Share

Mimpi Terburuk
Mimpi Terburuk
Penulis: FR.Dalimunthe

Ada yang beda dengan Sikapmu Ma.

   Randi menelpon Yana , tapi telepon tidak juga diangkat, berkali kali Randi mencoba menelpon Yana namun handphone Yana tak juga terangkat.

"Ngapain aja sih dia di luar sana ?! Bikin marah aja!" Ujarnya dengan wajah kesal, dia ngomel sendiri, dengan kesal dia meletakkan handphonenya di meja samping tv plasma android berukuran 59', kemudian Randi mengambil sapu dan memutuskan untuk menyapu seluruh ruangan yang ada didalam rumahnya yang cukup luas itu, tugas yang memang dilakukannya setiap hari.

Selesai menyapu seluruh ruangan dan mengepel lantai teras depan rumahnya, Randi pun bergegas membersihkan wadah pasir berisi kotoran kucing untuk digantikan dengan pasir yang baru, setelah itu dia memberikan makanan pada kucing kucingnya, yang otomatis mendengar bunyi cring cring makanan yg digoyang goyang nya dalam toples maka kucing kucing lucu dan menggemaskan itu mendekat dan sudah bersiap berdiri didepan tempat makanan mereka masing masing.

Setelah Randi memberikan makanan pada kucing kucingnya, dia pun beranjak ke ruang tamu mendekati aquarium besar yang terbuat dari kayu jati, mengambil makanan dari laci aquarium lalu memberikan makanan kepada 1 ekor ikan arwana besar yang ada didalam aquarium.

Terdengar suara motor mendekat kearah rumahnya, lalu tak lama kemudian, pintu garasi terdengar dibuka, Randi melihat ke monitor cctv yang ada di meja samping meja televisi, Yana, istrinya baru pulang.

Randi bergegas melangkah ke arah pintu samping taman, membuka pintunya, lalu melangkah menuju garasi bertepatan dengan Yana yang hendak masuk kedalam rumah.

Tidak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Randi maupun Yana, Randi menutup pintu samping, Yana melangkah masuk kedalam kamarnya.

Randi melihat sikap Yana seperti itu mencoba menghibur dirinya, menahan agar ia tidak marah, lalu Randi memasak air minum dan menyeduh kopi.

Dia memang setiap pagi selalu minum kopi walaupun tidak ada makanan untuk sarapan. Baginya, kopi saja sudah cukup dipagi hari.

Baru saja Randi meletakkan gelas kopi dimeja ruang tamu dan hendak duduk di sofa, Yana keluar dari kamarnya sudah rapi dengan pakaian bersepedanya. Melihat itu, Randi mendekati Yana dengan menahan kesalnya.

"Gak capek kamu ma ? semalaman gak pulang, baru pulang udah mau pergi sepedaan lagi ?" Tanya Randi.

"Gak enak udah janji sama ibu ibu rt kelompok gowes ( sepeda ) ku, kemaren sore aku udah iyain bilang bisa ikut pagi ini." Jawab Yana.

"Iya, tapi kan kamu nanti capek, kan masih ada waktu lain." Ujar Randi yang khawatir dengan kondisi Yana.

"Gak apa, lagian ini sekarang jaraknya seru, kami mau ke candi boko."

Yana santai memberitahu sambil memakai sepatu khusus untuk bersepedanya.

Randi kaget mendengar itu.

"Yakin ke candi boko ?"

"Yakin kamu kuat gowes sepeda dari Klaten ke Jogja terus naik ke puncak candi boko ?" Randi menatap wajah Yana serius.

"Yakinlah, diniatin, udah lama pengen nyoba kesana, mumpung waktunya kesampean." Jelas Yana sambil berdiri lalu mengambil helm khusus bersepedanya yang ada di rak penyimpanan helm.

"Aku pergi dulu" Pamit Yana, Lalu membuka pintu samping dan melangkah kearah garasi, diikuti Randi, dari lantai atas terdengar teriakan Sekar, anaknya.

"Maaaaa..." Sekar berlari menghampiri Yana.

Yana yang melihat Sekar yang berlari mendekatinya menuruni anak tangga rumahnya.

"Mama belum sempat beliin, nanti kalo sempat pulangnya mama mampir beliin yang kamu pesan." Jelas yana kepada sekar.

