Home / Fantasi / Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua / Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham

Share

Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham

last update Huling Na-update: 2021-11-09 15:00:39

Jangan Larang Aku Menikah!

Part 06: Ahmad Bingung Tanam Saham

"Astagfirulloh! Segitunya kah ibu kepada aku dan bapak!" ucap Winda terkejut sehingga vas bunga yang ada di sudut ruang tamu luruh ke lantai karena tersenggolnya.

"Astagfirullah! Kenapa vas bunga bisa tersenggol dan pakai jatuh segala lagi," ucap Winda sambil menepuk jidat.

Bu Nadya melangkah menuju asal suara itu. Winda beranjak pergi agar tidak ketahuan menguping pembicaraan kedua orangtuanya.

"Mau lari ke mana kamu, Winda?" ucap Bu Nadya menghalangi langkahnya.

Langkah kakinya terhenti. Dia berdiri gemetar dan matanya sengaja dipejamkan untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya.

"Mampuslah, Aku. Bisa kena marah sepuluh ayat ini karena ketahuan menguping," ucapnya lirih.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Bu Nadya dengan mata menyalang dan wajah memerah.

"Ti-tidak ada, Bu. Tadi aku mau ke luar mencari angin ...." jawabanya tidak tertata rapi dan terbata-bata.

Winda mencoba berbohong, seumur hidup baru kali ini dia berbohong kepada ibunya.

"Pergi masuk ke dalam kamar! Tidak ada cari angin segala."

Winda langsung mengikuti perintah ibunya. Baru beberapa langkah, tiba-tiba ibu memanggilnya.

"Wi-Winda," panggil Bu Nadya dengan nada terbata.

Bu Nadya memegang dadanya yang sesak. Penyakitnya kambuh lagi di waktu yang tidak tepat.

Winda mencoba melihat ke belakang, ternyata asma ibunya kambuh lagi.

"Ibu ...."

Winda berlari menghampiri Bu Nadya. Sebenci apapun dirinya kepada ibunya, dia sangat menyayanginya.

"Ada apa Winda?" tanya Pak Zainuddin dari teras rumah. Ia berlari menghampiri Winda juga istrinya.

"Asma-nya ibu kumat, Pak," ucap Winda dengan raut wajah panik.

Pak Zainuddin mengendong istrinya ke dalam kamar. Sesampainya di dalam, Winda memberikan obat asma kepada ibunya. Tidak berapa lama, Bu Nadya sembuh.

****

Pagi telah menyapa, Winda duduk di teras rumah sambil menikmati betapa indahnya kabut awan menyelimuti ranting pohon.

"Assalamualaikum," ucap seseorang di depan rumah.

Suara itu membuyarkan lamunannya. Winda mencoba bangkit dan mengarahkan netraya ke asal suara itu.

"Waalaikumsalam. Bang Ahmad," ucapnya dengan grogi.

Bu Nadya pasti marah kalau Ahmad datang berkunjung ke rumah. Apalagi dia dari keluarga menengah ke bawah kalau dilihat dari latar belakang ekonomi.

Padahal Ahmad seorang pemuda berwibawa, bertanggungjawab, paham ilmu agama. Masalahnya pekerjaan dia hanya seorang pedagang bakso keliling dari kampung sebelah ke kampung lain.

Karena latar belakang yang tidak sesuai dengan kriteria Bu Nadya, cintanya dengan Winda selalu tidak mendapat restu. Bahkan sumpah serapah keluar dari mulut ibu calon mertuanya.

"Apa kabar, Win?" sapa Ahmad sambil berjalan menghampirinya.

Dia berjalan terus tanpa henti, sesampainya di dekat Winda. Ahmad menarik bangku dan melandingkan bobotnya di atas kursi.

"Kabarku baik, Bang. Abang bagaimana kabarnya?" tanya Winda sambil menangkupkan kedua tangan di dada. Beliau tidak mau bersentuhan dengan wanita yang tidak mahram.

Ahmad menghembuskan napas, lalu berkata, "Maksud kedatangan abang ke mari mau ...."

Ahmad menjeda ucapannya. Tiba-tiba, matanya tertuju pada Bu Nadya yang berdiri di depan pintu.

"Sudah berulang kali ibu katakan jangan pernah mendekati Winda. Apalagi berharap untuk menyuntingnya. Kalau kamu sanggup memberi mahar lima ratus juta dan memberi uang bulanan kepada ibu sepuluh juta, langsung kurestui hubungan kalian sekarang juga."

Baru saja Ahmad melandingkan bobotnya di atas kursi. Sudah mendapat ucapan yang tidak sedap di dengar telinga dari Bu Nadya. Dia menelan saliva dan mengusap kasar wajahnya.

"Bukankah mahar seorang calon istri tidak boleh dipersulit, Bu? Lantas kenapa ibu selalu mempersulit calon suamiku," ucap Winda mencoba membela Ahmad.

Wajah Bu Nadya memerah akibat mendengar pembelaan Winda kepada Ahmad.

