Share

Misteri hamilnya Sekar

   Randi tampak sedang bertemu Pak Ramesh Singh, mantan Produsernya dulu.

Siang itu, Randi dipanggil untuk datang kerumah Mantan Boss nya , Tujuannya membicarakan rencana Pak Ramesh Singh untuk membuat Web Series dan meminta Randi untuk mengurus pelaksanaan produksi hingga pasca produksinya.

Pak Ramesh Singh terkenal sebagai orang yang baik hati, dan selalu percaya kepada siapapun yang bekerjasama dengannya. Karena hal itu, tidak sedikit Pak Ramesh Singh dikecewakan dan gagal dalam produksinya karena dimanfaatkan oleh segelintir orang yang hanya ingin mendapatkan uang dari perusahaannya tanpa menjaga kualitas produksi film maupun sinetronnya.

Randi Ingat, saat dulu awal awal Randi menikah dan memutuskan hidup tinggal di Jogjakarta bersama istrinya Yana, Pak Ramesh Singh meminta Randi untuk membantunya, memperbaiki produksinya yang berantakan dan gagal. Namun karena dulu tekad dan niat Randi sangat kuat untuk berhenti sebagai Sutradara film , dan merintis dari awal untuk usaha berdagang, dengan berat hati Randi menolaknya.

Dan karena itu, Randi mendengar kabar dari Asistennya Bram, bahwa Pak Ramesh Singh menutup kantornya karena mengalami kerugian besar dalam produksinya yang terakhir.

Kali ini, Setelah Randi kembali berada di Jakarta, Randi pun mencoba untuk menghubungi Pak Ramesh Singh, awalnya hanya sekedar basa basi menanyakan kabar, tak disangka, Pak Ramesh Singh langsung menyuruhnya untuk datang kerumahnya karena ada yang ingin di bahas oleh Pak Ramesh Singh bersamanya.

Randi yang masih ingat rumah Pak Ramesh Singh tentu saja menyambut niat baik mantan bos nya di rumah produksi dulu.

"Terima kasih Pak, Saya akan mempersiapkan skenarionya dan mengumpulkan seluruh tim untuk memulai project kita ini." Ujar Randi.

"Iya Bung, Saya serahkan pada Bung Randi untuk semuanya." Ujar Pak Ramesh Singh pada Randi.

"Baik Pak, saya akan berbuat yang terbaik buat bapak dan perusahaan." Ujar Randi.

"Saya yakin sama Bung, dari dulu, bung Randi yang bisa membuat sukses dan membesarkan rumah produksi kita ini." Ujar Pak Ramesh Singh, mereka pun berjabatan tangan. Randi tampak wajahnya senang.

   Tampak Sebuah Cafe sedang di renovasi, Diantara tukang tukang yang sedang bekerja, terlihat Yana berdiri mengawasi , disebelahnya ada Herry yang merangkul tubuhnya dengan mesra.

"Sebentar lagi cafe ini udah bisa dibuka ya Mas."

"Terima kasih buat semuanya." Ujar Yana pada Herry yang tersenyum padanya. Herry mengeluarkan sebuah kotak cincin, membukanya dan memberikannya pada Yana.

"Cincin ini sebagai ikatan cinta kita untuk ke jenjang berikutnya nanti." Ujar Herry. Yana terlihat senang menerima cincin itu .

Herry memakaikan cincinnya ke jari manis Yana yang tersenyum bahagia.

Ternyata selama ini, bukan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam rumah tangga Randi dan Yana, namun masalah muncul akibat adanya Pria lain dalam hidup Yana yang menjadi selingkuhannya, dan sudah dijalani nya selama 1 tahun sebelum menggugat cerai Randi.

   Cincin dilemparkan dilantai rumah, cincin itu berputar putar dilantai ruang tamu, tampak Randi kesal dan kecewa.

Cincin dan kalung perhiasan itu adalah, hadiah yang akan diberikan Randi rencananya saat tanggal hari pernikahan mereka, sengaja di pesan khusus untuk Yana.

"Kamu harus menerima hukuman atas perbuatanmu Yana." Ujar Randi marah.

Randi sebenarnya selama ini tahu perselingkuhan Yana dibelakangnya, namun dia ingin Yana jujur mengatakannya padanya, saat cerai pun Randi ingin Yana berkata jujur tentang perselingkuhannya, namun Yana malah memfitnah, menuduh, menjelek jelekkan dirinya serta menghina dan merendahkannya, itu yang membuat Randi sakit hati dan dendam.

"Aku tau apa yang kamu lakukan selama ini dibelakangku."

"Selamat bersenang senang Yana, sebelum satu persatu mimpi buruk menghampiri hidupmu." Ujar Randi sambil meremas kalung perhiasan, wajahnya tampak menahan amarah.

