan khawatir, Sayang. I love you."

"Love you more."

Airin masuk untuk melakukan check in, dari dalam ia sempat menoleh ke luar, Bram masih berdiri di tempat tadi seperti berat melepas kepergian istrinya walau hanya dua hari saja.

***

Airin melemparkan pandangan ke luar jendela, sejak masuk pesawat ia sudah mematikan ponselnya. Saat-saat sendiri seperti ini entah mengapa pikirannya selalu melayang jauh tak bertepi dan tak tentu arah apa yang sedang ia pikirkan.

"Permisi ...." Lamunan Airin dibuyarkan paksa oleh satu suara yang berasal dari sisi kanannya. Ia mendongak, tampak seraut wajah manis dengan kulit kecokelatan dan sorot mata yang menawan. Sesaat Airin terpaku menatap wajah manis yang juga tersenyum manis padanya.

Pemilik sorot mata menawan itu menunjuk kursi kosong di sebelah Airin yang tercatat atas nama dirinya, Airin tersadar dari rasa kagumnya lalu ia mengangguk dan memberikan sedikit senyuman manis.

Aroma maskulin dari parfum laki-laki di sebelahnya masuk ke dalam indra penciumannya, segar dan membangkitkan gairah. Ah, kok, gairah?

Airin menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan memejamkan mata, ini adalah perjalanannya yang pertama kali setelah entah berapa lama ia disibukkan oleh pekerjaan yang cukup menghabiskan waktu. Sekarang semuanya sudah terlewati dengan baik dan tinggal menunggu hasil.

"Ehmm ...." Terdengar suara deheman tepat dari kursi sebelah, Airin menoleh dan begitu pula dengan laki-laki di sebelahnya ikut menoleh pada Airin, pandangan mereka bertemu, lalu si laki-laki menangkupkan kedua tangannya karena merasa bersalah telah membuat Airin merasa tidak nyaman.

"Maaf ...."

"It's oke."

Beberapa saat keduanya terdiam, hingga si laki-laki mengawali pembicaraan.

"Mau ke Surabaya?" tanyanya seraya mengubah posisi duduknya yang ternyata tak bisa berubah karena porsi tempat yang seadanya.

"Memangnya bisa turun di tengah jalan, ya?" Tak disangka jawaban Airin begitu menohok dan si laki-laki pun tak mau kalah ia kembali menjawab ucapan Airin.

"Mau nyoba?"

Kini giliran Airin yang gelagapan dan tak lama keduanya tertawa bersamaan.

"Oh, iya, aku Dazel," lanjutnya seraya mengulurkan tangannya dan disambut Airin dengan agak sedikit canggung.

"Airin. Airin Sukma."

Perbincangan ringan pun mengalir dari keduanya dan sesekali mereka tertawa berdua meskipun dengan tawa yang agak tertahan.

"Ke Surabaya untuk urusan kerja?" tanya Dazel dan dijawab Airin dengan gelengan kepala.

"And then?" lanjutnya.

"Sahabatku sedang berada di Surabaya untuk urusan kerja, dan ternyata urusannya selesai lebih cepat dari perkiraan. Jadi, dia meminta aku untuk datang, yaa ... kebetulan juga kami sudah lumayan lama tak jalan bareng dan saat ini pekerjaanku juga udah longgar. Ya sudah, aku berangkat."

"Oh, berapa lama rencananya di sana nanti?"

"Maybe, cuma dua hari saja."

"Dua hari?"

"Ya, why?"

"Aku rasa kita bisa melakukan perjalanan pulang ke Jakarta bersama, aku juga rencananya hanya dua hari."

"Oh, ya?"

"Iya."

"Bolehlah, nanti aku kenalin sama temanku juga, ya."

"Hmm ...."

Perjalanan udara yang mereka tempuh dengan waktu satu jam tiga puluh menit itu tak terasa karena mereka isi dengan saling bercerita dan sudah tak ada lagi rasa canggung dari keduanya.

Sampai akhirnya pesawat mendarat di bandara internasional Juanda Surabaya.

"Kamu dijemput?" tanya Dazel sesaat setelah pesawat landing.

"Ya, temanku bilang begitu, tapi nanti, deh, aku telepon dulu, kamu?"

"Aku enggak, langsung ke hotel."

"Oh, iya, aku boleh minta nomor kamu?" Kembali Dazel berbicara pada Airin dan disambut Airin dengan anggukan.

Dazel memberikan ponselnya pada Airin supaya wanita cantik itu mencatat nomornya di ponselnya dan Airin pun melakukan itu.

"Terima kasih, nanti aku telepon kamu, ya."

"Oke."

Mereka turun dari pesawat beriringan dan sampai di pintu kedatangan, Airin baru menyalakan ponselnya. Beberapa pesan masuk saat ponsel diaktifkan dan tentu saja di antaranya pesan dari Bram.

