Siang itu Yana datang kerumahnya, Yana mengeluarkan semua pakaian pakaian Randi yang ada didalam lemari pakaian didalam kamar mereka.
Pakaian Pakaian itu diletakkannya di ruang musholla rumahnya.Randi merapikan pakaian pakaiannya dan memasukkannya kedalam koper dan tas tas yang sudah disiapkannya.
"Jadi nanti malam jam sepuluh kamu berangkatnya?" Ujar Yana.
"Iya." Ujar Randi sambil memasukkan semua pakaian pakaiannya ke dalam tas .
"Tolong bilangin erte, kalo nanti malam ada mobil yang mau angkut barang barangku. Nanti Keamanan erte sok jagoan itu marah marah lagi nyuruh pergi karena malam malam. Jangan sampe kejadian aku emosi ke orang itu nanti." Ujar Randi pada Yana.
"Nanti aku izin ke erte biar dikasih tau ertenya." Ujar Yana.
"Ya udah aku pergi." Ujar Yana melangkah tinggalkan Randi yang masih merapikan pakaian pakaiannya kedalam tasnya.
Sore Harinya, Marwan datang kerumah menemui Randi, Marwan menyerahkan 1 karung beras 5 kg dan lauk yang dibawanya dirantang makanan. Randi menerima pemberian Marwan .
"Doyan singkong rebus kan bang? Saya bawa singkong." Ujar Marwan, Randi mengangguk.
"Abang makan aja dulu sama lauk yang saya bawa, saya rebus singkongnya dulu." Ujar Marwan pada Randi.
Marwan melangkah kedapur lalu mulai merebus singkong. Sementara Randi makan di meja makannya.Randi dan Marwan duduk di musholla, Marwan mengeluarkan bungkus rokoknya.
"Ngerokok juga sekarang Wan." Ujar Randi .
"Iya bang , kadang kadang." Ujar Marwan.
Mereka membakar rokok dan menikmati singkong rebus buatan Marwan, Randi meneguk kopinya.
"Jadi abang dijemput mobilnya jam berapa ?" Tanya Marwan.
"Jam sepuluh malam ini saya bilang." Ujar Randi.
"Saya temani abang sampe berangkat." Ujar Marwan.
"Terima kasih Wan, mau nemani saya." Ujar Randi.
"Kenapa abang gak bilang jauh jauh hari ada masalah ini, kalo saya tau lebih awal, kan saya bisa lebih sering datang nemani abang." Ujar Marwan.
"Iya Wan, saya pikir masalah saya bisa saya selesaikan tanpa bercerai, dari desember Yana gugat cerai sampe februari ini saya tunggu, ternyata Yana udah keras hati mau pisah dengan saya." Ujar Randi lemah.
"Tanggapan anak anak gimana bang?" Tanya Marwan.
"Ya anak anak sih gimana kata mamanya, mereka ikut aja, gak bisa ngapa ngapain."
"Cuma anak saya yang di Jakarta, Via yang belum tau, kalo dia tau pasti dia kecewa karena orang tuanya cerai." Jelas Randi.
"Abang belum kabari Via ?" Ujar Marwan.
"Belum, Saya cuma bilang mau ke Jakarta mulai usaha." Ujar Randi, Marwan mengangguk paham. Terdengar suara adzan isya berkumandang.
"Sholat isya dulu bang." Ujar Marwan.
"Silahkan duluan, saya mau mandi dulu, sambil siap siap." Ujar Randi menghindar diajak Sholat, sebab Randi sudah anti dengan hal itu.
Marwan melangkah ke tempat wudhu, sementara Randi masuk kedalam kamar mandi yang ada di taman dalam rumahnya untuk mandi.
Jam menunjukkan pukul 21:40 wib malam itu, Marwan mendekati Randi yang duduk di lantai musholla.
"Udah ngabarin supirnya bang?" Tanya Marwan.
"Malah bilangnya udah sampe nunggu didepan gang nih." Ujar Randi membalas pesan yang dikirim Driver rental mobilnya.
