Tiga hari lagi daftar ulang para peserta calon anggota Bintara akan di buka dan Albi pun bersiap-siap mengumpulkan berkas yang akan di bawanya nanti.
Albi masih di sibukkan dengan kegiatannya menjadi kuli bangunan.
Hari ini tidak seperti biasanya Pak Rudi mengumpulkan semua pegawainya termasuk Ridwan dan Albi.
" Ridwan dan Albi kalian pindah ke tempat yang baru" Pak Rudi memberi perintah.
Tak ada bantahan baik dari Albi ataupun Ridwan keduanya hanya bisa manut jika masih menginginkan pundi-pundi rupiah masukke kantong mereka.
Rumah yang akan di bangun kali ini milik Edo yang tak lain paman dari Zahra.
Saat jam istirahat berlangsung Edo meninjau langsung lokasi yang akan di jadikanya hunian dan beberapa petak kontrakan.
Edo melihat jelas sosok Albi dan Ridwan yang tempo hari ia lihat bersama dengan Zahra.
Satu hari sebelum keberangkatannya Albi memangkas rambutnya menjadi model rambut khas TNI. Usai mencukur rambutnya Albi bergegas kembali ke tempat kostannya dan mulai menyiapkan keperluan yang akan di bawanya. Ini adalah hari di mana Albi akan menyerahkan berkas regristasi ulang. Zahra dan Ridwan menepati janjinya untuk mengantarkan Albi menuju gerbang kesatriaan. Sebelum Albi masuk ke gerbang militer ia menyempatkan diri untuk melihat kedua orang yang telah mendukungnya selama ini. Albi melihat Zahra yang memberikan kehidupan baru untuk dirinya dan kini mata Albi melihat Ridwan sosok yang akan di rindukannya kelak saling beradu mulut terlebih lagi Ridwan sudah mengajari tehnik berenang di air yang selama ini belum ia dapatkan.ternyata alam yang mengajarkan Ridwan. Seragam hitam putih yang melekat di tubuhnya kini hasil tangan Zahra yang menyetrik
Para peserta bersiap berdiri di pinggir kolam renang termasuk Albi. " Untung dulu latihan dulu sama Ridwan " batin Albi bermonolog. " Kekuatan nafas dan waktu sangat di butuhkan ! Bisa ... Bisa... Bisa ..!Albi menyemangati dirinya sendiri. Kini giliran Albi di panggil . Panitia tidak memanggil Albi dengan nama melainkan dengan nomor peserta. Albi bersiap melakukan renang dan para instruktur terkejut melihat Albi bisa melakukannya dengan baik. Senyum bahagia terpancar jelas dari wajah Edo sebagai tim penilai. Albi merasa senang mendapatkan tepukan yang meriah dari para peserta dan para instruktur di lapangan. " Terimakasih tuhan dan juga kedua temanku " Albi mengucap syukur sesaat setelah mengalahkan ke lima rekannya yang lain dan mendapatkan nilai yang memuaskan karena kecepatan waktu yang di peroleh nya.
Albi kini sudah bersiap dengan test lari yang di haruskan bagi setiap peserta calon anggota TNI yang baru. Ia memilih berada di pinggir lapangan terlebih dahulu untuk melenturkan otot-ototnya supaya tidak merasakan kram saat melaksanakan test nya . Mata Albi sibuk melihat seputaran lapangan.banyak peserta yang hadir di sana . Terlihat dari banyak peserta yang kumpul ada yang sudah terbiasa dengan test tersebut dan ada juga seperti tidak biasa melakukan nya. Jika berlatih sungguh-sungguh maka kesempurnaan hasilpasti akan di dapat. Albi menjadi teringat dengan Zahra mentor dadakan yang sedikit usil mengerjai dirinya dengan tali rapia di sekujur tubuhnya,helm sepedah di jadikan helm perang dan alat penggorengan di jadikan senjata. Terdengar lucu bila mengingat kembali masa latihan bersama Zahra belum lagi Zahra mengikuti yang Ridwan lakukan dimana Al