Sekar kecewa karena ternyata apa yang ditunggu tunggunya belum jadi dibelikan Mamanya.

"Yaaaah, kirain udah belii." Sekar masuk lagi kedalam rumahnya, Yana membuka pintu garasi, lalu mengeluarkan sepedanya, Randi mengikuti dari belakang.

   Diluar rumah Yana naik kesepedanya lalu berlalu begitu saja tanpa pamit pada Randi yang cuma terdiam melihat kepergiannya, Randi lalu menutup kembali pintu garasinya.

   Siang itu hujan turun sangat derasnya, angin kencang disertai dengan suara petir yang keras menggelegar.

Randi melihat ke arah jam dinding, jam 13:40 wib. Yana belum pulang juga.

Randi mengambil handphonenya, lalu membuka w******p melihat pesan yang ada, begitu melihat ada pesan dari Yana, Ia langsung mengklik pesan tersebut dan membacanya.

"Aku sekarang lagi neduh di soto pak Min Klaten." Jelas Yana dipesan w******p itu.

Randi pun membalas pesan itu: "Iya, neduh aja dulu kalo masih hujan deras."

"Ya, habis ini aku mau mampir ke rumah Tika sebentar." Balasan dari Yana, Randi mengernyitkan dahinya membacanya. Wajahnya sedikit kesal membaca pesan Yana.

"Mau ngapain ke rumah Tika ? gak pulang dulu ma." Tanya Randi lagi di wa itu.

"Sebentar aja kok, ada perlu, gak tau apaan, Tika nyuruh aku kerumahnya, jadi sekalian aja biar gak bolak balik." Yana mencoba menjelaskan alasannya.

"Oh, ya udah, hati hati dijalanan." Ujar Randi.

"Tadi aku order makanan, anak anak udah pada makan ?" Ujar Yana mengirimkan pesan lagi pada Randi.

"Iya udah tadi datang jam 12: 00 drivernya." Balas Randi pada pesan wa Yana.

Tidak ada balasan lagi dari Yana, Randi pun akhirnya meletakkan kembali teleponnya di meja.

   Hari memasuki malam, jam di dinding menunjukkan pukul 20:00 wib, telepon Randi berbunyi, cepat Randi mengambil handphonenya dan melihat ada panggilan masuk dari Yana.

"Kamu dimana ?" Tanya Randi di pesan wa yang dikirimnya ke wa Yana. Nada bicara Randi tampak sedikit kesal.

"Aku pesan makanan buat makan malam, bentar lagi drivernya nyampe, tolong diterima." Jelas Yana tanpa menjawab pertanyaan Randi. 

"Iya."

"Kamu dimana sekarang, kok belum pulang ?" Tanya Randi lagi bertepatan dengan suara bel pintu berbunyi, Randi membuka pintu , driver ojol berdiri dihadapannya.

"Atas nama bu Yana ?" Tanya driver ojol sambil memegang bungkusan makanan.

"Iya, terima kasih mas." Ujar Randi , lalu menerima bungkus makanan tersebut.

"Sama sama pak." Ujar driver lalu pergi, Randi menutup pintu rumah kembali, lalu melangkah ke meja makan sambil menenteng bungkusan makanan.

"Sekaaaaaarrr, Dewwwiiii, ini makanannya udah datang, pada mau makan gak ?!" Panggil Randi kepada dua anaknya yang berada didalam kamarnya masing masing.

"iyyaaa..." Sekar teriak dari lantai atas rumah .

Lalu terdengar suara langkah kaki cepat menuruni anak tangga, Sekar turun dan menghampiri meja makan, disusul Dewi yang keluar dari kamarnya, mereka mengambil makanan yang ada, Randi meninggalkan mereka yang makan dimeja makan .

Randi membuka pesan w******p nya lagi, ada 1 pesan dari Yana yang masuk, Randi membacanya.

"Aku sama Tika lagi di jogja, nemani Tika beli sepatu buat suaminya." Ujar Yana dalam pesan wa itu.

"Apa lagi sih dia ini, ada aja alasannya nunda nunda pulang!" Randi kesal membaca pesan wa Yana, Dia lantas mengetik pesan ke Yana:

"Ngapain sih Ma nyiksa badan gitu, gak ada kabar, gak pulang dulu kerumah tau tau udah dijogja aja!" Ujar Randi dengan kalimat bernada kesal pada Yana yang tidak izin dulu padanya.