"Oh ya udah, suruh tunggu aja bang." Ujar Marwan.
"Udah, sekarang langsung aja bawa tas tas saya ini buat dimasukkan ke mobilnya Wan." Ujar Randi.
Marwan mengangguk, lalu berdiri mengambil 2 tas yang ada di musholla itu, membawanya .
"Keluarnya dari garasi aja Wan, biar pintu depan langsung saya kunci aja." Ujar Randi.
"Siap bang." Ujar Marwan melangkah ke arah garasi rumah dengan membawa dua tas berisi pakaian Randi.
Randi pun membawa 2 tas ditangannya, melangkah keluar rumah. Tas tas berisi pakaian di letakkan Randi dan Marwan di dalam Mobil berukuran travel car sedang.
Driver didalam mobil merapikan tas tas nya, menyusun rapi."Kandang kucingnya sekarang aja pak." Ujar Driver pada Randi.
"Iya." Ujar Randi melangkah kearah rumah. Randi lalu mengambil kucingnya Lolo dan memasukkannya kedalam kandang berukuran 90 cm yang besar.
"Harus berdua angkat kandangnya Wan." Ujar Randi.
Marwan membantu Randi, mengangkat kandang kucing ke mobil.Driver menunggu dan membantu Randi dan Marwan mengangkat kandang itu dan meletakkannya didalam Mobil.Lalu Marwan melangkah kedalam rumah, mengangkat satu kandang kucing lagi berisi Shisy dan anaknya Cleo, meletakkannya didalam mobil. Randi balik kedalam rumahnya.
Didalam rumah dia mengamati seluruh ruangan, Lampu lampu ruangan dimatikannya, stop kontak listrik di cabutnya. Beberapa saat Randi mengamati isi rumahnya itu, dia mendekati ikan arwana yang berada di dalam aquarium.
" Aku pamit yaa." Pamitnya pada ikan arwana yang sedang berdiam di dalam air ,di sudut aquarium.
"Selamat tinggal kenangan." Gumam Randi dengan wajah sedih, lalu meninggalkan rumahnya itu.
Diluar rumah, saat Randi hendak menutup pintu garasi, Marwan datang menghampirinya.
"Udah semuanya dimasukkan kedalam mobil bang? gak ada yang ketinggalan?" Tanya Marwan.
"Udah semua Wan." Ujar Randi.
"Jaket sama helm kamu udah diambil ?" Tanya Randi pada Marwan.
"Udah bang." Jawab Marwan.
"Bip"
Terdengar bunyi ponsel Randi, Randi mengeluarkan ponselnya dari kantong celana, membaca pesan yang ternyata dari Yana.
"Berangkat jam berapa kamu?" Tanya Yana.
"Ini udah mau berangkat, udah beres semuanya." Balas Randi ke pesan Yana.
"Tunggu aku sebentar, aku mau datang malah dijetak hujan." Ujar Yana dipesannya.
"Kalo hujan gak usah maksain diri kamu buat datang, ga apa kok." Balas Randi.
"Benar gak apa kalo aku gak datang kerumah ?" Balas Yana.
"Iya, daripada kamu kehujanan, kalo nunggu reda hujannya bisa kelamaan drivernya nunggu." Balas Randi.
"Ya udah kalo gitu." Balas Yana. Randi lalu memasukkan ponselnya lagi ke kantong celananya, Marwan mendekati Randi .
"Pesan dari mbak Yana bang ?" Tanya Marwan.
"Iya, mau datang bilangnya, tapi saya larang, selain disana hujan katanya, saya juga gak mau Yana datang nemui saya."
"Liat Yana saya bakal gak bisa nahan tangis, pasti saya nangis liatnya." Ujar Randi yang memang sangat mencintai Yana itu, dia tak sanggup jika harus bertemu Yana untuk terakhir kalinya.
"Iya bang." Ujar Marwan.
"Ini ada sedikit rejeki buat bekal abang disana nanti." Marwan memegang tangan Randi, dan memberikan uang 500 ribu rupiah pada Randi.
