Hari Minggu pun tiba dengan latihan bertemakan " berenang "
Ridwan sedari shubuh sudah menyiapkan menu masakan simple untuk di bawa bekal nanti.
Sementara Albi lebih sibuk berlatih dengan menggunakan burble buatannya sendiri.
Dari hari ke hari lengan Albi menjadi terlihat lebih berotot.
Terkadang jika sedang di berlatih di taman.Alvi lebih memilih pull up bergelantungan di pohon.
Badan Albi kini menjadi lebih tegap berbeda saat pertama kali ia bertemu dengan Zahra di mana kulitnya yang masih terlihat bersih bahkan tidak ada warna coklat yang terbakar matahari.
" Bi...kamu yang bawa ya !" Ridwan menyodorkan tas yang berisi makanan untuk santap siang mereka di sana.
" Hmmm..." Jawab Albi ringan.
Zahra sudah datang terdengar dari suara deru motornya.
" Simpan motormu di sini saja !" Perintah Albi.
" Kita pakai angkot ! Pergi bertiga soalnya !" Tambahnya lagi.
" Ok...sekali - kali bolehlah naik kendaraan umum juga ! " Zahra tidak bermasalah jika mereka bertiga harus menaiki angkutan umum.
Mereka bertiga harus berjalan menuju jalan raya untuk bisa menaiki kendaraan umum yang akan melintasi kolam renang yang akan mereka tuju nantinya.
Albi menyetop angkutan umum yang akan melintas di depannya dengan jari telunjuknya.
Zahra walaupun sedari kecil tinggal di kota ini tetapi ia tak pernah menaiki angkutan umum mana pun karena sedari kecil biasanya ayahnya atau ibunya lah yang akan mengantarnya dan pada saat sudah besar seperti sekarang ini Zahra do beri kepercayaan untuk bisa mengendarai motor sendiri..
" Benar Bi...ini mobilnya ?" Zahra bertanya karena takut kalau saja Albi salah menyetopnya.
" Hehe...tenang aja ! Aku sudah biasa dengan angkutan umum ! Kalau nyasar tinggal ganti kendaraan lagi !" Albi mengusili Zahra.
" Kalian bawa dua tas gitu ! Isinya apa saja ? Mau berenang atau mau nginap di kolam renang ?" Tanya Zahra saat dirinya sudah duduk rapi bersama penumpang yang lain.
" Bawa perbekalan buat amunisi perut ! Nanti kita botram di sana " jawab Ridwan .
Zahra merasa heran dengan dua pemuda yang sedang duduk berhadap-hadapan dengannya karena biasanya cewek lah yang bawaannya paling banyak .
Albi kemudian menghentikan angkutan umum yang di naikinya lalu mengajak Zahra dan Ridwan untuk turun bersama.
Albi mengeluarkan dua lembaran uang lima ribu rupiah karena jarak yang mereka tempuh tidaklah terlalu jauh.
Mereka bertiga mengantri untuk membeli tiket.
" Ayo..." Albi kembali memesan tiket untuk mereka bertiga dan membayarnya.
Kini mereka berada di area kolam renang . Zahra sedang memilih tempat duduk yang akan mereka tempati.
" Di sini saja ! Enak sambil lesehan " Zahra terlebih dahulu duduk di tempat lesehan itu.
" Ya,sudah di sini saja " jawab Albi.
" Kamu ... Duluan yang ganti bajunya aku di sini nunggu barang dulu " Albi mempersilahkan Zahra untuk mengganti bajunya dengan setelan baju renang.
Zahra pun berjalan menyusuri tempat pemandian sekaligus tempat berganti pakaian.
Setelah selesai mengganti bajunya dengan setelan renangnya Zahra kaget melihat Albi dan Ridwan yang sudah lebih dulu menceburkan diri di kolam renang.
" Kapan kalian ganti bajunya ?" Zahra tercengang melihat kedua pemuda yang sudah basah dengan air.
" Kita kan kaumpria tinggal buka baju buka celana juga sudah beres !" Albi merasa tidak ribet dengan membuka pakaian secara langsung di tempat lesehan tadi.
