Di Area Timur Dungeon Hutan Timur Morine menonjok kepala Natasha Brukk......
“Hentikan itu mesum! Itu sangat menjijikkan,” Ucap Morine dengan raut wajah yang marah.
“Wkwkwkwk..... Kalo gak gituin kamu, kamu seenak jidat. xD” Imbuh Natasha dengan tertawa. Morine hanya menunjukkan ekspresi kesalnya.
Setelah mengantar para pengungsi, Suito dan Saito menuju ke sebuah kawah yang berada di dekat sebuah bukit.
“Apa yang kamu lakukan disini?” Tanya Suito kepada Saito yang terlihat meneliti sumber kawah.
“Disini ada sumber mata air, saya rasa kita harus segera mengambil pasokan air ini. Ini air penyembuh Sihir.” Jelas Saito kepada Suito.
“Jadi apa yang harus kita lakukan?” Tanya Suito kembali.
“Suito San, Gunakan sihirmu untuk menyaring air ini, Kita akan bawa ke Pemukiman.
“Ok. Water Magic : Water Controller.” Dengan sihir manipulasi Air, Suito mulai mengendalikan air tersebut. Sebagian Air terbang ke atas dari kawah.
“
Saat Mereka keluar dari kapal dan hendak mencari Makanan, Liana memanggil Morine. “Morine Chan..” Sejenak Morine berbalik dan menoleh ke arahnya. Namun saat Morine menyadari kehadirannya, dia menjadi sedikit terdiam. “Aku ingin menceritakan sesuatu hal padamu.” Ujar Liana. Ibu Kepsuk melihat mereka akan membicarakan sesuatu hal kemudian meninggalkan mereka pergi mencari beberapa makanan. ==FLASHBACK== Beberapa minggu yang lalu di Herby. Saat itu, saat Liana menjalankan misi di Bandara Herby.. “Aku berjanji akan segera kembali Morine Chan.” Ucap Liana dengan raut wajah yang tersenyum. Saat itu Morine hanya melambaikan tangannya. Beberapa hari kemudian, Akhirnya Kapal Angkasa Liana telah kembali, akan tetapi ada sesuatu yang mengganjal. Saat Kapal tersebut terbuka, ada banyak sekali Boneka-boneka sihir yang dikirim dari Master X menyerang Kota Glory Herby. Saat itu suasana sangat kacau. “A
Di dalam Gubuk Kecil, “Nina Chan, lakukan sesuatu pada Rai ini. Dari tadi pingsan aja, gak sadar-sadar.” Ujar Ria sembari memberikan Rai kepada Nina. “Iya.” Jawab Nina yang memegang Rai. Kemudian Nina memanggil Nijiro tercintanya, “Nijiro Kun. Bisakah kamu memberi sedikit energi listrikmu pada Rai?” Ujar Nina sembari menunjukkan bola besi itu kepada Nijiro. “Tentu. Serahkan semuanya padaku. Element Form : Lightning Mode, Lightning Charging” Nijiro (Lightning) memegang Rai dengan kedua tangannya, dan menyalurkan Energi listrik. Kemudian Energi Listrik mengalir ke tubuh besinya. Tubuhnya bagaikan sedang sedang dicas. Beberapa saat kemudian, Rai mulai sadarkan diri. “Huh...” Rai melihat keadaan sekitar. “Rai, Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Nina dengan penuh perhatian. “MASTER..” Tiba tiba bola besi itu terbang dan bertengger di dada Nina. “Berterima kasihlah kepada Nijiro Kun. Dia sudah memberimu Energi.” Imbuh Ni
Di Bukit Dungeon Hutan Timur, Ria, Morine, dan Liana membantu para penduduk untuk bersiap-siap menuju ke kapal, sedangkan Di kapal akhirnya Nina dan lainnya memasuki kapal dan bertemu dengan Erina. “Lady Erina...” Panggil Gadis berambut pirang emas itu. “Nina Chan.” Jawab Gadis berambut orange yang sedang mengotak-atik Kapal Angkasa. “Sedang apa kamu diruang kendali?” Tanya Nina sembari melihat Pekerjaan Erina. “Saya hanya mempelajari cara kerja kapal ini saja.” Jawab Erina sambil menunjukkan Tombol-tombol alat kendali. “Siapa yang merekonstruksi ini, ini sangat luar biasa.” Ucap Nina dengan tersenyum tipis. Saito yang mendengar pujian Nina merasa bangga. “Tapi kok dikamar mandi ada CCTVnya... Yang merekonstruksi kapal ini benar-benar hidung belang.” Imbuh Nina dengan raut wajah tanpa ekspresi sambil melihat ada CCTV Kamar mandi di layar hologram. Saito seketika merasa ditusuk oleh jarum yang sangat beracun. “Hancurkan
Di Bukit Dungeon Hutan Timur, para Pasukan menyerang dengan sangat dahsyat. “Sial, Mereka tidak ada habisnya.” Nijiro (Ice) yang terus menerus menyerang Pasukan boneka itu tanpa henti. “Nijiro Kun, Gunakan Manaku, hancurkan mereka dengan Kekuatan es terkuat mu! Soul Manipulation : Mana Hotspot.” Ucap Nina. Kemudian Dia mentransfer Mana (Chakra) nya kepada Nijiro (Ice). Seketika Tubuh Pria Ice itu bersinar remang-remang. “(Perasaan apa ini, Seluruh kekuatanku meningkat sangat drastis, Aku merasakan energi sihir yang sangat Luar Biasa),” Pikir Nijiro yang merasakan tubuhnya dipenuhi oleh Mana. “Aku akan coba menggunakan skill itu. Ice Magic : Cold Destruction,” Nijiro menciptakan Sebuah Meteor Es Raksasa menghantam ke area yang penuh dengan Prajurit Robot dan Boneka. Seketika Meteor Es itu meledak dan membekukan seluruh Arena. “Ini tidak Mungkin, Siapa sebenarnya mereka?” Sujana tidak percaya melihat Pasukan Boneka dan Prajurit Robot yang dikiri
