Beranda / Lainnya / Militer Mengangkat Surgaku / 21.Pembentukan panitia

Share

21.Pembentukan panitia

Penulis: Cule Vie
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-26 11:25:19

Hari Edo kembali ke kesatuannya untuk melaksanakan tugasnya memimpin rapat pembentukan Panitia peserta anggota TNI yang baru.

Edo memimpin rapat dengan menunjuk orang-orang yang di anggap berkompeten dalam melaksanakan tugas.

Para panitia pun menyetujui hasil rapat kali ini dan menanda tangani berkas yang ada tanda sanggup menjalankan tugas.

" Ingat dokumen administrasi semuanya harus lengkap !" Edo kembali mengingatkan para panitia yang telah di bentuknya.

" Dan jika nanti sudah banyak yang mendaftar ! Seleksi semuanya dan loloskan mereka yang benar-benar memenuhi kriteria.

Waktu menunjukkan sudah masuk waktu Dzuhur dan Edo pun membubarkan rapatnya.

_-_-_-

Rama di sibukkan dengan kegiatan tambahan barunya yakni mencari orang yang terbiasa dengan membangun rumah dari nol hingga ia akhirnya bertemu dengan Pak Rudi salah satu kontraktor yang dulu membangun kantor tempatnya bekerja.

Jika Edo di sibukkan dengan pembentukan panitia penerimaan calon anggota TNI yang baru maka Rama sang kakak di sibukkan dengan pembentukan panitia pembangunan rumah dan kontrakan.

Edo dan Rima isterinya sudah berunding dan memilih tinggal bersama dengan keluarga Rama sebelum nantinya  selesai rumah mereka yang akan di bangun.

Edo dan Rima pun sepakat untuk mempercayakan Bowo putra semata wayangnya yang baru berumur lima tahun untuk di asuh dan di jaga oleh Dewi isteri Rama.

Zahra di dalam rumah seolah mendapatkan adik dadakan hingga selesai kuliah dari kampus ia tidak pergi menongkrong dengan teman-temannya seperti biasa.

Rumah serasa ramai kembali oleh kehadiran Bowo malaikat kecil yang terkadang suka membuat kegaduhan.

" Bowo...sini ... " Zahra melemparkan bola yang baru di belinya tadi saat pulang kuliah.

Bowo pun menghampiri Zahra dan segera menendang bola yang di beri oleh Zahra.

Zahra seperti mendapatkan teman baru di dalam rumahnya karena selama ini ia merasa kesepian mengingat dulu adiknya meninggal dunia saat kecelakaan bermain sepedah mengikuti orang-orang dewasa ke jalan raya.

Zahra dan Dewi merasa kecolongan karena membiarkan Andri bermain sendiri tanpa mengeceknya 

Mereka berdua mengira bahwa Andri bermain di seputaran komplek saja.

Hingga kabar duka terdengar di telinga mereka karena ada tetangga yang memberi tahunya.

Sebuah pelajaran berharga menghadapi anak kecil yang sedang aktif-aktifnya membuat mereka terus mengawasi Bowo.

Karena tidak ingin kecolongan lagi.kini Zahra dan Dewi sama-sama belajar dari pengalaman masa lalu mereka.

Mereka pun bergantian menjaga Bowo hingga Bowo aman di asuh dan di jaga sehingga Edo dan Rima tidak perlu merasa cemas.

_-_-_-

Albi masih dengan rutinitas kesehariannya dan kini kulitnya menjadi layaknya seorang laki-laki berwarna cokelat karena terik sinar matahari.

Otot-otot di tangannya mulai terlihat dan badannya pun kini mulai menampakkan bentukan roti sobek.

" Ambil lagi Bi..." Sang tukang memerintahkan Albi untuk mengambil adukan semen lagi ke dalam ember.

Bekerja sebagai kuli secara tidak langsung melatih badannya menjadi lebih bertenaga .

Jika biasanya Albi bermalas-malasan untuk melakukan mengangkat beban berat kini dunianya berputar tiga ratus enam puluh derajat.

Albi kembali memasukkan adukan semen ke dalam embernya dan mengangkatnya kembali.

" Sudah ... Cukup Bi..." Sang tukang memberi tahu Albi.

Albi pun kini kembali membantu Ridwan yang sedang sibuk mengaduk-ngaduk semen dan pasir.

" Sini...gantian !" Albi sengaja memintanya.

" Kamu cari yang lain aja lah " Ridwan enggan menyodorkan cangkulnya.

"Saya mau belajar ngaduk semen juga !" Jawab Albi.

Kini Albi yang memegang kendali cangkul dan Ridwan hanya memasukkan semen sedikit demi sedikit sampai di rasa cukup Albi hanya tinggal mengaduknya.