Zahra sudah menggunakan celana dan baju olahraga yang panjang yang tidak terlalu ketat serta menggunakan jilbab instan.
" Disini kita bukan mau bermain air ! " Zahra menegaskan kalimat ucapannya.
" Albi kamu lihat lompatan yang tinggi itu ! Di sana kamu harusnya !" Zahra menunjuk lompatan yang harus di lakukan Albi.
" Busset....itu ketinggian !" Albi mulai cemas.
" Berani gak ?" Tanya Ridwan.
" Kecil itu Bi..." Ridwan meledek Albi yang terlihat dari wajahnya sudah setengah pias.
" Kamu bisa ?" Tanya Albi pada Ridwan.
" Bisa dan sudah biasa malah ! mau mencoba lagi ah...! " Jawab Ridwan karena sudah biasa saat berada di kampung halamannya.
" Ayo...bi !" Ajak Ridwan.
" Dasar semprul ! Nggak ah !" Albi enggan menuruti ajakan Ridwan.
" Harus...Bi...nanti kalau di tes gimana ?dan ingat kamu harus lulus ! Ada harapan untuk merubah identitasmu itu ! Jadi yang terbaik ! " Zahra terus menyemangati Albi.
" Lama benar jalannya ! " Ridwan sudah menarik paksa tangan Albi.
Mereka pun kini sudah berdiri tepat di depan tangga yang harus di naiki terlebih dahulu dan Albi hanya mematung tidak menggerakkan kakinya.
" Masa , naik tangga juga harus di ajari Bi..." Ledek Ridwan.
'' ta...Pi..." Albi terbata-bata.
Zahra dengan sengaja mendorong tubuh Albi agar segera menaiki anak tangga.
" Banyak drama lu " Ridwan yang terlebih dahulu sudah menarik tangan Albi.
Zahra tepat berada di belakang Albi.kini Albi maju kena mundur pun malu karena terus memprokasi dirinya.
" Bi..." Zahra menyadarkan lamunan Albi.
" Ayo..." Zahra sudah memelototi Albi.
Albi dengan langkah yang sengaja di perlambat saat menginjakkan kakinya di anak tangga.
Albi kini sudah sampai dan ia pun hanya mematung diam berdiri mundur takut maju pun takut .
Sementara Ridwan udah dengan lihai menceburkan dirinya terlebih dahulu.
Kini tinggallah Zahra dan Albi yang berada di atas.
" Ayo..." Lagi-lagi Zahra memaksa.
Zahra mengulurkan tangannya dan mengajak Albi berjalan bersamanya.
"Rentangkan tanganmu " perintah Zahra yang kini berada di belakang Albi .
Zahra tepat berada di belakang Albi dan ikut merentangkan tangannya juga seperti sayap.
Walaupun tinggi badannya hanya sebatas leher Albi.sedikit pun Zahra tidak ragu menuntun Albi untuk sampai di ujung papan lompatan seraya berkata
"Tutup matamu ! Rasakan kehadiran ayah,ibu kandungmu dan juga adik-adikmu ! Dengarkan suara mereka sekarang ! Mereka menyemangati mu !"
"Jika kamu sudah merasakan kehadiran mereka bergeraklah melangkah dan saat membuka mata maka kamu sedang berada di tepi ujung tebing dan melihat hamparan lautan yang luas ! Mengerti !"Zahra mensigesti alam bawah sadar Albi.
Jika di dalam adegan film Titanic maka seorang wanita akan tepat berada di depan sang pria namun di sini terbalik Albi berada di depan sementara Zahra berada di belakang Albi.
Albi mulai memasuki alam bawah sadarnya dan merasakan perubahan saat Zahra membisikkan sesuatu di telinganya.
Albi melihat sosok ayah,ibu dan adiknya keluarga aslinya yang sedang menyemangati dirinya " ayo...ayo...kamu bisa " suara tersebut menggema jelas terdengar oleh Albi.
Dan saat membuka matanya Albi melihat gulungan ombak yang indah di tepian pantai dan ia merasakan dirinya menginjakkan batuan di atas tebing tinggi.
Kini badan Albi mulai melangkah rlahan seolah ia berada di atas tebing dan kakinya perlahan mengangkat bersiap untuk melompat.
