Share

Kenangan bersamamu menyakitkan.

   Pagi itu Randi tiba dirumah yang disewanya. Rumah itu berada didalam komplek perumahan.

Barang barang sudah disimpan didalam kamar, sementara kandang kandang kucing diletakkan di ruangan bagian belakang rumah, didapur.

Driver Rental tampak menghitung uang yang ada di amplop yang diberikan Randi padanya.

"Sudah pas pak, terima kasih." 

"Saya pamit langsung ya pak." Ujar Driver rental.

"Gak istirahat dulu disini pak." Ujar Randi.

"Terima kasih pak, saya istirahat dirumah saudara saja, paling sore lanjut balik ke klatennya." Ujar Driver rental pada Randi.

"Baiklah kalo begitu , terima kasih ya , hati hati dijalan, sampe ketemu lagi pak." Ujar Randi pada driver rental.

Driver rental mengangguk, lalu berjalan masuk kedalam mobil yang diparkir digarasi rumah, mobil melaju keluar rumah dan pergi , Randi menutup pintu pagar rumahnya lalu masuk kedalam rumah.

Randi membuka pintu kandang kucing, 3 ekor kucingnya pun langsung keluar dari kandangnya, Randi mengambil liter box pasir dan meletakkannya disudut ruangan, lalu meletakkan makanan kucing beserta tempat makannya di sudut ruangan lainnya. 2 karung pasir diletakkan Randi di samping kandang besar.

"Akhirnya, hidup baruku dimulai dari sini sekarang." Ujar Randi pada dirinya sendiri, Randi memandangi seluruh ruangan rumah itu, lalu menghela nafasnya, dia merebahkan tubuhnya di ubin rumah. Randi pun tertidur karena lelah.

   Hari berikutnya, rumah Randi tampak sudah berbeda, diruang tamu sudah ada kursi tamu sederhana yang dibelinya dari toko online disebuah aplikasi marketplace. Perabotan rumah seperti piring, gelas, ember ember besar dan kecil , sapu dan segala kebutuhan rumah sudah tersedia. Semua dibeli Randi dari online shop.

Ada sofa kasur juga yang dibeli Randi, Randi duduk di sofa kasur itu, membuka ponselnya. Ada pesan dari Yana.

" Kamu udah nyampe ? sampe jam berapa ?" Tanya Yana dipesan wa nya. Randi mengetik , membalas pesan dari Yana padanya.

"Udah tadi jam sepuluh pagi." Balas Randi.

"Bener udah nyampe ?" Tanya Yana lagi mengirimkan pesan pada Randi yang membalasnya .

"Iya." Jawab Randi singkat.

"Syukurlah kalo udah sampe." Balas Yana.

Randi cuma membaca pesan itu tanpa membalasnya, dia meletakkan ponsel di sofa kasur, kemudian Randi rebahan di sofa kasurnya.

"Ngapain juga kamu nanya nanya aku udah sampe apa belum." Ujar Randi pada dirinya sendiri.

   Malam itu, Randi sedang menikmati makan malamnya dimeja ruang tamu, makanan yang dibelinya dari aplikasi online .

Sejak Randi makan sendiri tidak disediakan Yana setelah gugatan cerai, Randi memang sudah terbiasa order makanan secara online untuk makannya sehari hari selama dia di Klaten, dan sekarang di Jakarta.

Uang untuk membeli makanan hasil dari uang pinjaman pemberian Marwan kepadanya dan uang yang diberikan Yana padanya.

Selain itu, Randi juga meminjam uang  30 juta dari Bank saat masih di Klaten, hal itu dilakukannya sebagai antisipasi dirinya sampai mendapatkan pekerjaan.

Tampak warga berkumpul di rumah keamanan erte yang bernama Bandi.

Yana yang lewat dengan motornya menghentikan motornya didekat warung mbak Wiwin.

"Ada apa rame rame dirumahnya mbak Menur ? Pake ada ambulance sama polisi segala?" Tanya Yana pada Wiwin.

"Itu, 2 minggu mas Bandi gak pulang pulang kerumah, eh sekarang pulang pulang jadi mayat diantar polisi." Ujar Wiwin, Yana kaget mendengar ucapan Wiwin yang mengatakan Bandi mati.