Randi yang melihat itu tampak terharu sambil menerima uang pemberian Marwan.
"Terima kasih Wan, semoga saya bisa cepat membalas kebaikan kamu." Ujar Randi.
"Gak apa bang, kapan lagi saya bisa bantu abang, cuma sedikit yang bisa saya bantu, maaf ya bang." Ujar Marwan.
"Gak apa Wan, ini udah lebih dari cukup." Ujar Randi.
Marwan ulurkan tangannya pada Randi, lalu mencium tangan Randi, Marwan memeluk Randi erat.
"Kasih kabar ke saya sering sering ya bang, jangan putus komunikasi." Ujar Marwan sedih.
"Iya Wan, saya gak kan lupa sama kamu." Ujar Randi.
"Saya siap jalani rencana kita bang, saya akan tunggu abang sesuai waktu yang udah abang tentukan, seperti sebelumnya." Ujar Marwan pada Randi yang mengangguk tersenyum lalu menepuk bahu Marwan.
Randi lalu melangkah ke mobil yang menunggu, Randi masuk kedalam mobil. Driver pun lalu menutup pintu mobil dan naik lalu duduk didepan setir, menyalakan mobilnya, lalu berlalu dari situ. Marwan memandangi kepergian Randi.
"Selamat jalan bang, semoga kehidupan lebih baik kamu dapatkan disana." Ujar Marwan mendoakan Randi. Setelah mobil menghilang jauh dari pandangannya, Marwan pun naik ke motornya dan pergi dari situ.
Di keheningan malam itu Mobil melaju dengan kecepatan sedang, tampak Randi duduk santai disamping driver.
"Kalo bapak mau istirahat bisa pindah ke tengah pak, joknya udah saya siapkan buat tidur." Ujar Driver.
"Iya gak apa, disini aja."
"Kucing kucing saya amankan ya?" Ujar Randi menoleh kebelakang mobil.
"Aman pak, pintu kandangnya atas dan samping dua duanya saya halangi koper sama tas tas bapak, jadi gak bisa dibuka sama kucing kucingnya." Jelas Driver.
"Siipp." Ujar Randi.
"Kita santai aja pak, gak usah buru buru, yang penting besok sampai, kalo capek istirahat aja di rest area." Ujar Randi.
"Iya pak, paling kita nyampe tujuan jam sepuluhan pagi kalo pun pake mampir mampir istirahat." Ujar Driver.
"Iya, Gak apa." Jawab Randi.
Mobil pun melaju terus dijalanan sepi , dijalanan itu hanya terlihat satu dua mobil saja yang berlalu lalang.
Mobil masuk kedalam rest area yang ada dijalan tol tersebut, Saat hendak parkir, tiba tiba sebuah mobil sedan menerobos dan mengambil tempat parkir mereka.
Supir mobil sedan itu mengklakson keras, lalu keluar dari mobilnya tampak marah."Heee, liat liat dong, bisa nyetir gak sih, pake mau nabrak mobil gua." Ujar Pemilik mobil sedan yang berbadan tegap dan kekar itu. Driver rental turun dari mobilnya, mendekati bapak pemilik sedan.
"Saya duluan yang mau parkir, bapak main nikung ngambil tempat saya." Jelas Driver rental.
"Enak aja lu bilang, gua yang duluan nemuin nih tempat parkir, jadi gua mau belok mobil lu muncul." Jelas si pemilik mobil sedan.
Randi yang gak nyaman melihat itu turun dari mobilnya."Udah pak, tenang." Ujar Randi pada Driver rental mobilnya, menenangkannya agar tak terpancing emosi.
"Maaf ya pak, silahkan ambil tempat parkirnya, biar kami nyari tempat parkir lain." Ujar Randi.
"Hati hati lu ya, jangan sok sokan nyari masalah sama gua, gua habisin lu." Ujar bapak pemilik mobil sedan itu, Randi menatap tajam wajah bapak yang marah itu.
"Maaf ya pak." Ujar Randi.
"Udah sana pergi, orang susah mau macam macam sama gua." Ujar bapak pemilik sedan menghina.