Zahra merasa senang melihat Albi yang berani melangkah dan Albi berhasil menguasai ala bawah sadarnya dengan baik.
"Ayo...kamu bisa Albi Shaka ..." Teriak Zahra sesaat setelah Albi melimpat.
Edo sang paman melihat Zahra dari seberang jalan saat Zahra,Ridwan dan Albi keluar dari area kolam renang. Tampak jelas dari raut wajah sang paman yang merasa tidak senang ketika Zahra berjalan di apit oleh dua lelaki. Edo hanya berdiam diri saja melihat Zahra dan kedua teman pria nya sedang menaiki angkutan umum. Edo mengikuti mereka bertiga tanpa sepengetahuan Zahra. Saat Zahra bersama kedua temannya sudah sampai di depan kostan sang paman masih dengan posisi mengintai memantau Zahra. Di lihatnya Zahra sangat akrab dengan kedua teman laki-lakinya kemudian Zahra pun pamit undur diri pada Albi dan Ridwan dan langsung menyalakan mesin motornya berlalu meninggalkan mereka . Edo masih dengan setia membuntuti Zahra dari belakang dan setelah setengah jalan menuju rumah barulah sang paman membunyikan suara klakson motornya. Zahra
Usai latihan bersama Zahra,Albi merebahkan tubuhnya di atas tanah. " Cape...." Albi berkata sambil menatap langit sore. " Ini...minumlah " Zahra menyodorkan botol air minum. " Terima kasih " jawab Albi tulus. Albi bangkit sejenak dari rasa nyamannya menggeletakan diri di atas tanah kemudian ia meneguk air minum yang di berikan Zahra. Dahaganya seketika hilang tapi dahaga akan kerinduan dengan sosok keluarga kandungnya tidak bisaiabendung lagi. Banyak pertimbangan jika Albi harus menemuinya sekarang mengingat kondisi nenek,paman,bibi juga Hari dan Tia yang merupakan keluarga dekat sang ibu bisa saja mengusiknya menjadi lebih dari ini. Hari,Ningsih,Supri,Andi,Rika dan Tuti merupakan saudara kandung ibuku ! Mereka terlahir dari rahim yang sama tetapi saat di lahirkan kedunia tentu saja karakter mereka berbeda.
Tiga hari lagi daftar ulang para peserta calon anggota Bintara akan di buka dan Albi pun bersiap-siap mengumpulkan berkas yang akan di bawanya nanti. Albi masih di sibukkan dengan kegiatannya menjadi kuli bangunan. Hari ini tidak seperti biasanya Pak Rudi mengumpulkan semua pegawainya termasuk Ridwan dan Albi. " Ridwan dan Albi kalian pindah ke tempat yang baru" Pak Rudi memberi perintah. Tak ada bantahan baik dari Albi ataupun Ridwan keduanya hanya bisa manut jika masih menginginkan pundi-pundi rupiah masukke kantong mereka. Rumah yang akan di bangun kali ini milik Edo yang tak lain paman dari Zahra. Saat jam istirahat berlangsung Edo meninjau langsung lokasi yang akan di jadikanya hunian dan beberapa petak kontrakan. Edo melihat jelas sosok Albi dan Ridwan yang tempo hari ia lihat bersama dengan Zahra.