Di dalam kamarnya, Sekar tampak menangis sedih meratapi nasibnya. Terngiang ucapan dokter padanya.

" Anak ibu positif hamil 2 bulan bu." Ujar Dokter kandungan kepada Yana dan Sekar.

Yana dan Sekar kaget mendengar itu.

"Hamil dok ?" Tanya Yana tak percaya melirik Sekar. Sekar hanya tertunduk diam menahan air matanya yang mau jatuh.

"Gimana saya bisa hamil kalo berhubungan intim saja tidak pernah ?" Ujar Sekar membantah.

"Dari pemeriksaan saya dan gejala yang mbaknya alami selama ini, mbak hamil." Jelas Dokter kandungan kembali. Sekar tampak menangis sedih, tertunduk, sementara Yana menatapnya tajam.

Didalam kamar Sekar masih terus menangis, terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Buka pintunya Sekar, mama mau bicara sama kamu." Ujar Yana dari depan pintu kamar luar Sekar. Pintu tidak juga dibuka, Yana mengetuk pintu kembali.

"Buka pintunya Sekar..." Ketuk Yana lagi, 

Tak lama Pintu di buka Sekar, Yana langsung menerobos masuk kedalam kamar Sekar, memberondongnya dengan pertanyaan.

"Jawab dengan jujur pertanyaan mama, sudah berapa lama kamu melakukannya ? Sama siapa kamu melakukan hubungan intim ?" Tanya Yana.

"Sekar gak pernah ma." Ujar Sekar menangis.

"Gak pernah kok hamil ?! Jujur aja, gak apa, jadi mama tau dan bisa nyari solusinya." Ujar Yana pada Sekar yang terus menangis meratapi nasibnya yang hamil itu.

" Kamu melakukannya sama pacarmu si Arya ?" Tanya Yana.

"Jawab mama. Arya yang menghamili kamu ?" Tanya Yana lagi dengan tegas.

Sekar tetap diam dan menangis. Tak berani menatap wajah mamanya yang marah.

"Mama gak nyangka, kepercayaan mama sama kamu , Kamu salah gunakan."

"Mama membiarkan Arya datang kerumah ini bertemu kamu karena percaya kamu gak kan melakukan hal hal aneh."

"Gak taunya hamil !" Ujar Yana.

Sekar semakin menangis, dia tak tahu harus bagaimana menyikapi kehamilannya itu.

"Mama akan panggil Arya kerumah, meminta pertanggung jawabannya ke kamu, kalo dia gak mau, mama datangi orang tuanya." Ujar Yana pada Sekar.

"Jangaan ma, bukan Arya yang melakukannya, Arya gak pernah menyentuhku." Ujar Sekar.

"Lantas siapa ??" Tanya Yana kesal karena Sekar tidak mau jujur.

"Sekar gak tau ma, Gak tau. Yang jelas Sekar gak pernah berhubungan intim dengan Arya atau laki laki lainnya." Ujar Sekar sambil menangis sedih, meratapi nasibnya. Mendengar itu Yana menarik nafasnya, terlihat wajah Yana bingung, kepalanya pusing memikirkan masalah Sekar itu.

"Ada ada aja kamu bikin masalah! Pantes beberapa minggu belakangan sikapmu aneh aneh dan sering muntah muntah, gak taunya hamil."

"Ya Sudah, biar mama yang urus dan nyelesaikan masalahmu ini." Ujar Yana meninggalkan Sekar sendiri dikamarnya yang menangis semakin sedih dan jiwanya tertekan.

   Selama 2 bulan lebih di Jakarta, Akhirnya Randi menemukan kembali pekerjaannya yang dulu.

Tampak Randi sedang syuting web series di lokasi syuting, Randi bekerja dengan serius dan santai.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Randi semakin sibuk menyutradarai web seriesnya, Serial yang ditayangkan online itu cukup sukses dan berhasil di garap Randi, hingga akhirnya Pak Ramesh Singh memutuskan untuk terus memperpanjang web series nya. Pak Ramesh Singh terlihat puas dengan hasil kerja Randi.

Beberapa bulan kemudian, Arya menemui Yana , Arya baru bisa menemui Yana karena baru kembali dari bandung sehabis melihat ibunya sakit stroke dan harus merawatnya karena keluarga yang lain belum bisa datang untuk menjaga dan merawat.

Yana menatap tajam mata Arya yang duduk dihadapannya. Mereka berada diruang tamu lantai atas yang berada dekat kamar Sekar.

"Tante sudah sabar nunggu kamu lama karena alasan menjaga dan merawat ibumu yang stroke, sekarang, tante cuma minta kamu jujur dan bertanggung jawab pada Sekar." Ujar Yana.