"Buru buru tadi perginya, takut hujan lagi sama kemalaman , gak berapa lama nyampe rumah Tika, kami langsung pergi." Ujar Yana menjelaskan.

"Pergi berdua naik motor ?"

"Beli sepatu aja kok harus kamu temani sih." Tanya Randi pada Yana.

"Tika gak bisa milih sepatu yang bagus katanya, jadi minta tolong aku buat milihin, kamu tau sendiri Tika itu orangnya gimana." Jelas Yana ke Randi.

"Ya, tapi jangan sampe malam malam lagi pulangnya, kebiasaan kamu, udah beberapa hari pulang tengah malam terus, pergi gak pamit gak izin!" Randi mencoba menjelaskan pada Yana.

"Iya." Kata yana singkat.

"Sekarang udah dimana kamu ? hati hati naik motornya." Tanya Randi lagi dalam pesan itu.

"Arah pulang kok, lagi dijalan raya jogja solo."

"Kami gak naik motor kok, naik mobilnya Joko, suaminya Tika." Jelas Yana dalam balasan pesan yang dikirimnya ke wa Randi.

"Joko jemput kalian ?" Tanya Randi.

"Nggak, perginya ya naik mobil sama Joko." Jawab Yana.

"Laaah, kalo gitu ngapain kamu ikut ma, udah aja langsung si Joko yang milih sepatunya." Randi kaget mengetahui jawaban Yana, ia gak habis fikir, geleng kepala.

"Mana surprise jadinya, kan hadiah."

"Lagian si Joko kalo diajak ke mall gak kan bakal mau masuk kedalam mall, capek katanya ngikut muter2 berjam jam, jadi dia milih nunggu diparkiran sambil ngerokok." Jelas Yana ke Randi.

Randi menghela nafasnya. Dia lalu mengetik pesan kembali di wa nya.

"Pulangnya hati hati kamu, mana naik sepeda lagi malam malam dari rumah si Tika sepi." Jelas Randi mengingatkan Yana.

Ya, Rumah Tika itu memang jalannya sangat sepi, jam 7 malam saja jika lewat dijalanan mau kerumahnya sudah hening sekali, Tika tinggal di daerah Wedi Klaten, agak kedalam.

"bip"

Pesan wa masuk.

Randi membaca pesannya, Yana mengirimkan pesan padanya.

"Iya."

"Aku pulangnya mau ngelayat sebentar kerumahnya Monik temanku ya, abangnya meninggal. aku kenal, gak enak kalo gak datang." Ujar Yana dipesan itu.

Membaca pesan wa Yana itu Randi menghela nafas, ada saja alasan Yana untuk menunda kepulangannya. Namun Randi berusaha menahan kesalnya.

"Iya, tapi hati hati, kamu kan sedang mens." Balas Randi.

"Tenang aja, udah tinggal bekasnya aja kok." Jawab Yana .

"Tetap aja, kan belum mandi wajib." Jelas Randi.

"Ya." Balasan singkat dari Yana. Randi lalu meletakkan handphonenya di meja ruang tamu.

   Jam dinding menunjukkan pukul 22 : 13 menit. Randi beranjak dari duduknya di sofa menuju kamar, membuka pintu kamar lalu menutupnya kembali, Randi merebahkan tubuhnya di kasur. Lampu kamar dimatikannya, pintu kamar tidak dikuncinya, karena Yana belum pulang.

Sebelum Randi memejamkan matanya, ia melirik ke samping kasur tempat ia rebahan, kosong, sekosong hatinya saat itu karena tidak ada Yana. Randi menghela nafas.

"Semoga kamu baik baik aja ma, semoga Allah melindungimu selama diperjalanan pulang." Randi berdoa untuk istrinya, ia lalu mengambil selimut miliknya, menutup tubuhnya dengan selimut, dan memejamkan mata, mencoba untuk tidur.

"Praaaannng, kelontang keloonteeeenggg...!!"

Terdengar suara berisik, Randi kaget terbangun dari tidurnya, dengan cepat ia berlari keluar kamar, khawatir ada maling masuk kedalam rumahnya.

Randi cepat berjalan kearah bunyi berisik , sesampainya ia, Randi melihat 2 kucingnya, Max dan Lolo sedang ada disitu, pandangan Max menatap ke atas tembok dapur, sementara Lolo ada dilantai, Randi paham bahwa yang buat berisik itu kucing kucingnya yang sedang memburu cicak ditengah malam, akhirnya Randi mengambil panci yang jatuh dan meletakkannya ketempat semula.