[Kabari kalo sudah sampai, Sayangku.]

[Happy holiday, istriku sayang.]

[Baru beberapa jam saja ditinggal kamu, aku sudah kangen setengah mati, love you my wife.]

Dan masih ada lagi beberapa pesan yang membuat Airin senyum-senyum sendiri saat membacanya. Tak mau membuat suaminya khawatir, Airin membalas pesan dari Bram.

[Aku baru saja landing, Sayang. Nanti sampai hotel aku telepon, ya, love you more.]

Dazel yang masih berada di dekatnya menatap Airin dengan sorot mata kagum akan kecantikan yang sempurna di matanya.

"Di mana temanmu?" tanyanya.

"Sebentar aku telepon dulu."

Airin lalu menelepon Ratih karena ia tak menemukannya dari sejak keluar dari pintu kedatangan sekitar sepuluh menit yang lalu. Tak lama, Airin menutup kembali ponselnya.

"Temanku masih di jalan, agak macet katanya. Mungkin bisa sampe sekitar dua puluh menit lagi."

"Kalo begitu gimana kalo aku temani sambil minum di sana?" Dazel menawarkan seraya menunjuk satu kafetaria yang tak begitu ramai pengunjung.

"Baiklah, tapi kamu nggak apa-apa, ini temani aku dulu?"

"Enggak apa-apa, aku santai aja, kok."

"Baiklah, kalo begitu. Terima kasih, ya."

"Dengan senang hati." Dazel menjawab seraya meraih koper Airin. Airin menolak, tetapi tangan kekar Dazel sudah terlanjur menggeret kopernya menuju kafetaria yang akan mereka singgahi. Airin tersenyum berjalan bersisian dengan Dazel, entahlah ada satu perasaan lain saat pria itu tersenyum dan menatapnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Merusak Pagar Ayu   Bab29_Takdirkah ini? ( ENDING )

    Setelah melewati beberapa kali rangkaian pemeriksaan, akhirnya Airin dijadwalkan untuk menjalani operasi siang ini. Semua sedang dipersiapkan tinggal menunggu tim menjemput dan membawanya ke ruang operasi. “Sayang ... aku yakin kamu bisa sembuh dan aku akan selalu berdoa untuk kesembuhanmu.” “Pi, maafkan aku—” “Sstt ... sudah, jangan memikirkan yang lain dulu, sekarang kita fokus untuk kesembuhanmu. Aku yakin kamu pasti kuat, Mi.” “Tidak, Pi, aku takut aku tak bisa membuka mata lagi dan aku belum mendapatkan maaf darimu, Pi.” “Sayang—kita lupakan semuanya dan Insya Allah—aku sudah memaafkanmu.” Tutur Bram tulus, meski di dalam hatinya ada rasa sakit yang teramat menggores. Namun, setelah melewati proses merenung dan menjalankan salat istikharah, ia memutuskan untuk memaafkan Airin dan berjanji akan membimbingnya ke arah yang lebih baik lagi. Meski jujur harus diakuinya ada rada yang sangat tak nyaman saat mengingat bahwa istri yang teramat dia sayangi pernah membagi tubuh dan hat

  • Merusak Pagar Ayu   Bab28_Terbang ke Penang

    “Semua berkas sudah siap dan saya juga sudah membuat janji dengan Dokter Victor, Pak Bram bisa segera berangkat.” Dokter Faizal berbicara dengan Bram di ruang kerjanya.Malam ini juga Airin akan segera diterbangkan ke Penang untuk menjalani pengobatan, ia akan menjalani operasi Whipple. Operasi Whipple adalah operasi yang melibatkan pengangkatan bagian kepala pankreas, bagian pertama dari usus kecil ( duodenum ), dan sebagian dari saluran empedu, kantong empedu, dan terkadang sebagian lambung. Umumnya, operasi ini digunakan untuk menangani kanker pankreas. Untuk penderita di stadium 1,2, dan 3 yang belum parah, telah banyak penderita sembuh total setelah menjalani operasi ini.“Terima kasih banyak atas bantuannya, Dokter.” Dengan tangan gemetar Bram menerima semua berkas yang harus ia bawa untuk diserahkan pada pihak rumah sakit di Penang. Hati Bram hancur menerima semua kenyataan ini. Namun, ia harus tetap tegar dan kuat demi untuk kesembuhan wanita yang sangat ia sayangi. “Oke, jik

