Napas Gio sedikit memburu mendengar jeritan Casandra. Pria itu berdiri di luar ruang bersalin. Bingung, takut, cemas, dan khawatir melebur menjadi satu. Gio tak menemani Casandra di ruang bersalin, karena bagaimanapun yang wajib menemani Casandra adalah Michael, bukan dirinya.Tak dipungkiri mengantar Casandra ke rumah sakit dalam kondisi Casandra kontraksi membuat perasaan Gio campur aduk. Benaknya memikirkan—mungkin jika dirinya yang menikah dengan Casandra, maka hari ini akan menjadi hari di mana dirinya bukan hanya sekedar khawatir tapi juga sangat amat bahagia. Suara pintu ruang rawat terbuka. Dokter berdiri di ambang pintu. Refleks, Gio segera melangkah cepat menghampiri sang dokter.“Bagaimana keadaan Casandra? Kenapa dia terus berteriak kesakitan?” seru Gio bertanya dengan nada panik.“Tuan, kepala bayi sudah terlihat. Nyonya Yates bisa melahirkan sekarang. Apa Anda tidak ingin masuk menemani istri Anda?” balas sang dokter—yang seketika itu juga membuat Gio terdiam sebentar.
Bern, Swiss. Pemandangan alam yang menakjubkan sudah tidak lagi asing untuk Casandra setiap kali mengunjungi Swiss. Sebuah negara yang kaya akan pemandangan alam—menjadi salah satu tempat favorite Casandra.Calista dan Jessica sampai berlari-lari menelusuri pinggir sungai Aar yang ada di Bern. Tentu, mereka tidak berenang. Mereka hanyalah berjalan-jalan ditemani oleh para pengasuh dan pengawal mereka. Sedangkan Maximilian yang masih bayi—tengah terlelap di stroller-nya.Casandra tersenyum melihat Calista dan Jessica begitu menikmati bermain di pinggir sungai Aar. Suara tawa Calista dan Jessica bahkan terdengar di telinganya. Itu adalah pemandangan yang paling menyejukkan.Casandra duduk di kursi bersama dengan Michael. Mereka sama-sama melihat pemandangan indah di hadapan mereka. Bukan hanya pemandangan alam dari kota Bern saja yang menakjubkan, tapi kebersamaan mereka yang sangatlah indah.Casandra tak pernah mengira kalau Michael mencari waktu untuk bisa quality time. Sungguh, Casa
“Venue sudah.”“Gaun pengantin sudah.”“Kalung berlian sudah.”“Mahkota sudah.”“Sovenir sudah.”Casandra tersenyum di kala persiapan pesta pernikahannya sudah siap sempurna. Raut wajah gadis itu memancarkan jelas kebahagiaan yang tak terkira. Pernikahan impian yang sudah dia nanti-nantikan akan sebentar lagi menjadi kenyataan.“Nona Casandra?” Jean—asisten Casandra—melangkah menghampiri Casandra.Casandra menatap Jean, dengan tatapan tatapan riang. “Apa Gio sudah datang?”Jean menggaruk tengkuk lehernya tak gatal. “M-maaf, Nona. Tadi Tuan Gio menelepon, beliau mengatakan kalau hari ini beliau tidak bisa datang. Beliau ada meeting penting di Cordoba.”Casandra mendesah panjang. “Jadi maksudmu, hari ini Gio terbang ke Cordoba?”Jean menganggukan kepalanya. “Benar, Nona. Tuan Gio hari ini melakukan penerbangan ke Cordoba.”“Kenapa dia tidak bilang sendiri padaku?”“Tadi Tuan Gio mengatakan ponsel Anda tidak aktif. Itu kenapa dia menelepon saya.”Casandra berdecak kesal, lalu dia mengamb
Byurrr“Ah!” Napas Casandra hampir putus di kala ada air tersiram di wajahnya. Mata gadis itu terbuka dengan terpaksa seraya menyeka wajahnya. Sinar matahari begitu terik mengenai wajahnya, menandakan pagi telah menyapa.Saat kesadaran Casandra sudah pulih, tatapan gadis itu menatap ayahnya yang berdiri sambil memegang baskom. What the fuck! Casandra mengumpat dalam hati. Ayahnya mengguyurnya.“Dad? Have you lost your mind?!” seru Casandra dengan nada sedikit tinggi. “Kenapa kau menyiramku!”Devan menatap tajam putrinya itu. “Kau yang sudah kehilangan akal sehatmu. Kau mabuk, sampai Jean kelimpungan mencarimu. Sekarang kau bangun terlambat, apa kau lupa hari ini kau memegang posisi tertinggi di perusahaan kita? Kalau media melihat kelakuanmu, mereka pasti akan menjadikanmu pemberitaan utama, Casandra!” teriaknya dengan keras.Devan Stewart belum pernah semurka ini pada putrinya. Mendengar putri tunggalnya mabuk berat, sampai tergeletak di toilet, membuat Devan murka. Terlebih hari ini