"Tanggung jawab dalam hal apa tante ?" Tanya Randi bingung.

"Sekar hamil, dan itu anakmu, jadi kamu harus menikahinya." Jelas Yana pada Arya.

"See..Sekar hamil tante ..?" Tanya Arya kaget.

"Iya, itu karena ulahmu kan? Saya gak mau nama baik keluarga saya tercoreng kalo semua orang tau Sekar hamil, apalagi perutnya semakin membesar, jadi kamu harus menikahinya secepatnya." Ujar Yana.

"Saya tidak pernah menghamili Sekar Tante." Ujar Arya.

"Demi Allah saya gak bisa jalan, Selama saya pacaran dengan Sekar, saya gak pernah menyentuhnya, apalagi berhubungan intim, saya tau batasan saya Tante." Jelas Arya pada Yana.

"Jangan bohong kamu, saya bisa masalahin hal ini nanti." Ancam Yana pada Arya.

"Silahkan saja tante, saya siap, karena saya memang gak pernah melakukan hal itu !"

"Tes DNA pun nanti saya siap." Ujar Arya menjawab perkataan Yana. Yana terdiam menatap Arya, dia menghela nafasnya. Sekar berdiri didepan pintu kamarnya.

"Arya gak salah Ma, dia gak melakukan apa apa ke Sekar." Jawab Sekar lemah.

"Jadi siapaa???" Ujar Yana panik.

"Mama bingung kalo begini Sekar, harus gimana ?" Ujar Yana.

Lantas Yana terdiam sejenak, menatap Arya yang tertunduk melirik Sekar.

Ada kekecewaan dihati Arya pada Sekar karena mengetahui Sekar hamil. Dia melihat perut sekar yang membesar.

"Arya cinta dan sayang pada Sekarkan?" Tanya Yana pada Arya.

"Iya tante, saya cinta dan sayang sama Sekar." Jawab Arya.

"Kalo begitu, kamu mau kan bertanggung jawab menjadi suami Sekar dan bapak untuk bayinya ?" Ujar Yana menatap lekat pada Arya.

Arya kaget, dia bingung harus bagaimana, Arya terdiam berfikir.

"Bagaimana Arya ? kamu mau kan?" Tanya Yana lagi pada Arya.

Arya menarik nafasnya berat, berusaha memberanikan diri untuk tegar.

"Maafkan saya tante, Sekar, Saya gak bisa menerima permintaan tante." Ujar Arya.

Mendengar itu Yana kaget, sementara Sekar menangis sedih.

"Maaf Tante, saya memang cinta dan sayang sama Sekar, tapi, Saya gak bisa membohongi diri saya sendiri dan orang tua saya. Saya gak sanggup mengatakan kebohongan pada orang tua saya untuk menikah karena Sekar hamil dan bayi itu bukan darah daging saya." Ujar Arya menghela nafas.

"Saya gak mau orang tua saya berfikir buruk pada saya karena masalah ini, maafkan saya."

"Semoga tante dan Sekar memahami posisi saya. Terima kasih selama ini udah nerima Arya disini." Ujar Arya.

Mendengar itu Yana terduduk lesu di kursi bambu yang ada diruangan itu.

"Saya pamit tante, Sekar, semoga mendapatkan yang terbaik buat Sekar, sekali lagi, maafin saya." Pamit Arya meninggalkan Yana dan Sekar yang terduduk didepan pintu menangis tersedu sedu, sementara Yana terduduk diam dan lemah tak berdaya.

  Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Randi semakin mencapai kesuksesannya dalam pekerjaannya.

Randi mengendarai mobil sedan barunya, bonus mobil yang didapatnya dari bosnya.

Pak Ramesh Singh memang menjanjikan Randi untuk membelikannya Mobil untuk kendaraan Randi.

Dulu pun waktu Randi bekerja di rumah produksi pak Ramesh Singh, Randi diberikan Mobil untuk aktifitasnya sehari hari.

Randi membelokkan mobilnya dan berhenti di depan rumahnya, Randi membuka pintu garasi rumahnya.

Randi sudah pindah Rumah, Rumah itu lebih baik dan lebih bagus dari rumah yang di sewanya.

Walau masih kredit, tapi paling tidak Randi sedikit demi sedikit sudah mulai menemukan kembali kesuksesannya.

Randi keluar dari mobilnya, menutup pintu garasi, lalu Randi melangkah masuk kedalam rumahnya, menutup pintu rumah lalu menghempaskan tubuhnya di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.

Kucing kucingnya menyambut kedatangan Randi, kucing kucing itu berlari dan mendekati Randi, naik ke tubuh Randi dan duduk diperut Randi minta dielus manja. Randi tersenyum pada kucing kucingnya, mengelusnya penuh kasih sayang.

