“Casandra? Kenapa kau lama di toilet?” Gio menatap Casandra yang melangkah menghampirinya dengan langkah terburu-buru. Tampak raut wajah Gio menatap bingung Casandra yang nampak sangat berbeda.“Tadi aku sakit perut, Sayang. Maafkan aku yang membuatmu menunggu.” Casandra mendekat, dan langsung memeluk sang kekasih. Casandra ingin sekali menangis kencang dalam pelukan sang kekasih, namun semua itu adalah hal yang tak mungkin. Casandra mengingat dirinya berada di tengah-tengah pesta.Gio menangkup kedua rahang Casandra, menatap khawatir sang kekasih. Dia bisa melihat dengan jelas kalau ada yang tak beres dengan kekasihnya itu. “Kau benar hanya sakit perut saja? Apa ada masalah yang membebani pikiranmu?” tanyanya sangat cemas.Casandra berusaha tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Manik mata cokelatnya memang menunjukkan kerapuhan. Namun, Casandra berusaha keras untuk menutupi itu. Tak mungkin dia memberi tahu Gio tentang kegilaan Michael.“Aku tidak apa-apa, Sayang. Jangan khawatir. A
Gio memutuskan untuk bekerja dari apartemennya, dan memilih untuk tak mendatangi kantor. Sepertinya pria itu enggan untuk datang ke kantor. Itu kenapa dia lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya dari apartemennya.Suara dering telepon berbunyi. Refleks, Gio mengambil ponselnya yang ada di atas meja, dan menatap ke layar tertera nomor Toland—asisten pribadinya. Pria itu segera menjawab panggilan tersebut.“Ada apa, Toland?” jawab Gio kala panggilan terhubung.“T-Tuan, kita dalam masalah besar,” ujar Toland gugup dan panik dari seberang sana. Kening Gio mengerut dalam. “Masalah besar apa yang kau maksud?” “T-Tuan—” Toland terdengar sangat panik, sampai tak bisa berkata. Gio mengembuskan napas kasar. “Ada apa, Toland? Kenapa kau gugup dan ketakutan seperti itu.”Toland menelan saliva-nya susah payah. “T-Tuan, dua investor besar di perusahaan kita menarik dana mereka. Dan dalam satu malam, saham perusahaan kita terjun bebas, Tuan. Redley Group hampir menyentuh batas merah.” Raut waja
Casandra melangkahkan kaki gontai masuk ke dalam mansion-nya. Mata gadis itu sembab. Riasan wajahnya sudah tak lagi sempurna di wajahnya. Semua berantakan mencerminkan bahwa dia sangat putus asa.Casandra tetap bernapas, namun dia merasakan bahwa sudah tak lagi memiliki energy untuk melanjutkan kehidupan. Belum pernah Casandra merasakan selemah ini. Gadis itu yang selalu ceria dan kuat kini telah diterpa badai besar, hingga melumpuhkannya. Casandra ingin menangis sekencang mungkin, tapi rasanya air mata Casandra sudah mengering, hingga tak mampu lagi meneteskan air matanya. Jika dulu, dia memiliki ratusan cara untuk keluar dari masalah, kali ini Casandra merasa bahwa dirinya kalah sampai tak mampu melakukan apa pun.Ya, Casandra tahu sekeras apa pun dirinya berusaha, pada akhirnya hanya akan tetap kekalahan yang didapatkan. Kalau yang hanya terluka dirinya saja, maka Casandra tak peduli. Yang Casandra tak bisa terima adalah begitu banyak orang yang dirinya cintai harus terluka.Saat
Casandra mengurung diri di kamar selama satu hari penuh. Gadis itu bahkan tak mau mendatangi kantornya. Pun Casandra meminta Jean untuk tak mengganggunya lebih dulu. Selama satu hari, bisa dikatakan Casandra tak mau makan apa pun.Rasa lapar di perut Casandra telah hilang, digantikan dengan perasaan yang sangat kacau. Detik demi detik yang berjalan sama seperti malaikat maut menghampirinya. Jika saja dengan dirinya mati, ornag-orang yang dia cintai akan tetap bahagia, maka Casandra memilih untuk mengakhiri kehidupannya.Namun, bagaimana sebaliknya? Tidak ada jaminan orang-orang yang dia cintai tetap bahagia, di kala dirinya memilih untuk mengakhiri hidupnya. Michael Yates Hutomo adalah pria gila yang bisa saja berbuat nekat, kalau sampai dirinya mengambil keputusan untuk bunuh diri.Kemarin, Casandra sudah sedikit berbicara dengan ibunya, berusaha menenangkan ibunya itu, tetapi ibunya tak mau banyak bicara. Bahkan wajah ibunya hanya rapuh dan sedih. Casandra sudah menguatkan, tapi say