Randi menghentikan langkahnya saat hendak naik masuk kemobilnya, terdiam sejenak mendengar ucapan bapak itu, namun lalu Randi berusaha menahan dirinya dan naik kemobilnya.Driver rental menjalankan mobil, memindahkan mobil ketempat parkir lainnya.Randi dan Driver duduk di sebuah rumah makan yang ada di rest area itu, memesan makanan dan kopi, tak berapa lama makanan dan kopi yang di pesan pun datang, Randi dan Driver Rental menikmati makanan , setelah selesai makan, Randi menikmati kopinya.
Randi mengambil sebatang rokok dan membakarnya, Saat Randi membakar rokok, sekilas Randi melihat Bapak pemilik sedan berjalan disamping salah satu mini market .
Randi meletakkan korek di meja, lalu menghembuskan asap rokoknya, menikmati sesaat rokoknya.Driver rental mobil pun kemudian mengambil rokok dan menghisap rokoknya.
"Saya ke toilet dulu ya pak, kebelet." Ujar Randi.
"Silahkan pak. soalnya nanti jauh lagi nemuin rest area berikutnya." Ujar Driver Rental mobil. Randi mengangguk lalu berdiri meninggalkan driver, berjalan menuju ke arah Toilet umum yang ada di rest area jalan tol itu.
Toilet umum itu sepi, tidak ada satu orang pun di luar toilet, didalam pun hanya ada satu orang saja, yakni bapak pemilik mobil sedan yang ribut dengan driver rental tadi.
Randi melangkah hendak masuk kedalam toilet, Randi berpapasan dengan Bapak pemilik Sedan, mereka berpapasan dengan dekatnya, Randi berjalan persis disamping bapak pemilik sedan itu, Bapak pemilik sedan tidak menyadari kalau dia berpapasan dengan Randi yang tadi ribut dengannya. Randi masuk kedalam toilet umum.
Tak berapa lama kemudian, Randi keluar dari toilet umum itu, melangkah jalan menuju rumah makan , Randi duduk didepan Driver Rental mobil.
"Udah, kita lanjut jalan pak ?" Ujar Randi.
"Ayo pak." Ujar Driver Rental mobil.
"Bu, jadi berapa semuanya." Tanya Randi pada penjual makanan.
"Tiga puluh lima ribu pak." Jawab penjual makanan.
Randi memberikan uang 50 ribu dari dompet dan memberikan pada ibu penjual makanan.
"Ambil aja sisanya bu." Ujar Randi.
"Terima kasih pak." Ujar penjual makanan.
Saat Randi dan Driver hendak berjalan pergi, terdengar suara jeritan histeris.
" Toooolllooooonnnggggg..." Suara histeris teriakan minta tolong.
Randi dan Driver serta penjual makanan kaget mendengar teriakan itu."Ada apaan itu pak." Ujar Driver Rental Mobil.
"Gak tau, yuk kita liat." Ujar Randi bergegas jalan bersama Driver rental mobil.
Ibu Penjual Makanan pun berlari dibelakang Randi mengikutinya, ingin tau juga apa yang sudah terjadi.Didepan Mobil Sedan, berdiri Bapak pemilik sedan sambil memegang leher kanan nya dengan tangan, darah segar keluar dengan banyaknya dari lehernya, tangan bapak pemilik sedan berusaha menutupi luka agar darah tidak keluar, namun tak berapa lama Bapak pemilik sedan itu terhuyung dan ambruk ditanah.
"Aaagggghhhh." Teriak salah satu wanita histeris.
Randi dan Driver rental mobil yang tiba ditempat melihat tubuh yang ambruk ditanah itu bapak pemilik sedan saling pandang.
"Bapak yang tadi ." Ujar Driver Rental Mobil.
"Iya, mungkin habis ribut lagi sama orang lain." Bisik Randi.
Tak berapa lama satpam rest area datang ke tempat kejadian, salah seorang satpam mengamani dan mengkondisikan area, seorang satpam tampak sedang menelpon.