   Yana menatap sedih kedalam ruangan Isolasi, dari kaca luar ruangan, Yana memandang ke arah Sekar yang duduk di sebuah ranjang didalam ruang isolasi, Sekar terdiam tampak wajahnya kosong.

Sudah 1 tahun lebih berlalu, Sekar berada di rumah sakit jiwa , Yana tidak ada pilihan lain selain memasukkan Sekar ke rumah sakit jiwa karena kondisi Sekar yang dari hari ke hari semakin memprihatinkan.

Yana menangis sedih melihat nasib anaknya itu. Yana teringat pada waktu yang lalu tentang Sekar.

Saat Masa Lalu, 1 tahun yang Lalu.

   Tampak Sekar berjalan gontai naik ke sebuh kursi yang ada didalam kamarnya, seutas tali tampak menggantung.

Sekar meraih Tali itu, memasukkan lingkaran tali ke lehernya, tepat saat itu Dewi, Adiknya yang memang biasa masuk nyelonong ke kamarnya kaget.

"Mbaaak..." Dewi kaget histeris melihat itu.

"Maaa....Mamaaaa...toloongiiiin mbak Sekaaar." Teriak Dewi, Sekar mendorong kursi hingga jatuh, dan Sekar sudah tergantung ditali.

Sekar hendak bunuh diri.

Mendengar teriakan Dewi, Yana lari tergopoh gopoh bersama Herry, pacarnya yang memang saat itu sedang ada di rumah.

"Sekaaaarrrr..." Teriak Yana memegangi tubuh Sekar yang bergelayut pada tali diatas plafon kamarnya.

"Toloongiiin Maaass." Teriak Yana pada Herry.

Herry lalu meraih kursi dan naik keatas kursi, mengangkat tubuh Sekar dan melepaskan tali yang mengikat leher Sekar.

Sekar tampak terkulai lemah.

"Sekaaar, Sekaaar, bangun nak, banguunnn..." Ujar Yana menepuk nepuk pipi Sekar yang pingsan.

"Gimana ini Maas??" Ujar Yana pada Herry.

"Kamu tenang dulu, kita bawa ke rumah sakit." Herry lalu menggotong tubuh Sekar dan segera melarikan Sekar ke rumah Sakit.

Di ruang rawat tampak Sekar sedang terbaring lemah tak berdaya. Dia di rawat beberapa hari di rumah sakit.

   Suatu hari , Setelah kejadian gantung diri Sekar yang gagal dilakukannya. Dikamar mandi lantai atas tampak Sekar terbaring dilantai kamar mandi dengan pergelangan tangannya mengeluarkan darah. Sekar mencoba memotong urat nadinya untuk bunuh diri.

Yana menemui Sekar, lantas berlari keluar rumah minta tolong pada warga sekitar rumahnya, warga berlari menolong Sekar dan membawanya segera kerumah sakit. Sekali lagi nyawa Sekar Selamat.

Kembali ke Masa Sekarang.

   Yana menghapus air matanya, menatap Sekar yang diam dengan tatapan kosong, tak menyadari apa yang ada disekitar dirinya. Yana menghela nafasnya, air mata kembali menetes dipipinya.

"Maafin mama nak.." Ujar Yana pada Sekar. Yana pun  teringat saat Sekar melahirkan bayinya.

"Saya titipkan bayi ini ke panti asuhan ini karena ibunya tidak bisa merawatnya bu."

"Karena bayi ini, anak saya terganggu kejiwaannya, jadi dengan berat hati saya menitipkan bayi ini di sini agar dirawat, karena saya tidak bisa merawatnya." Ujar Yana pada Ibu Pengasuh panti asuhan.

"Baik bu, kami akan merawat bayi ini sebaik mungkin hingga nanti mendapatkan orang tua asuh yang bersedia mengadopsinya sebagai anak." Jelas Ibu Pengasuh pada Yana.

"Iya bu, terima kasih. Saya pamit dulu." Ujar Yana pada Ibu Pengasuh panti Asuhan.

Yana pergi di iringin pandangan Ibu pengasuh yang menatap kepergian Yana, lalu Ibu Pengasuh mencium bayi itu dengan penuh kasih sayang.

Kembali Ke Masa Sekarang.

"Semoga kamu kuat anakku, bisa kembali seperti dulu." Ujar Yana pada Sekar yang masih terdiam duduk diranjang ruang isolasinya.

"Maafin mama, mama tinggal pulang dulu ya, besok besok mama pasti datang liat Sekar lagi." Ujar Yana pada Sekar, Yana menangis sedih sekali, lalu dengan langkah berat, Yana pergi meninggalkan ruangan itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status