Di dalam Dungeon Hutan Timur, “SIAPA KAU SEBENARNYA? LEPASKAN AKU!” Teriak Sujana. “(Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku),” Pikir Sujana. Nina hanya terdiam sambil menonjok Sujana tanpa ampun.. “AAARRRRGGGHHHHHHH.........” Sujana menjerit kesakitan. Kemudian Sujana membuat Sebuah ledakan Listrik yang keluar dari tubuhnya. Nina melepaskannya karena tersengat listrik. Dia berhasil lolos dari jeratan Nina (Iblis). “KEPARAT!! DEMON LIGHTNING : LIGHTNING BALL STORM,” Sujana menciptakan Bola-bola Listrik Iblis menyerang Nina. Meskipun Nina menerima setiap serangan Lightning Ball Storm dari sujana, serangan sihir Iblis Sujana sudah tidak berefek padanya. Gadis yang dipenuhi amarah berjalan dengan darah bercucuran kemudian membuatnya tampak semakin ketakutan. “SIALAN KAU TERIMALAH INI!!!!.... DEMON LIGHT : GREAT SCATTER STORM.” Seketika seluruh Hutan Timur ke sentrum Listrik, Morine yang dalam perjalanan pun tersengat listrik
Ria dalam perjalanan menuju ke Kapal bersama Morine yang terluka. Mereka bertemu dengan Erina di depan Pintu Masuk Kapal. Gadis berambut jingga itu melihat Ria merangkul Morine, dia segera menghampirinya. “Apa yang terjadi dengan Morine, Kenapa dia bisa terluka seperti ini?” Erina bertanya sambil memegang Tangan Morine. “Sepertinya dia terkena serangan Petir dari Orang itu. Saat dalam perjalanan saya melihat seluruh area sekitar Tersengat Listrik.” Ucap Ria menjelelaskan. “Lupakan itu, Erina Chan. Tolong bantu Nina, kutukannya Kembali kambuh.” Jelas Ria sambil membawa Morine masuk ke dalam. “Ini sangat berbahaya, Kondisinya semakin memburuk. Cepat kamu bawa Morine ke dalam kapal, Serahkan Nina padaku.” Ucap Erina. “Iya.” Kata Ria, Kemudian menggendong Morine dan bergegas ke Kapal. “(Apa yang sebenarnya terjadi padamu?),” Erina bergumam sambil terbang dengan tongkat sihirnya menuju ke Nina. Di Luar Angkasa, dekat dengan Planet T
Sekitar Pukul 11.57 tengah malam, Liana menghampiri Saito yang berada di Ruang kendali. “Saito, Tolong hentikan dulu Wormhole untuk sementara.” Minta Liana kepada Saito yang sedang mengotak-atik mesin Kapal Angkasa. “Maafkan saya, Proses memasuki Wormhole tidak bisa ditunda lagi.. Sekarang prosesnya sudah 98%...” Jelas Saito yang menunjukkan progress di Hologram. 98.1% ~ 98.2% ~ 98.3% ~ 98.4% ~ 98.5% ~ 98.6% ............ Liana yang melihat progress persiapan Energi memasuki Wormhole, tiba-tiba drop. “Ini gawat, mereka bisa tertinggal.” Tampak raut wajah Liana yang ketakutan. Sekitar pukul 11.58 PM, “(Aku harus lebih cepat lagi, Nina sudah kehilangan Banyak darah),” Erina bergumam sambil terbang membawa Nina yang terus menerus mengalami pendarahan. Dan Erina pun hampir sampai dekat kapal. Di pintu Masuk Kapal Angkasa, Disana ada Ria yang sudah menunggu. Ria yang melihat Erina kemudian.. “Portal Dimension :
Setelah melakukan hal yang terlarang, Erina dengan cepat berlari ke arah Ruangan ICU Kapal Angkasa. Diruang ICU, akhirnya Erina sampai dan segera masuk ke dalam ICU. “Cepat Erina Chan, aku sudah tidak kuat lagi.” Kata Ria yang mulai lemas dan kehabisan sihir menahan pendarahan Nina. “Cepat Master tuangkan cairan itu ke luka Nina.” Ucap Natasha yang terlihat mengelap keringat Ria yang sedang serius. Erina menuangkan cairan itu ke dalam Tubuh Nina. Cairan itu terlihat mulai bereaksi dengan tubuh Nina. Cairan itu terlihat mengeluarkan cahaya putih. Sesuai dugaan Erina, Cairan kehidupan Pria dapat berangsur-angsur membuat pendarahannya mulai berhenti. Namun, kondisinya masih kritis. Hal ini dikarenakan dia kehilangan banyak sekali darah. “Akhirnya pendarahan Nina berhasil berhenti.” Ujar Erina kemudian tumbang. “Kamu juga sebaiknya beristirahat.” Kata Natasha sambil memegang Pundak Erina yang telah tumbang. “Iya, Biarkan kami menja