" Minggu nanti mau ikut ?" Tanya Albi pada Ridwan.

" Ikut kemana ?" Ridwan mempertanyakan ajakan Albi.

" Renang..." Jawab Albi singkat.

" Yey...tumben ngajak berenang ! Boleh lah dari pada suntuk diam di kostan melulu ! Sekali -kali refreshing !" Ridwan merasa senang.

Ridwan baru menginjakkan kaki di kota ini karena di ajak Pak Rudi teman ayahnya satu kampung.

Ridwan tidak berani untuk menolak saat di tawari bekerja di kota walaupun hanya sebagai buruh bangunan karena baginya tinggal di desa sulit untuk mencari uang karena kebanyakan para penduduk di sana bermata pencaharian sebagai petani dan uang nya tidak setiap hari bisa di dapat.

Jikalau musim.sedang bercuaca buruk maka panen cenderung memburuk sehingga para petani terpaksa menjualnya dengan harga tinggi.

Menjual harga tinggi bukan untuk mendapatkan untung setinggi - tingginya melainkan karena mereka juga harus menutup biaya awal saat akan bercocok tanam kembali.

" Kamu bisa berenang emang ?"tanya Albi untuk memastikan.

" Saya memang nggak pernah berenang di kolam renang Bi...tapi sungai dan laut mengajarkan saya secara alami !" Ridwan menjawab seadanya.

" Ok ... Lah sip kalau begitu !" Jawab Albi mengacungkan kedua jempol nya.

Sore hari mereka selesai mengerjakan rutinitas pekerjaannya dan keduanya segera mencuci dan membersihkan tangannya dengan sabun.

Mereka pun mengganti pakaiannya terlebih dahulu agar terlihat elok saat orang lain melihat mereka.

" Bi...pernah makan bambu muda atau rebung ?" Tanya Ridwan .

" Belum pernah ! Emang enak ?" Tanya Albi di sela makan sorenya.

" Enak tahu apa lagi di masaknya pakai santan ! Wih...mantap !jadi kangen makanan di kampung !" Ridwan membayangkannya sambil melahap santap sorenya.

" Ya,masaklah ... Aku juga jadi penasaran " Albi pun penasaran dengan bentuk dan rasanya.

"  Minggu jadi kan bi ... ?" Tanya Ridwan kembali.

" Jadi...lah...kenapa emang ?" Albi mempertanyakan maksud Ridwan.

" Takut aja kalau gak jadi di ajak !" Tiba-tiba muka Ridwan cemberut.

" Ya,itung - itung kamu sudah ngajarin saya buat masak ! Itung - itung ngajak jalan-jalan lah " jawan Albi.

" Yes..." Ridwan berkata karena ia belum berani ke luar jauh jika tidak ada yang mengajaknya.

Ridwan menganggap Albi layaknya saudara walaupun terkadang selalu muncul perdebatan antara Ridwan dan Albi terutama jika sudah menyangkut nama perempuan seperti Zahra dan Sari.

Albi tidak pernah menjelaskan Sari atau Zahra pada Ridwan karena bagaimanapun Albi merasa Ridwan tidak perlu mengetahui permasalahan yang di hadapinya.

Rumit....rumit itulah kata yang tepat untuk seorang Albi.

Ingin memecahkan masalah dan merubah nama orangtua di identitasnya tetapi ada ego yang harus di kesampingkan mengingat ada orang - orang di sekeliling nya yang di namakan keluarga.

Tuhan tidak pernah salah memberikan hambanya ujian yang salah jika kita tidak bisa menerima ujian tersebut dengan lapang dada dan menyelesaikan ujian tanpa meninggalkan celah yang nantinya akan menjadi akar masalah.

Jika saja Ningsih selaku ibu kandung Albi bisa memilih maka ia akan meminta pada Tuhan dan memilih orang tua yang mempunyai rasa kasih sayang tanpa membeda-bedakan satu sama lain.

Kekuasaan uang menjadi gelap ! menggelapkan mata karena ego yang menuntunnya untuk memenuhi nurani hingga melupakan bahwa ada manusia lain yang tersakiti. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Militer Mengangkat Surgaku   50.Rumah tangga

    Selesai melaksanakan ijab qobul dan resepsi mereka menikmati bulan madu selama satu Minggu. " Masih,sisa satu Minggu lagi nih ! Aku kan cuti dua Minggu jadi gimana kalau mulai petsiapan pindah ke rumah dinas ?" Tanya Albi pada Zahra. " Ya,sudah ayo " Zahra mengiyakan ajakan suaminya. Mereka berdua pun menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan terlebih dahulu untuk bisa memenuhi kehidupan mereka nantinya di sana. " Ayo" Albi mengajak Zahra untuk masuk. " Maaf,ya untuk sementara waktu tinggal dulu di rumah dinas dulub! Bukannya gak pengen punya rumah sendiri tapi terkadang tugas saya sebagai prajurit bisa di pindahkan sewaktu-waktu !" Albi menjelaskan agar Zahra tidak salah paham nantinya. " Iya,aku paham " Zahra memasukkan semua belanjaan ke dalam kulkas dan mulai menata barang - batang yang di belinya