"Minggir...Minggir, jangan mendekat ke tekape." Ujar Satpam menghalangi orang orang yang ingin melihat dari dekat mayat bapak pemilik sedan itu.
Randi dan Driver Rental mobil melangkah ke mobil mereka yang terparkir disudut tempat parkiran.
"Saya liat kucing kucing saya dulu pak." Ujar Randi santai.
"Baik pak." Driver rental mobil membuka pintu belakang mobil, Randi melihat kucing kucingnya yang diam di kandang, dia melihat air minum kucing, masih penuh, tempat makanan pun masih penuh, Randi tersenyum menatap kucing kucingnya itu, lalu menutup kembali pintu belakang mobil.
Randi melangkah dan masuk kedalam mobil, mesin mobil dinyalakan Driver rental mobil.
Mobil pun berjalan meninggalkan rest area itu, Randi memandangi suasana di tempat kejadian, melihat mayat bapak pemilik sedan yang rebah ditanah berlumuran darah, pandangannya terlihat tajam.
"Begitulah nasib orang yang sok jagoan marah marah gak pada tempatnya." Ujar Randi memandang mayat pemilik sedan dari dalam mobil yang melaju meninggalkan rest area.
"Iya pak, tadi hampir saja saya juga gak bisa nahan emosi ke bapak itu." Ujar Driver rental mobil.
"Ngadepin orang begitu percuma pake mulut pak, cuma buat capek hati, mending mengalah." Jelas Randi.
"Iya pak." Jawab Driver rental mobil.
Lalu Mobil pun melaju meninggalkan rest area bersamaan dengan datangnya patroli mobil polisi dan ambulance ke rest area itu.Polisi polisi sibuk mengamani dan memberikan garis pembatas disekitar tempat kejadian tersebut.Suasana malam yang hening itu tiba tiba pecah oleh riuh suara orang orang karena terjadi pembunuhan di rest area di jalan tol tersebut.
Para petugas polisi segera bergerak untuk memburu Via yang membunuh Yana, salah seorang petugas polisi mendobrak paksa pintu rumah kontrakan Via, polisi berhasil mencium jejak persembunyian Via selama ini, untuk itu mereka mendatangi rumah Via agar bisa segera menangkap Via yang telah ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan Yana.Setelah pintu terbuka karena di dobrak paksa, Manto beserta lima petugas kepolisian segera masuk ke dalam rumah, mereka segera bergerak memencar menyusuri seluruh ruangan untuk mencari Via.Di dalam rumah itu tidak mereka temukan Via yang lebih dulu sudah pergi melarikan diri, Manto masuk ke dalam kamar, dia melihat ada bekas genangan darah yang mengering di atas tempat tidur, ada juga pisau tergeletak di lantai kamar, Manto tahu, di kamar itulah Via menjalankan aksinya membunuh Yana, dengan keadaan terikat dan terbaring di atas tempat tidur, wajah Manto terlihat kesal karena dia tidak menemukan Via di dalam rumahnya.Seorang petugas
Kembali ke beberapa jam sebelum terjadinya pembunuhan Yana yang dilakukan Via. Via membuka pintu kamar setengah, semburat cahaya masuk ke dalam kamar saat pintu terbuka, mengenai wajah Yana yang terikat di atas tempat tidur, Yana cepat menoleh kearah datangnya Via yang berjalan santai dan tenang mendekatinya."Via...Viaa tolong, lepasin bunda, lepasin bunda, biarkan bunda pergi dari sini ya, tolong Via..." Ujar Yana memelas pada Via yang menatapnya dengan tatapan sorot mata yang dingin, wajah Yana terlihat penuh dengan rasa kecemasan dan ketakutan melihat sikap dingin Via."Kamu harus di hukum atas semua perbuatanmu pada papahku." Ujar Via dengan suara datar menatap dingin wajah Yana yang ketakutan, dia merasakan ada hal yang aneh pada diri Via saat melihat wajahnya, perasaan Yana menjadi semakin cemas, dia merasakan akan terjadi sesuatu hal yang tidak pernah dibayangkannya sebelumnya.Via mendekati Yana yang terikat diatas tempat