Satu persatu para petugas memeriksa para orang tua dan mencatatkan nama dari Mading - masing peserta. Tia dan Hari langsung di izinkan masuk karena mereka bisa memperlihatkan surat undangan resmi. Kini tiba giliran Ningsih dan Wawan. Zahra bersiaga penuh dan segera menghampiri Wawan dan Ningsih hingga salah satu penjaga menanyakan tentang surat undangan yang resmi.. Deg ... Tentu saja Ningsih dan Wawan tidak bisa memperlihatkan undangan tersebut. Lalu sang petugas bertanya " ok...kalau surat undangannya ketinggalan kami maklumi ! Dengan orang tua siapa dan sebutkan nama lengkapnya " pinta sang petugas " Saya orang tua dari Albi Shaka " jawab Wawan. Sang petugas kembali mengecek nama peserta yang di sebutkan tersebut. " Maaf,anda jangan main - main dengan kami ya ! Kami menerima tamu hanya untuk yang mener
Albi masih berada di asrama militer sampai tes DNA nya keluar menunjukkan hasil. Rumah keluarga Ningsih dan Wawan di jaga ketat oleh beberapa orang TNI .mereka bertugas silih berganti. Nyali Hari dan Tia sudah jelas menciut saat akan hendak mengunjungi rumah. ningsih tak kala melihat ada beberapa orang menjaga rumah Ningsih dan Wawan bersiaga menggunakan seragam loreng . Hari Dan Tia terpaksa melangkahkan kakinya untuk segera balik kanan karena tidak mungkin bagi mereka untuk mengancam atau menekan Ningsih dan Wawan. Kini Albi merasa lega dan ia di berikan kewenangan oleh pihak militer agar bisa berkomunikasi meskipun hanya lewat layar ponsel. Kemenangan memang akan datang terlambat tetapi Albi masih bisa bersyukur bisa melalui ujian ini semua. " Kamu benar...hasil tes DNA menyatakan kalau kamu memang benar anak kandung dari Wawan dan Ningsih dan
Albi mendapatkan waktu ijin bersiar dan ia manfaatkan untuk menemui Ningsih dan Wawan sebagai orang tua kandungnya. Albi berkunjung untuk yang pertama kalinya dengan seragam loreng melekat di tubuhnya membuat para tetangga berbisik - bisik dan bertanya - tanya " kenapa akhir-akhir ini banyak tentara yang menjaga rumah Ningsih dan Wawan " Albi tidak menghiraukan suara nyaring para tetangga yang heboh saling berbisik dari telinga satu ke telinga lainnya Ia terus melangkah menyusuri gang tempat kediaman kedua orang tuanya. Albi merasakan samping kiri dan kanan saat melangkahkan kaki mata para orangtua terus saja memperhatikan dirinya hingga jelas terdengar di telinga Albi " nanti anakku harus dapat suami tentara " celoteh salah satu tetangga dan Albi hanya memberikan senyuman manisnya. Albi kini sudah sampai di jejeran kontrakan kedua orang tuanya. Albi melihat
Albi menghubungi Zahra setelah di rasa cukup membantu ibunya namun yang di hubungi sepertinya sedang bermalas-malasan di atas kasurnya yang empuk. " Bi...Alhamdulillah ini hasilnya " ibu menyodorkan uang pada Albi. " Simpan saja Bu , kan besok Harus berbelanja lagi !" Albi menyodorkan kembali uang tersebut. " Biar saya tenang saat di asrama nanti karena kininsudah ada usaha warung !" Albi tidak ingin kepikiran orang tuanya yang sering kekurangan. " Nanti bulan depan , kita beli tabung gas elpiji untuk di jual lagi !" Tapi gak banyak dulu ya Bu " Albi ingin membuat komplit warung usaha orang tuanya. " Kamu , memang gak pergi tengokin Hari dan Tia Bi..?" Tanya Wawan sang ayah. " Belum...nanti sajalah ! Belum pengen kesana juga !" Jawab Albi. " Gak baik musuhin mereka ! Mereka juga punya jasa buat kamu ! Jangan menyimpan dendam !" Sang
" Alhamdulillah " Ridwan bersendawa sambil mengucap syukur. " Kenyang...kamu !" Tanya Albi. " Kok,kamu sekarang tambah coklat Bi... !" Ridwan melihat kulit Albi. " Namanya juga orang lapangan !" Jawab Albi. " Pria berkulit coklat dan gosong karena matahari itu namanya keren !" Albi bangga dengan kulitnya yang sudah berubah. " Benar juga ya ! Itu namanya pria pekerja keras " Jawab Ridwan membenarkan omongan Albi. " Bi...kamu gak ajak Sari ?" Tanya Ridwan. " Iya,ya ! Saya gak kepikiran sampai sana ! " Albi melupakan orang yang berjasa pada dirinya. "Yang ini mah beneran lupa !"Albi menepuk jidatnya sendiri. " Ya,gampanglah nanti kalau ada libur lagi sekalian aku kenalin juga !" Albi berbicara seolah tidak ada beban. Namun,hal tersebut di artikan lain oleh Zah