Randi melangkah ke pintu samping taman, membuka pintu, lalu berjalan ke arah garasi, di garasi Randi melihat 2 sepeda ada disitu, 2 motor terparkir, mobil tidak ada.

"Kok mobilnya gak dibawa pulang Yana dari kemaren dia nginap gak pulang ya ?" Randi bergumam lalu berfikir, tak lama ia tersadar.

"Oh iya, mobil kan memang dirumahnya mas Badrun, kok jadi lupa aku." Randi baru ingat, kalau mobil mereka sudah beberapa lama disimpan dirumahnya mas Badrun, saudaranya Yana, karena ribet kalau bawa pulang mobil harus menyingkirkan motor motor  tetangga samping rumah yang parkir sembarangan didepan rumah dijalanan umum, akhirnya malas bawa pulang mobil, dan memilih disimpan dirumah mas Badrun, lagi pula mobil dimanfaatkan untuk rentalnya mas Badrun yang memang profesinya sebagai driver rental mobil, jadi ada tambahan pendapatan keuangan dari hasil rental selain bisnis usaha pakaian dan ekspedisi yang dijalani Randi dan Yana.

Randi menutup kembali pintu samping taman, ia melangkahi anak tangga, naik ke lantai 2 rumahnya. Randi lalu membuka pintu kamar khusus tamu, kosong, tidak ada Yana yang tidur dikamar itu, lalu dia melangkah ke kamar sebelahnya yang juga kosong tidak ada siapapun yang tidur didalam kamar itu.

Randi melangkah ke pintu kamar Sekar, mengetuk pelan pintu kamarnya.

"Sekaar, sekaar..." Randi memanggil Sekar.

"Ada apa sih Pah, Sekar ngantuk nih, besok pagi pagi ada mata kuliah online." Jawab Sekar dengan suara yang ngantuk.

Ya, sejak adanya pandemi virus covid 19 sejak kurang lebih 1 tahun ini, kuliah Sekar dilakukan secara online, begitu juga sekolahan SMP nya Dewi, semua daring.

"Mama ada dikamar kamu gak ?" Tanya Randi pada Sekar.

"Gak ada." Jawab Sekar malas malasan karena ngantuk.

Randi akhirnya meninggalkan kamar Sekar, turun kembali kelantai bawah rumahnya, melangkah menuju kamar Dewi anaknya satu lagi, dibukanya pintu kamar pelan, dilihatnya Dewi tertidur nyenyak dikamar itu, tidak ada Yana.

Randi menghela nafasnya, dia melihat ke jam di dinding, jam 03;10 wib.

Randi melangkah keruang tamu, ruang tamu itu gelap karena lampu lampu didalam rumah sudah dimatikan Randi saat tidur malam tadi, ketika hendak duduk di sofa, Dia kaget, tidak melihat kalau Yana ternyata sedang tidur di sofa panjang itu.

Melihat Yana yang tidur nyenyak itu, pelan pelan Randi menepuk bahu lengan Yana untuk membangunkannya.

"Ma, Mama, Ma, pindah tidurnya." Ujar Randi membangunkan Yana yang tertidur.

Yana perlahan membuka matanya, antara terbangun dan masih tidur. Lalu memejamkan matanya lagi sambil bergumam sendiri.

"Ya terserah kamu aja mau milih yang mana, aku sih nurut aja kalo menurutmu bagus." Yana mengigau dalam tidurnya. Randi kernyitkan dahinya mendengar igauan Yana itu. Randi menepuk pelan bahu Yana agar bangun.

"Beli apa, wong papah suruh kamu pindah tidurnya dikamar malah ngigau gak jelas gitu." Jelas Randi sambil tersenyum menahan tawa karena Yana mengigau.

Yana terbangun, lalu duduk sebentar di sofa, kemudian berdiri melangkah menuju kamarnya diikuti Randi.

Randi mengunci pintu kamar, melihat Yana yang tidur tanpa selimut, dia pun menyelimuti Yana.

Kebiasaan Randi tiap malam jika yana tidur tanpa selimut, pasti Randi akan merapikan atau memberikan selimut pada Yana lalu mengecup pipinya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status