Via membaca pesan yang dikirimkan papahnya dengan ekspresi wajah datar dan tenang."Untuk putri papah. Terima kasih telah menjadi putri terbaik yang pernah aku miliki. Sebentar lagi papah akan pergi jauh darimu, Nak, Tetaplah menjadi putri papah yang baik, Waktu terbaik dalam hidupku adalah Ketika menjadi papahmu.papah mencintai Via melebihi cinta pada diriku sendiri.Nak, kamu adalah harta yang paling berharga milikku, Harapan terbesar papah adalah agar kamu selalu tahu bahwa papah sangat mencintai kamu. Selama ini papah sulit memahami seorang wanita, hanya satu wanita yang papah terus berusaha untuk memahami dirinya, ya, itu kamu anakku. Papah tahu, Via sosok perempuan hebat, kuat. Jangan pernah bersedih anakku. Jangan biarkan air matamu jatuh karena kepergian papah ini, tetaplah tersenyum, Berjuanglah dengan sungguh-sungguh, kelak kamu pasti mendapatkan apapun yang kamu inginkan.Papah pamit, jaga dirimu baik baik." Tulis Randi mengakhiri pesannya pada Via
Siang itu, di kantor kepolisian, Gunawan dan Manto sedang menemui seorang Dokter yang sengaja datang memberikan laporan kepada pihak kepolisian."Mengapa setelah berhari hari bapak baru datang melapor ?" Tanya Gunawan."Sebenarnya saya ragu dan takut, hanya saja, kok ya hati saya bergejolak terus, jadi saya niatkan diri untuk memberanikan diri melapor ke sini." Jelas sang Dokter."Bapak kenal dimana dengan Rizal?" Tanya Gunawan."Dia kawan baik adik saya pak, mereka satu profesi, kerja di kantor film yang sama sebagai editor, karena Rizal sering datang kerumah kalo pas liburan ke jogja, dia kenal saya." Ujar Dokter memberi penjelasan."Saat itu dia hubungi saya, minta tolong,abangnya katanya terluka di tusuk orang, saya suruh bawa kerumah sakit, dia bilang gak bisa, dia minta tolong terus ke saya, akhirnya saya datang menemuinya dan mengobati abangnya yang terluka." Ujar Dokter, Gunawan dan Manto mendengarkan penjelasannya."Saat saya
Dalam proses pemulihan dirinya, Randi mengisi hari harinya dengan tetap berada di dalam kamarnya yang sengaja gelap dan tidak diterangi lampu, diatas meja yang ada di kamar apartemen milik Rizal ada sepiring makanan dan buah buahan serta minuman di dalam gelas, ada juga obat obatan yang sengaja di beli Rizal untuk mengobati sakit lupa ingatan Randi. Hari itu, Randi terlihat berdiri di depan jendela kamar apartement yang terbuat dari kaca, dia menatap jauh keluar, dari dalam kamarnya yang berada di lantai 20 apartemen, terlihat bangunan bangunan gedung gedung perkantoran serta rumah rumah penduduk, awan bergerak beriringan, berkumpul menjadi satu dan membentuk gumpalan tebal di langit, cuaca mendung sore itu, matahari memasuki senja, berproses untuk tenggelam dan menghilangkan dirinya untuk digantikan bulan yang akan menentukan datangnya malam, tatapan mata Randi kosong, sekosong fikirannya saat itu, karena tak mampu mengingat apa yang sudah terjadi p