  • Militer Mengangkat Surgaku   49 Dag Dig dug

    Sekarang waktunya untuk menjalani prosedur nikah kantor.semua di lalui Zahra dengan hati yang dah Dig dug der. Bertemu dengan banyak orang bukanlah hal baru tapi jika mengurus sesuatu yang menyangkut dengan masa depan inilah yang harus di hadapinya sekarang bersama Albi. "Gimana,capek ?" Tanya Albi. " Iyasih capek ! Tapi,ya mau gimana lagi !aturan nya sudah begini ! Mau gak mau ya harus di lewati !" Jawab Zahra dengan rasa lelahnya. " Nyesel gak ?" Albi bertanya takut saja kalau Zahra merasa menyesal harus melewati prosedur seperti ini. " Anggap saja saya sedang menyusun skripsi !" Zahra menjawab demikian karena teringat dengan harus mengumpulkan beberapa berkas dan masuk ruangan sana sini. " Kalau,ditanya nanti tolong jangan bilang saya punya usaha sendiri ya Bi...!" Pinta Zahra. " Tergantung ! Alasannya apa

  • Militer Mengangkat Surgaku   48.bicara terbuka 2

    " berapa nominal yang biasa kamu setor per bulannya ?" Tanya Zahra. " Biasanya sih........!" Albi membisikkan nominal jumlahnya. " Karena tadinya usaha yang saya bangun tersebut awalnya hanya buat mengusir rasa kebosanan saja selepas dinas !" Albi mengingat awal usahanya di bangun. " Kenapa merasa bosan dengan dunia militer ?" Tanya Zahra. " Ya,bosan saja ! Karena saat tinggal di dalam asrama banyak ibu - ibu untuk menjodohkan saya ! Setiap hari harus menghindari mereka semua ! Ya,menghindar terus kan percuma juga ! Dari pada melakukan hal yang gak benar mendingan bikin usaha biar fokus saja gak suntuk gitu !" Albi mulai membuka masa lalunya. " Memang,di sana kamu gak pacaran gitu ?" Tanya Zahra dengan polosnya karena penasaran Albi memiliki mantan atau tidak. " Kalau yang ngejar saya sih banyak ! Cuman masalahnya saya yang pengen ngejar kamu ! Tapi,waktu itu ka

  • Militer Mengangkat Surgaku   47.bicara terbuka

    " jadi selama ini kamu mencemburui Sari ! Tanpa tahu Sari itu siapa ?" Pertanyaan dari Albi yang mengintimidasi Zahra langsung. " Karena , kamu yang bilang sendiri ! Sari dan saya sama pentingnya dalam hidup kamu !" Zahra kembali mempertegas kalimatnya. " Kamu tahu siapa itu Sari ?" Tanya Albi untuk memastikan. " Tidak tahu " jawab Zahra . " Sekarang diam dan jangan menyela !" Albi ingin agar saat dirinya bicara tidak ada yang menyelanya. " Sari dan Zahra sama pentingnya dalam hidup saya ! Mereka berdua hadir dan memberi saya motivasi untuk bisa melanjutkan hidup kembali dan menasehati saya agar tidak menyakiti banyak orang ! Terutama menyangkut keluarga !" " Sari yang kamu maksud adalah ibu kandung dari Azizah isteri dari Ridwan" "Terus kenapa kamu waktu itu kirim pesan ! Dan dalam ketikan jelas sekali menuli

  • Militer Mengangkat Surgaku   46.dadakan

    Siang ini pesawat Albi akan berangkat pukul 02.00. Albi masih memiliki waktu di rumah keluarga kandungnya selama lima jam lagi sebelum ia benar - benar pergi ke pulau seberang lagi. " Kak,nanti di anterin siapa ?" Tanya sang adik. " Biasa...sendiri juga jadi !" Jawab Albi dengan santai. " Berarti sebelum berangkat ! Kita makan di luar dulu ya !" Pinta sang adik. " Di rumah juga bisa dek !" Albi sedang malas. " Ya,ini kan beda moment nya beda ! Kakak jarang ada di rumah juga ! Kan kakak cuti dua Minggu ! Ini baru juga tiga hari ! Kok,sudah mau balik lagi ?" Sang adik merasa heran. " Ada tugas dadakan ! " Jawab Albi dengan biasa padahal sebenarnya dia sedang berbohong . " Berarti nanti siang bisa kan ! Itung - itung makan siang juga ! Sebelum pergi lagi !" Pinta sang adik dengan manja. &nbs