Casandra tak pernah mengira akan berada di titik terendah dalam hidupnya. Titik di mana dia telah putus asa, dan hanya satu jalan yang dia tempuh yaitu ‘Menyerah’. Casandra telah berada di ambang batas frustrasi. Tidak ada jalan lain untuk selamat selain menyerah.Akan ada orang yang terluka akibat keputusan yang dia ambil, namun jika dia tak mengambil keputusan sekarang, maka akan lebih banyak orang yang terluka. Apa yang dia putuskan pun telah melukai hatinya, tetapi Casandra tak memiliki jalan lain.“Nona Casandra.” Jean melangkah masuk ke dalam ruang kerja Casandra, dan menatap bosnya itu dengan raut wajah serius.“Ada apa lagi?” Casandra menatap Jean, dan bersuara dengan nada yang amat lemah.“Nona, dua investor kita yang kemarin ingin mencabut uangnya, telah membatalkan niat mereka. Sekarang mereka masih menginvestasikan uang mereka ke perusahaan kita. Kondisi perusahaan kita sedikit lebih baik, Nona. Tidak separah kemarin,” terang Jean melaporkan pada Casandra, tentang keadaan
Jantung Casandra seperti ingin berhenti berdetak melihat foto telanjang Gio bersama dengan wanita lain. Tangan Casandra gemetar menyentuh foto itu. Air matanya pun tak henti berlinang—dan kini menatap Michael.“Kau pasti mengedit foto ini, kan?!” seru Casandra menuduh Michael.Casandra tahu bahwa Michael adalah sosok pria yang sangat licik. Casandra yakin pasti Michael berusaha memfitnah Gio, agar di matanya Gio adalah sosok pria yang jahat. Casandra berusha untuk meyakinkan bahwa yang dia lihat ini adalah foto rekayasa.Michael tersenyum samat mendengar tuduhan Casandra. “Jika kau tidak percaya padaku, kau bisa meminta orangmu untuk menyelidiki ke aslian foto itu. Atau mungkin kau bisa langsung bertanya pada kekasihmu.”Tubuh Casandra melemah. Kakinya benar-benar tak sanggup berdiri. Casandra ingin tak memercayai ucapan Michael, namun entah kenapa sekarang hati dan logikanya memaksa dirinya untuk percaya pada Michael.“Gio tidak mungkin berselingkuh dariku. Dia sudah melamarku dan ki
Pelupuk mata Casandra mulai terbuka. Gadis itu memijat pelan pelipisnya, di kala rasa sakit di kepalanya muncul. Perlahan, saat mata Casandra sudah terbuka sepenuhnya—gadis itu mengendar ke sekitar—melihat dirinya berada di sebuah kamar yang tak asing. Aroma parfume maskulin dan tatanan di kamar itu, membuat Casandra yakin bahwa dia mengenali kamar ini. “Kau sudah sadar?” Michael melangkah menghampiri Casandra. Refleks, Casandra mengalihkan pandangannya pada sumber suara yang mendekat padanya.Seketika raut wajah Casandra berubah di kala melihat Michael berdiri di hadapannya. Kepingan memorinya mulai tersusun di otaknya. Memori perih yang langsung menusuk hatinya.Casandra mengingat semuanya. Kejadian di mana dirinya bertengkar dengan Gio, dan berakhir dengan keputusasaan hingga membuatnya nekat memilih untuk bunuh diri.Casandra mengumpat dalam hati. Gadis itu mengharapkan dirinya mati, dan tak lagi ada di dunia ini. Tapi semua harapannya pupus, karena Michael menyelamatkannya.Ca
Sinar matahari pagi menembus ke sela-sela jendela menyentuh wajah Casandra. Perlahan, mata Casandra mulai terbuka. Kepingan memori satu demi satu pun mulai terkumpul di benaknya di kala gadis itu membuka mata. “Mandilah, pakaianmu ada di sampingmu. Setelah kau mandi, kita sarapan bersama.” Michael yang sudah lebih dulu bangun, dan duduk di sofa, langsung mengeluarkan suara di kala Casandra sudah membuka mata.Casandra mengalihkan pandangannya, menatap Michael yang tengah duduk di sofa dan menyesap wine. “Aku ingin pulang. Aku tidak mau sarapan.”“Setelah sarapan, aku akan mengantarmu pulang. Aku akan menemui keluargamu untuk membahas pernikahan kita,” ucap Michael yang sontak membuat Casandra terkejut.“Michael, tapi aku belum memberi tahu kedua orang tuaku.” Mata Casandra sedikit melebar mendengar apa yang Michael katakan.Michael bangkit berdiri, melangkah mendekat pada Casandra, menundukan kepalanya bersejajar di wajah Casandra sambil berbisik serak, “Aku tidak mau menunda. Perni