"Innalillahi . Kok jadi sering ada mayat di lingkungan kita ini ya ?" Ujar Yana bergidik.

"Nemu mayatnya gak disini mbak Yana, katanya ketemunya di rawa jombor, ngapung di rawa rawa."

"Dari katepe didompetnya diketahui kalo dia warga sini, makanya dibawa kesini." Jelas Wiwin pada Yana.

"Ooh gitu, apa berantem ya sama orang rawa jombor tempatnya kerja? Kan mas Bandi orangnya petantang petenteng kayak jawara, tau sendiri." Ujar Yana .

"Heeh, emang ." Ujar Wiwin.

Polisi mengamankan para warga yang berkumpul hendak melihat dari dekat mayat Bandi yang dibawa pulang itu.

"Ya udah, saya balik dulu mbak." Ujar Yana pada Wiwin.

"Iya mbak Yana." Ujar Wiwin mengangguk tersenyum pada Yana. Yana berlalu dengan motornya dari hadapan Wiwin menuju rumahnya.

Sesampainya dirumah, Yana mengetik pesan dan mengirimkan pesan kepada Randi.

"Si Bandi keamanan erte mati, ditemui tewas dibunuh dirawa jombor ". Jelas Yana dipesan wa yang di kirimkannya ke Randi.

"Laah, mati juga tuh jagoan." Balas Randi.

"Iya, katanya 2 minggu gak pulang kerumah, taunya mati." Balas Yana lagi.

"Hampir bersamaan pas aku pergi dari rumahmu dong." Balas Randi.

"Iya." Jawab Yana.

Tidak ada balasan lagi. Dirumahnya Randi menghembuskan asap rokoknya, menatap kelangit langit rumahnya.

tampak wajahnya terlihat senang dan bahagia.

Malam itu, Via, anak gadis semata wayang Randi datang kerumah menemui Randi dengan membawa makanan.

"Rumahnya jauh banget sih pah , susah Via nyarinya." Ujar Via sambil membuka bungkusan nasi padang dan meletakkannya dimeja tamu.

"Iya nak, namanya juga buru buru." Jawab Randi.

"Iya tapi kejauhan dari rumah sama tempat kerjaan Via kalo mau kesini." Ujar Via.

"Ya nemunya rumah ini mau gimana lagi nak." Jawab Randi.

"Ini papah punya kursi sama segala perabotan rumah udah lengkap beli dimana ?" Tanya Via.

"Beli di online, pake duit dari pinjaman bank papah." Jelas Randi pada Via.

"Emang kenapa sih pah, kok mendadak tau tau papah ke jakarta?" Tanya Via pada Randi, Randi menatap Via, lalu dia menghela nafasnya.

"Papah diusir dari rumah sama bunda Yana, kami bercerai nak." Ujar Randi dengan nada suara lemah.

"Laaah kok gitu, salah papah apa?" Ujar Via kaget.

"Gak tau, gak ada masalah selama ini, gak pernah berantem ribut ribut, tiap hari pergi dan usaha bersama, becanda canda. eeh, mendadak tau tau minta cerai dan ngusir papah." Jelas Randi.

"Gak mungkin gak ada masalah pah, pasti ada sesuatu." Ujar Via.

"Gak taulah nak, yang buat papah sedih itu papah dibilang numpang hidup selama nikah sama bunda Yana." Ujar Randi getir.

"Eet kurang ajar banget tuh mulut, kan papah punya usaha dengan modal uang dari papah sendiri, belum ditambah modal dari bude Intan." Jelas Via kesal mendengar penjelasan Randi.

Via tau kalo Randi memang berhenti kerja sebagai sutradara dan menjual aset miliknya untuk modal usaha nya saat awal menikah dengan Yana dulu.

Via juga tau kalau bude nya, kakak dari Papahnya itu membantunya dengan memberikan modal tambahan sebesar 70 juta buat usaha toko pakaian Randi.

"Seenaknya mulutnya ngatain papah numpang hidup, kalo gak ada usaha sih boleh dia bilang gitu. Gak suka banget Via dengernya, kayak yang hebat aja." Ujarnya sewot karena merasa papahnya diperlakukan zalim dan semena mena oleh Yana.