Satu hari sebelum keberangkatannya Albi memangkas rambutnya menjadi model rambut khas TNI. Usai mencukur rambutnya Albi bergegas kembali ke tempat kostannya dan mulai menyiapkan keperluan yang akan di bawanya. Ini adalah hari di mana Albi akan menyerahkan berkas regristasi ulang. Zahra dan Ridwan menepati janjinya untuk mengantarkan Albi menuju gerbang kesatriaan. Sebelum Albi masuk ke gerbang militer ia menyempatkan diri untuk melihat kedua orang yang telah mendukungnya selama ini. Albi melihat Zahra yang memberikan kehidupan baru untuk dirinya dan kini mata Albi melihat Ridwan sosok yang akan di rindukannya kelak saling beradu mulut terlebih lagi Ridwan sudah mengajari tehnik berenang di air yang selama ini belum ia dapatkan.ternyata alam yang mengajarkan Ridwan. Seragam hitam putih yang melekat di tubuhnya kini hasil tangan Zahra yang menyetrik
Para peserta bersiap berdiri di pinggir kolam renang termasuk Albi. " Untung dulu latihan dulu sama Ridwan " batin Albi bermonolog. " Kekuatan nafas dan waktu sangat di butuhkan ! Bisa ... Bisa... Bisa ..!Albi menyemangati dirinya sendiri. Kini giliran Albi di panggil . Panitia tidak memanggil Albi dengan nama melainkan dengan nomor peserta. Albi bersiap melakukan renang dan para instruktur terkejut melihat Albi bisa melakukannya dengan baik. Senyum bahagia terpancar jelas dari wajah Edo sebagai tim penilai. Albi merasa senang mendapatkan tepukan yang meriah dari para peserta dan para instruktur di lapangan. " Terimakasih tuhan dan juga kedua temanku " Albi mengucap syukur sesaat setelah mengalahkan ke lima rekannya yang lain dan mendapatkan nilai yang memuaskan karena kecepatan waktu yang di peroleh nya.
Albi kini sudah bersiap dengan test lari yang di haruskan bagi setiap peserta calon anggota TNI yang baru. Ia memilih berada di pinggir lapangan terlebih dahulu untuk melenturkan otot-ototnya supaya tidak merasakan kram saat melaksanakan test nya . Mata Albi sibuk melihat seputaran lapangan.banyak peserta yang hadir di sana . Terlihat dari banyak peserta yang kumpul ada yang sudah terbiasa dengan test tersebut dan ada juga seperti tidak biasa melakukan nya. Jika berlatih sungguh-sungguh maka kesempurnaan hasilpasti akan di dapat. Albi menjadi teringat dengan Zahra mentor dadakan yang sedikit usil mengerjai dirinya dengan tali rapia di sekujur tubuhnya,helm sepedah di jadikan helm perang dan alat penggorengan di jadikan senjata. Terdengar lucu bila mengingat kembali masa latihan bersama Zahra belum lagi Zahra mengikuti yang Ridwan lakukan dimana Al
Satu persatu para petugas memeriksa para orang tua dan mencatatkan nama dari Mading - masing peserta. Tia dan Hari langsung di izinkan masuk karena mereka bisa memperlihatkan surat undangan resmi. Kini tiba giliran Ningsih dan Wawan. Zahra bersiaga penuh dan segera menghampiri Wawan dan Ningsih hingga salah satu penjaga menanyakan tentang surat undangan yang resmi.. Deg ... Tentu saja Ningsih dan Wawan tidak bisa memperlihatkan undangan tersebut. Lalu sang petugas bertanya " ok...kalau surat undangannya ketinggalan kami maklumi ! Dengan orang tua siapa dan sebutkan nama lengkapnya " pinta sang petugas " Saya orang tua dari Albi Shaka " jawab Wawan. Sang petugas kembali mengecek nama peserta yang di sebutkan tersebut. " Maaf,anda jangan main - main dengan kami ya ! Kami menerima tamu hanya untuk yang mener
Albi masih berada di asrama militer sampai tes DNA nya keluar menunjukkan hasil. Rumah keluarga Ningsih dan Wawan di jaga ketat oleh beberapa orang TNI .mereka bertugas silih berganti. Nyali Hari dan Tia sudah jelas menciut saat akan hendak mengunjungi rumah. ningsih tak kala melihat ada beberapa orang menjaga rumah Ningsih dan Wawan bersiaga menggunakan seragam loreng . Hari Dan Tia terpaksa melangkahkan kakinya untuk segera balik kanan karena tidak mungkin bagi mereka untuk mengancam atau menekan Ningsih dan Wawan. Kini Albi merasa lega dan ia di berikan kewenangan oleh pihak militer agar bisa berkomunikasi meskipun hanya lewat layar ponsel. Kemenangan memang akan datang terlambat tetapi Albi masih bisa bersyukur bisa melalui ujian ini semua. " Kamu benar...hasil tes DNA menyatakan kalau kamu memang benar anak kandung dari Wawan dan Ningsih dan