Via menghempaskan pantatnya di sofa yang ada diruang tamu rumah kontrakannya, dia tercenung, dari raut wajahnya terlihat perubahan pada air mukanya, terlihat ada rasa kecemasan yang begitu besar didalam dirinya, ada rasa ketakutan yang mendalam pada jiwanya tatkala ia membayangkan hal buruk terjadi pada papahnya."Semoga papah baik baik saja, cepat sadar pah." Gumam Via pada dirinya sendiri, dia memikirkan tentang kondisi papahnya saat ini yang dalam kondisi kritis, seperti yang dikabarkan Rizal padanya.Dalam kecemasan dan ketakutannya akan papahnya yang tak sadarkan diri karena luka parah yang dideritanya, Via terlihat resah, dia tak bisa menerima kenyataan bahwa papahnya terluka parah oleh Yana, orang yang berusaha di lindunginya dari kejahatan papahnya, ada kekecewaan membekas di jiwa Via jika membayangkan semua hal yang sudah terjadi itu.Via tiba tiba meringis menahan sakit, dia memegang kepalanya, merasakan sakit dan pusing, dia merasakan saa
Paman Mulyono terlihat wajahnya sedih, dia cemas sekali, menunggu dan berharap kabar baik dari Gunawan tentang Yana, keponakan yang sangat disayanginya itu, anak dari adik kandungnya."Mudah mudahan kamu baik baik saja Yana." Ujar paman Mulyono."Tuhan, tolong lindungi dan selamatkan Yana, jangan biarkan Randi membunuhnya, aku mohon Tuhan." Ujar paman Mulyono berdoa dengan cara yang dianut agamanya, ya, paman Mulyono seorang khatolik, berbeda agama dengan Yana yang menjadi mualaf dan menjadi muslim. Namun itu tidak membuat hubungan keluarga mereka pecah, walaupun banyak yang berbeda agama dan keyakinan dalam keluarga, mereka tetap hidup rukun, harmonis dan saling menyayangi satu sama lainnya, tidak ada permusuhan diantara mereka, seperti paman Mulyono yang begitu menyayangi Yana dan melindungi dirinya.Sementara itu, di tempat lain, Gunawan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, melintas melewati mobil mobil yang ada dijalan raya, suara
Dengan cepat sosok Roni yang muncul dalam diri Randi berjalan dengan langkah cepat mendekati Yana yang teriak memaki, lalu dia memukuli wajah Yana sekuat kuatnya, dia mengamuk, menghajar wajah Yana hingga babak belur bengkak berdarah, lalu dia menendang Yana yang duduk terikat di kursi, tendangan Roni membuat Yana yang dalam posisi terikat di kursi jatuh terjerembab kebelakang, Roni yang mengamuk hendak menginjak tubuh Yana, tiba tiba secara refleks, dia terbanting dan terjatuh ke lantai, sosok Randi yang muncul kembali dalam dirinya mendorong Roni agar tidak memukuli Yana."Sudah cukup ! Hentikan Roni, Hentikan !! Dia bisa mati nanti !!" Teriak Randi membentak Roni, Randi cepat mendekati Yana, membangunkan Yana yang terjatuh, Yana kembali di dudukkan di kursi masih dalam keadaan terikat."Aku gak bisa melakukan ini, aku gak bisa ! Udah cukup, hentikan !" Teriak Randi memegangi kepalanya, Yana terlihat ketakutan melihat Randi, seakan seperti terjadi keributan pa
Setelah Randi yang saat itu telah berubah menjadi sosok Roni yang ada dalam dirinya melucuti seluruh pakaian Sekar dan juga melepaskan pakaiannya, hal yang selama ini tidak pernah di inginkan dan di duga pun terjadi pada diri Sekar.Malam itu, kesucian Sekar pun direnggut oleh Randi, yang memiliki kepribadian ganda dalam dirinya, hingga tidak perduli dengan Sekar sebagai anak sambungnya.Dalam keadaan pingsan terbius Sekar tertidur dan tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang disetubuhi bapak angkat yang selama ini dianggapnya sebagai bapak kandungnya sendiri, Randi yang berubah menjadi sosok Roni dengan menyeringai mengerikan sangat menikmati dirinya menyetubuhi Sekar, dalam melakukan itu, terlintas kilatan kilatan sekelebat bayang wajah Yana bergant ganti dengan wajah Sekar, seakan dia membayangkan sedang menyetubuhi Yana.Sekar tak berdaya, dia jatuh ke dalam pelukan Randi, malam itu Sekar di perkosa Randi hingga berkali kali, ke empat sosok kepribadian