"Ya udah pah, sabar aja, papah makan aja sekarang." Ujar Via menyuruh Randi segera makan nasi padang yang dibeli Via. Randi mengangguk lalu memakan nasi padangnya. Tak lama, Via pamit pada Randi.

"Nanti kalo Via pas libur kerja kesini lagi pah. sekarang udah malam, Via pulang dulu." Via cium tangan Randi, lalu naik ke motor maticnya.

"Iya, terima kasih nak udah datang, hati hati dijalan ya." Ujar Randi.

"Iya pah." Jawab Via.

Lalu Via pergi meninggalkan Randi yang lantas menutup pintu pagar, masuk kedalam rumahnya kembali.

   Disebuah bangku taman yang ada ditrotoar jalanan dekat halte busway, Randi duduk, wajahnya tampak bingung.

"Aku gak tau harus nyari kerjaan kemana lagi, teman teman yang kudatangi gak bisa bantu, semua alasannya karena covid jadi terkendala produksi, gak ada syuting ." Ujar Randi.

"Pasti nanti juga ada jalanlah, baru sebulan di Jakarta. Pasti kamu bakal ketemu cara dan jalan buat usaha lagi." Ujar Sanur yang duduk disamping Randi.

Orang orang yang berjalan lalu lalang melihat Randi yang sedang ngobrol dengan Sanur.

Kebanyakan orang yang lewat didepan Randi mengernyitkan keningnya heran melihat Randi di situ.

"Entahlah, gimana nanti aja." Ujar Randi menghela nafasnya.

Ada orang yang duduk dibangku taman dekat Randi berdiri dan pergi meninggalkan tempat itu, Randi cuek, tak lama Randi pun berdiri.

"Aku mau pulang, kamu mau ikut kerumahku gak ? biar tau rumahku." Ujar Randi.

"Oke, aku ikut, biar nanti aku bisa datang kerumahmu bawa Rahman, Sandi dan Roni." Ujar Sanur.

Lalu Randi melangkah pergi diikuti Sanur.

   Malam itu Randi tampak sedang duduk termenung diruang tamu dengan lampu rumah dimatikan.

Jam menunjukkan pukul 01:15 menit. Randi mengenang saat awal pertemuannya dengan Yana.

Kembali ke masa Lalu.

   Saat itu Yana berlari mengejar copet yang mengambil tas nya, melihat itu, Randi yang berada tidak jauh dari tempat kejadian mendekati Yana.

"Kamu tunggu disini ya." Ujar Randi.

Lalu Randi dengan sigap mengejar copet yang lari.

Randi terus mengejar copet itu, hingga copet terjepit disalah satu gang buntu, Randi jalan mendekati copet itu.

Copet menghunuskan pisau yang dipegangnya ke arah Randi. Randi dengan santai berjalan mendekatinya.

"Serahkan tas itu ." Ujar Randi.

"Jangan coba coba mendekat, kalo lu gak mau mati." Ujar si Copet pada Randi.

Randi tersenyum melihat Copet yang menodongkan pisau ke arahnya.

Randi menghentikan langkahnya, berdiri diam memandang Copet, Randi tersenyum menyeringai, Wajahnya berubah menunjukkan wajah seram menakutkan. Si Copet bersiap siap melihat gelagat Randi itu.

Tak berapa lama, tanpa disadari si Copet, Randi bergerak lari cepat ke arahnya, memegang tangan Copet, membalikkan tangan yang memegang pisau dan menghujamkan pisau itu ketubuh si Copet berkali kali.

Darah keluar dari perut Copet yang sobek akibat tusukan berkali kali, lebih dari sepuluh tusukan, Si Copet lalu terkulai kaku ditanah.

Randi Lalu mengambil tas milik Yana, lalu pergi meninggalkan tubuh Copet yang sudah menjadi mayat itu.

Randi berjalan kearah Yana yang duduk di trotoar menunggu. Melihat kedatangan Randi, Yana lalu berdiri menyambutnya. Randi menyerahkan tas pada Yana.

"Coba dilihat dulu isi tasmu, lengkap tidak." Ujar Randi. Yana memeriksa isi tasnya, lalu dia tersenyum pada Randi.

"Lengkap, terima kasih ya bang." Ujar Yana pada Randi.