Michael duduk di kursi kebesarannya, seraya mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jemari kokohnya. Sepasang iris mata biru Michael menajam menatap lurus ke depan, dengan jutaan hal ada di dalam benaknya.Seringai tipis di wajah Michael terlukis. Tampak kepuasan di wajahnya muncul seakan dia telah memiliki sesuatu rencana. Sebuah rencana terpendam yang sejak lama pria itu ingin jalankan.Suara ketukan pintu terdengar. Refleks, Michael mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu, dan langsung meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam ruang kerjanya.“Tuan Michael,” sapa Erlan—asisten Michael—melangkah mendekat pada Michael.Michael menatap dingin asistennya itu. “Ada apa, Erlan?”Erlan terdiam sebentar, dengan raut wajah serius. “Tuan, rencana yang Anda inginkan sudah berjalan.”Sudut bibir Michael terangkat, membentuk seringai kejam. Iris mata birunya menujukkan jelas kepuasan seperti menang dalam permainan. “Good, mulai besok aku bisa bersenang-senang.”Lalu, tatapan Mi
Tubuh Casandra membeku melihat sosok pria yang duduk di hadapannya. Iris mata biru milik pria itu sukses membuat seluruh prgan tubuh Casandra bergejolak. Casandra meyakinkan dalam hatinya, bahwa apa yang dia lihat ini adalah salah, namun kenyataannya yang dia lihat adalah nyata. Mata Casandra masih berfungsi sangat baik dalam melakukan penglihatan.“K-kau—” Casandra menelan saliva-nya susah payah. Otak Casandra seakan blank tak mampu berpikir jernih. God! Dia memang meminta untuk tak dipertemukan dengan pria tua, tapi juga jangan pria yang pernah bertengkar dengannya di tengah jalan tempo hari. Casandra mengumpati keadaannya yang kembali bertemu dengan pria menyebalkan itu.“Well, dunia ini sempit sekali. Rupanya wanita ceroboh yang merusak mobilku adalah Casandra Stewart,” gumam Michael dengan senyuman sinis di wajahnya. Casandra mengumpat dalam hati di kala Michael menyindirnya. “Aku ke sini atas nama perusahaan. Bersikaplah professional. Jika kau masih tidak terima dengan kejadian
“Pria sialan! Bajingan! Berengsek!” Casandra menghempaskan tubuhnya ke ranjang seraya meloloskan umpatan kasar. Emosi meluap mengingat tentang pertemuan gilanya dengan Michael. Entah apa yang ada di dalam pikiran pria sialan itu.Tujuan Casandra menemui Michael karena untuk membahas pekerjaan. Namun, alih-alih membahas pekerjaan, dia malah terbakar emosi akan penawaran gila pria itu. No! Itu bukan sama sekali penawaran. Malah yang ada Michael ingin membeli harga dirinya. Shit! Mengingat itu membuat emosi Casandra semakin menjadi.Suara ketukan pintu terdengar…“Masuk!” seru Casandra memerintah orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam.“Nona Casandra.” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Casandra.Casandra menatap dingin pelayan itu. “Ada apa kau ke sini?” “Nona, Tuan Gio sudah datang, dan menunggu Anda di depan,” jawab sang pelayan sontak membuat Casandra terkejut.“Gio datang?” ulang Casandra lagi.Sang pelayan mengangguk. “Benar, Nona.”Casandra langsung mengumpat
“Kenapa bisa sampai sekacau ini, Jean?”Casandra menatap frustrasi laporan perusahaan yang diberikan oleh sang asisten. Sungguh, gadis itu sama sekali tak menyangka kalau keadaan perusahaannya akan sampai sekacau ini.Jean menundukan kepalanya. “Nona, jujur saya pun tidak mengerti kenapa sampai sekacau ini. Perusahaan kita benar-benar membutuhkan investor baru agar bisa bertahan. Jika tidak, pasti—”“Aku akan menemukan investor baru untuk perusahaan kita. Singkirkan pikiran negative-mu. Aku yakin, aku mampu menemukan investor yang paling tepat untuk perusahaanku,” potong Casandra tegas.Jean tak mampu mengatakan apa pun. Hanya cukup mengangguk saja. Sebelumnya, dia sudah menanyakan tentang Yates Group pada Casandra, namun bukannya jawaban yang didapatkan, malah Jean mendapatkan amukan. Itu kenapa Jean tak berani lagi menyinggung-nyinggung tentang Yates Group.“Aku ingin pulang cepat. Kau urus pekerjaan. Kepalaku rasanya mau pecah.” Casandra bangkit berdiri seraya mengambil kunci mobil