"Oh, sekarang kamu sudah berani membela, dia! hah! Sekarang kamu masuk ke dalam rumah, cepat!"

Bu Nadya merah padam tidak seperti biasanya. Napasnya berpacu dengan darahnya yang mengalir.

"Berhenti saja kamu di situ, Winda!" 

Tiba-tiba, Pak Zainuddin datang dari dalam rumah. Dia menghampiri kami di teras rumah sembari memegang amplop.

"Bapak! Jangan ikut campur urusan perempuan."

Bu Nadya kembali marah mendengar pembelaan suaminya kepada Winda.

"Ahmad, jika kamu memang serius mau menghalalkan putri bapak. Maka pergilah bawa dia dari kampung ini! Masalah restu seorang ibu, jangan khawatir. Silahkan pergi sekarang juga."

Suasana hening seketika, Ahmad tidak percaya perkataan Pak Zainuddin baru saja didengar. Wajahnya kaku dan tidak tahu mau berkata apa.

"Ambillah amplop ini. Dengan bekal uang yang tidak seberapa ini. Semoga bisa memulai hidup baru di rantau orang."

Bu Nadya bergeming, matanya membelalak mau keluar dari tempatnya. Sementara Winda terharu mendengar ucapan bapaknya, sehingga air matanya luruh dengan cepat.

"Bapak! Berani sekali kamu memberi izin kepada pria yang tak punya apa-apa. Mau makan apa nanti, Winda, Pak?"

Tiba-tiba asma Bu Nadya kambuh. Matanya tertutup dan sakit yang ia rasakan tidak seperti biasanya.

"Wi-Winda," ucap Bu Nadya terbata-bata. Tangan sebelah kiri memegang dadanya dan tangan kanan meraih tubuh Winda. Sakit yang dirasakan kali ini sungguh tak tertahankan, sehingga Bu Nadya jatuh tersungkur ke lantai.

"Pergilah Ahmad! Bawa Winda sekarang juga. Jangan hiraukan restu juga keadaan ibu. Cukup restu dari aku saja sudah bakalan sah dan bisa kalian menjadi suami istri."

Winda dan Ahmad mematung, tidak tahu mau berbuat apa. Satu sisi kondisi seperti ini kesempatan emas bagi mereka. Disisi lain, Winda tidak tega meninggalkan ibunya dalan kondisi seperti ini.

"Tapi, Pak ...."

Winda tidak sanggup melanjutkan pembicaraannya. Tenggorokannya rasanya tercekat pada saat ini.

"Tapi, apa lagi, Winda," balas Pak Zainuddin.

Suasana di teras rumah semakin panas. Pak Zainuddin sibuk menangani istrinya yang jatuh sakit. Winda dan Ahmad bingung antara pergi atau tidak.

"Jangan banyak pertimbangan. Jika kalian saling mencintai, maka ikuti saja apa kataku. Jalan ini lebih baik daripada kamu tanam saham duluan."

Wajah Ahmad berubah seketika setelah mendengar perkataan Pak Zainuddin.

"Maksud Bapak tanam saham bagaimana?"

Dia tidak mengerti sama sekali. Winda, tolong jelaskan apa yang dikatakan, bapak!" paksa Ahmad.

Winda pergi melangkah meninggalkan Ahmad. Ia tidak menghiraukan perkataan Ahmad sama sekali.

Sesampainya di kamar, Winda mencari obat asma milik ibunya. Tidak butuh waktu lama, ia datang membawa botol obat itu dan langsung memberikannya kepada Pak Zainuddin.

"Ini obatnya, Pak."

"Terima kasih banyak, Winda. Sekarang silahkan kalian pergi. Jangan membuang-buang waktu yang ada."

Pak Zainuddin meletakkan botol obat itu ke hidung istrinya.

"Sebelum ibumu sadar, cepat kalian pergi! Bapak tidak ada maksud mengusir kalian berdua dari sini."

Mereka berdua masih bingung. Pilihan yang sangat berat untuk ditentukan. Keadaan mereka berdua laksana memakan buah simalakama.

"Bang. Ayo Buktikan kalau Abang benar-benar serius dan ingin menjadi kan aku sebagai ibu dari anakmu!"

"Bu-bukannya aku tidak mau, tapi ...."

Bersambung ....