"Kamu mau pulang kemana ?" Tanya Randi.

"Depok bang, ke kostanku." Ujar Yana.

"Kamu ngekost, kebetulan kita searah pulangnya." Ujar Randi.

"Iya bang, kost sementara, cuma 1 minggu karena urus kerjaan, tugas dari kantor." Jelas Yana.

"Oh gitu, emang kerja dimana ?" Tanya Randi.

"Di Jogja bang." Ujar Yana.

"Oh orang Jogja toh." Ujar Randi.

"Berarti setelah seminggu disini kamu balik ke Jogja ?" Ujar Randi.

"Iya bang." Ujar Yana.

"Ya udah kalo gitu, yuk kita naik busway, aku antar." Ujar Randi.

"Abang gak kenapa napa? Tangan abang berdarah." Ujar Yana saat melihat darah ada ditangan Randi.

Randi melihat tangannya yang ada percikan darah.

"Oh gak apa apa kok." Ujar Randi.

"Bener gak apa apa bang?" Ujar Yana.

"Ini pake syal saya aja bang buat nutupinnya." Ujar Yana sambil memberikan syal yang dipakainya pada Randi.

Randi menerima Syal Yana, lalu melap darah yang ada ditangannya, melilitkan syal itu ketangannya, seperti membungkus luka.

"Udah yuk." Ajak Randi pada Yana yang mengangguk. Randi dan Yana berjalan bersama menuju halte busway.

   Setelah itu, selama beberapa hari Randi membuat pertemuan dengan Yana, mereka menghabiskan waktu bersama setiap hari hingga tiba waktunya Yana harus kembali ke Jogjakarta.

Randi mengantarkan Yana ke stasiun kereta, Yana salim ke Randi.

"Terima kasih bang, nanti aku kabari ya." Ujar Yana.

"Iya, Hati hati dijalan ya." Ujar Randi.

Yana mengangguk tersenyum menatap Randi, lalu pergi melangkah masuk ke peron stasiun.

Setelah Yana menghilang dari pandangan Randi, Randi pun pergi dari stasiun kereta itu.

Kembali ke masa sekarang.

   Randi menghela nafasnya, menghapus air matanya, Randi menangis karena mengingat kenangan bersama Yana dulu.

" Nangiiis lagiii...sampe kapan kamu nyiksa diri gitu Randi...Randi.." Ujar Roni mendekati Randi.

Randi kaget menatap Roni yang muncul didepannya .

"Orang yang ditangisin, disayangi lagi senang senang disana, eeh kamu malah terus larut dalam kesedihan." Ujar Rahman.

"Udahlah, sekarang waktumu merencanakan untuk memulai membalaskan rasa sakit hatimu itu Randi." Ujar Sandi.

"Belum saatnya." Ujar Randi menghela nafasnya.

"Belum saatnya ? Udah juga kamu mulai kok." Ujar Sanur.

"Maksudmu?" Tanya Randi.

"Apa yang kamu lakukan dulu udah kamu lakukan sekarang." Jelas Sanur pada Randi.

Randi terdiam, berfikir dengan apa yang dikatakan Roni, Sanur, Sandi dan Rahman padanya itu. Dia lalu menatap wajah Roni, Sandi, Rahman dan Sanur bergantian.

"Kalian gak bertindak sendiri tanpa seizinku kan ?" Ujar Randi menatap tajam.

"Kapan kami bertindak tanpa izin kamu ? Semua tindakan kita pasti izin kamu, sama sama kita lakukan." Ujar Sandi tersenyum menatap Randi yang terdiam.

"Jadi, kapan kita mulai ?" Tanya Sandi pada Randi.

"Kita udah siap dengan tugas kita masing masing, tinggal kamu tentukan waktunya, kapan harus mulai, oke ?" Ujar Roni pada Randi.

"Aah udahlah, aku capek, pusing, aku mau tidur". Ujar Randi beranjak melangkah masuk ke kamarnya. Randi menutup pintu kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya ke kasur busa yang dibelinya dari toko online, mematikan lampu kamar dan mengunci pintu kamarnya.

Randi menatap kelangit langit kamar, menghela nafasnya panjang, memejamkan matanya, lalu mencoba untuk tidur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status