  • Militer Mengangkat Surgaku   45.konfirmasi

    " jadi maksudmu ? Kamu cemburu ?" Tanya Rama sekali lagi. " Jujur iya ! Dan Albi sangat membanggakan Sari ! Terbukti saat tadi siang Albi datang ke toko Zahra dan ia masih tetap membahas Sari ! Jika Sari memang lebih penting dalam hidupnya ! Maka Zahra lebih baik mundur ! Dan Albi selalu bilang bahwa Sari dan Saya sama pentingnya !" Zahra bercerita lagi. " Mungkin Sari itu ibunya " Rama menengahi arah pembicaraan Zahra. " Sari bukan ibu nya Albi ! Zahra tahu semua keluarga Albi entah itu ibunya,ayahnya ataupun adiknya ! Zahra tahu semua ! Bahkan cerita Albi yang identitasnya di palsukan semua ! Itu ulah keluarga besarnya !" Zahra bercerita lagi. " Kamu,sudah selidiki siapa itu Sari ?" Tanya Rama. Zahra hanya menggelengkan kepalanya. " Ya,sudah tidak usah di pikirkan lagi ! Jika memang bukan jodohmu ! Ayah juga tidak akan memaksamu untuk menerima A

  • Militer Mengangkat Surgaku   44.harusnya bisa

    Ningsih dan Wawan kembali lagi ke rumah mereka dan mereka melihat ke empat pengawal yang khusus yang di kirim Albi tinggal percis di seberang rumah mereka. " Kalau ada apa - apa ! Jangan sungkan ! Kalau mendesak berteriak lah ! Rumah kalian sudah di pasang kamera cctv !" Salah satu pengawal berucap tegas. " Ya,sudah istirahat saja dulu !" Titah Wawan kepada ke empat pengawalnya. Albi sebenarnya sudah tahu laporan dari para pengawalnya mengenai Ini Tia dan Hari namun,Albi belumbisa beranjak dari tempat Zahra karena urusannya dengan gadis itu masihnwlum selesai. Beruntung Albi meletakkan para pengawalnya di depan rumah keluarga kandungnya untuk menghalau sesuatu yang tidak di inginkan !mengingat dirinya harus berdinas luar yang jauh dari pantauan matanya. Albi masih belum bisa melepaskan Zahra begitu saja dan ia berpikir untuk datang ke rumah Zahra.

  • Militer Mengangkat Surgaku   43.di hari yang sama

    Ningsih dan Wawan pergi ke rumah sakit di jam yang sama saat Albi hendak keluar rumah untuk urusan Zahra. Wawan dan Ningsih masih terus dalam pengawasan melalui orang suruhan Albi dan Albi memerintahkan untuk selalu tetap waspada mengingat kelicikan Tia dan Hari sudah tidak perlu di ragukan lagi. Wawan dan Ningsih masih menikmati perjalanan selama enam puluh menit lamanya karena mereka sengaja tidak tinggal dalam satu kota bersama dengan kota yang di tempati Hari dan Tia. Manik mata Wawan terus mengawasi orang di samping dan kanan kiri mobilnya dan ia melihat dua motor yang sedari tadi terus bersamaan dengan dirinya melaju di jalanan. Insting seorang lelaki selalu benar jika ada orang yang terus mengawasi mereka namun,Wawan masih bersikap santai saja karena ia tidak ingin membuat sang isteri cemas dengan keadaan sekitarnya. Saat sampai di rumah sakit Wawan dan Hari berg

  • Militer Mengangkat Surgaku   42. Jika saja

    Albi menjadi pusat perhatian para pengunjung dan itu membuat Zahra semakin kesal. Albi tahu jika kehadirannya sangat tidak di inginkan oleh Zahra namun,ia tidak ingin menumpuk masalah yang sudah bertahun - tahun terutama mengenai Sari yang dialah artikan oleh Zahra karena saat Albi sebelum masuk ke dunia militer lewat Bi Sari lah Albi bisa mendapatkan info tentang perlakuan keluarga besarnya terhadap keluarga kandungnya. Zahra lebih memilih fokus mengeluarkan baju dari gudang untuk di masukkan ke dalam keranjang yang sudah tersedia. Albi membantu Zara dengan melobby para pengunjung yang datang ke toko Zahra dan pada hari itu juga toko Zahra menjadi ramai sekali dan mendapatkan omset yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya. Jika saja kesalah pahaman itu tidak pernah terjadi maka dapat di pastikan Albi dan Zahra pasti sudah bersatu bahkan mungkin udah pnya anak di tengah - tengah mereka.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status