Next?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26E

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUBaru saja Ahmad mengancam dokter gadungan itu, malah dia langsung kabur."Argh ... Sial! Licik sekali dia."Ahmad berlari mengejar dokter tersebut. Namun, tidak dapat. Dia ketinggalan jejak akibat kakinya terpeleset dan dia hampir jatuh."Ahmad ... Ahmad .... Kamu kira bisa melawanku," ucap Bu Nadya.Bu Nadya mengukir senyum dan dia merasa senang misinya berhasil."Kenapa ibu senyam-senyum?" tanya dokter.Bu Nadya lupa kalau di sampingnya masih ada dokter yang sesungguhnya."Ti-tidak apa-apa. Aku cuma heran saja melihat tingkah Ahmad, Dok," balas Bu Nadya.Dokter heran kenapa Bu Nadya senyam-senyum. Seketika otaknya berpikir untuk mengancam Bu Nadya."Kalau hasil rekaman CCTV berhasil kami putar. Dengan hasil rekaman itu kami bisa mengetahui identitas dokter gadungan itu, maka semuanya bakalan terbongkar siapa dala

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUDi ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya."Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan."Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali.Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya."Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda.Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu."Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin.Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26D

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Di ujung lorong rumah sakit, Bu Nadya mengkode dokter itu agar tidak mengaku kalau dia adalah suruhannya. "Sa-saya ...." ucap dokter tidak beraturan. "Cepat jawab! Kau itu dokter apaan?" amuk Winda. Emosinya sudah tidak terkontrol sama sekali. Winda menarik baju dinas dokter itu. Sesekali ia memukul dada bidangnya. "Winda, nggak usah buang-buang tenaga kepada orang yang nggak bermanfaat. Pokoknya, bapak sudah selamat dari marabahaya," ujar Tante Lusy sembari mengelus pundak Winda. Winda melepaskan baju dokter itu. Tidak ada satu orang yang mengenal dokter gadungan itu. "Silahkan masuk ke dalam jika mau membesuk bapak! Saya permisi," ucap dokter yang bertugas menyelamatkan Pak Zainuddin. Winda dan Tante Lusy masuk ke dalam ruangan. Sementara dokter gadungan itu menunduk malu dan ada rasa takut kalau dirinya ketahuan dokter gadungan.

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26C

    Jangan Larang Aku Menikah!Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICUSuara pintu ruangan ICU terbuka. Winda, Ahmad dan Tante Lusy menatap ke arah pintu. Memastikan siapa yang keluar dari dalam."Maaf, permisi mengganggu waktunya."Salah satu petugas keluar dari dalam ruangan ICU."Bagaimana perkembangan keadaan bapakku, Dok?" tanya Winda serak.Air matanya mengalir kembali setelah beberapa menit surut."Mohon maaf, saya pribadi dan perwakilan dari petugas tim medis mohon maaf kalau pasien tidak bisa diselamatkan. Karena racun yang ada didalam tubuh beliau sangat parah.""Maksudnya, Dok?!" tanya Tante Lusy.Winda semakin terisak, ia tidak menyangka bapaknya akan pergi selamanya. Padahal, ia belum menunaikan janjinya kepada Pak Zainuddin memberikan cucu."Aku minta tolong, Dok. Lakukan yang terbaik buat bapak. Aku tidak mau kehilangan bapakku, Dok," ucap Winda panik.Air matanya jatuh

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26B

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU "Kabar bapak masih belum ada, Tan. Kita masih menunggu informasi dari dokter. Sampai sekarang belum ada sama sekali dokter dan petugas lainnya keluar dari dalam ruangan," jelas Winda dengan nada sedih. Netranya berembun, Winda tidak sanggup menahan air matanya yang terus meronta. Akhirnya jatuh juga tanpa pamit. "Kita berdoa saja, Win! Semoga Allah memberikan kesehatan kepada bapak juga kepada kita semua." Tante Lusy memeluk Winda. Dia memberi support kepada Winda agar kuat dalam menghadapi cobaan yang datang silih berganti. "Te-terima kasih, Tan." Winda tidak tahu lagi harus bagaimana. Deru bercampur haru. Bu Nadya yang melahirkannya saja rasanya seperti orang lain. Tidak sedikitpun menyayanginya. Apalagi memberi kasih sayang kepada Winda. "Win! Kamu nggak boleh sedih dan lemah! Semua pasti bisa kamu lewati. Jangan putus asa. Ok!" nasehat Ta

  • Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua   Part 26A

    Jangan Larang Aku Menikah! Part 26: Pak Zainuddin Masuk ICU Tidak ada sama sekali Om Parto dan Bu Nadya menjawab. "Ok! Semua bukti sudah aku rekam. Aku tidak boleh lengah atas kejadian ini." Tante Lusy membiarkan Om Parto dan Bu Nadya pergi sesuka hati. Dia fokus pada inti permasalahan makanan yang dia pesan di katering tempat langganannya. Langkah demi langkah Tante Lusy ayunkan kakinya. Dia tidak peduli kepada pengunjung lain yang sedang melintas di setiap lorong rumah sakit. 'Lihat saja nanti siapa yang bakalan menang dalam permainan ini?' ucap Tante Lusy dalam hati sambil berjalan. Sesampainya di depan pintu kamar Winda, Tante Lusy memegang gagang pintu dan membukanya. 'Ceklek' Tante Lusy membuka pintu kamar Winda. Lalu dia masuk ke dalam. "Lah! Kemana mereka pergi? Perasaanku tadi mereka ada di ruangan ini." Tante Lusy merogoh ponsel miliknya di dalam ta

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status