  • Merusak Pagar Ayu   Bab26_Airin Kritis

    “Jadi, istrinya Dazel berasal dari Karawang? Sama dengan aku?” Airin berkata di dalam hatinya. Sesaat ingatannya tertuju pada kampung halaman, orang tua, teman, dan saudara-saudaranya yang entah sudah berapa lama tak berjumpa. Lalu Airin teringat akan Wulan, teman semasa kecil yang sudah sekian lama tak diketahui kabarnya. Semenjak Airin menikah dan menetap di Jakarta, ia jarang sekali pulang ke kampung dan saat Wulan menikah pun Airin tak mengetahuinya.“Sayang ....”Dazel menggenggam tangan Airin dan menciuminya ingin rasanya ia memeluk tubuh mungil Airin. Namun, melihat kondisinya yang lemah Dazel takut malah akan menyakitinya.“Sayang, kamu kenapa bisa seperti ini? Sakit apa?”“Dazel, apa kamu mencintaiku?”“Tentu saja, aku sangat mencintaimu, Sayang, kenapa kamu bertanya seperti ini? Kenapa meragukan aku? Kita telah bersama selama tiga tahun, apa yang kamu ragukan, Sayang?”“Boleh aku meminta sesuatu?”“Katakanlah—““Ti—tinggalkan aku.”Dazel merasa seperti terhempas ke dalam ju

  • Merusak Pagar Ayu   Bab26_Kedatangan Dazel

    BAB 26“Tambah lagi, ya, makannya?” Bram membujuk Airin yang beberapa hari terakhir ini susah sekali untuk makan. Dalam dua minggu terakhir ini atau selama ia sakit, berat badannya menurun drastis. Tubuh mungilnya semakin kurus dan pucat.“Udah, Pi,” Airin menjawab dengan lemah.Dua pekan sudah Airin terbaring di rumah sakit, keinginannya untuk bed rest di rumah tak dikabulkan pihak rumah sakit mengingat seringnya Airin mengalami drop dan tiba-tiba mengalami rasa sakit yang teramat sangat pada perut bagian atas kiri dan kemudian menyebar hingga ke bagian belakang. Rasa nyeri itu akan semakin bertambah saat ia sedang makan atau berbaring.Bram meletakkan piring yang isinya hanya beberapa sendok saja yang berhasil ia suapkan pada Airin. Ia melirik arloji yang melingkar di tangannya, jarum jam baru menunjukkan pukul sembilan pagi lebih beberapa menit saja. Ia sudah membuat janji bertemu dengan Dokter Faizal untuk membicarakan tentang pengobatan Airin yang akan diberangkatkan ke Penang at

  • Merusak Pagar Ayu   Bab25_Berpulang

    BAB 25Dada Dazel bergemuruh hebat saat ia menerima telepon dari ART-nya yang mengabarkan kalau istrinya ditemukan tak sadarkan diri di dalam kamar.Dirinya yang saat itu sedang berbunga-bunga karena baru saja membuat janji bertemu dengan wanita lain yang tiga tahun terakhir ini mengisi hatinya, bertakhta setara dengan Regina. Dazel mencintai keduanya tanpa ada perbedaan. Dazel bukan mencintai Airin karena nafsu atau karena kemiripan wajah Airin dengan Regina, tetapi Dazel benar-benar mencintai Airin dari lubuk hati terdalam. Di tengah rasa paniknya, Dazel masih menyempatkan diri mengabari Airin dan meminta maaf harus membatalkan rencana kencan mereka. [Sayang ... maaf, untuk hari ini kita batal bertemu, aku ada urusan mendadak.] Dazel memberikan alasan batalnya pertemuan mereka. Namun, setelah beberapa saat menunggu tak juga ada balasan dari Airin. Dazel berusaha menelepon kekasih hatinya, tetapi tak juga dijawab olehnya. Rasa cemas dan takut kehilangan mendera hati. Ia sangat men

  • Merusak Pagar Ayu   Bab24_Kehilangan

    Bab 24Gundukan tanah merah itu masih basah, bunga-bunga segar pun masih bertaburan di atasnya. Orang-orang berbaju hitam yang tadi memenuhi area pemakaman untuk menghadiri acara pemakaman seorang wanita, satu per satu telah meninggalkan pemakaman. Kini, tinggallah seorang lelaki duduk termenung di samping batu nisan yang bertuliskan : REGINA PUTRI WULANDARILahir : Majalengka, 03 Januari 1989Wafat : Jakarta, 09 Februari 2022Lelaki itu adalah Dazel. Lelaki yang beberapa jam lalu masih memeluk tubuh istrinya yang semakin melemah. Ya, Dazel adalah seorang suami dengan dua orang anak. Ia sebenarnya lelaki baik yang begitu menyayangi keluarganya. Namun, sejak empat tahun yang lalu, tepatnya sejak Egi—panggilan—untuk Regina, divonis menderita leukimia stadium empat, hidupnya serasa hancur apalagi kedua anaknya masih sangat memerlukan perhatian penuh dari seorang ibu. Dazel berusaha mencari pengobatan yang terbaik untuk istrinya. Tak pernah sekalipun ia lalai mengurusi pengobatan dan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status