Di keluarga Adiwara, Khahitna yang berwajah dingin dan beringas itu mendekati ayahnya juga Alex yang mirip penjaga pintu. Tidak ada ekspresi di wajahnya, kecuali kemarahan yang begitu dalam hingga Alex tanpa sadar menunduk dan mundur dua langkah. Alex cukup membuat ratusan penjahat mundur, tetapi Khahitna mampu menyaingi iblis. Wanita itu sangat menakutkan, ah! "Kau datang? Kau berani datang setelah membiarkan suamimu hampir dimangsa? Khahitna, kau—""Minggir!" Khahitna langsung memotong kata-kata ayahnya seolah-olah telah puas. Tuan Adiwara sangat marah sampai menginjak-injak tanah, lalu menunjuk wajah menyebalkan putrinya itu. "Khahitna, kau ini seorang wanita, ah! Bagaimana kau bisa seperti batu? Ayah tahu kau becus menjadi istri. Haruskah aku menyekolahkanmu di sekolah khusus? Kau—""Aku ingin masuk." Sekali lagi, Khahitna menghentikan ocehan ayahnya. "Khahitna, kau batu!" Tuan Adiwara sangat kesan, tetapi kemudian melunak sambil berkata, "Alex, beri dia jalan." Alex sudah s
Dokter keluarga belum datang dan butuh waktu setengah jam untuk tiba. Tuan Adiwara keluar dari kamar menantunya dengan cemas. Alex menunggu di luar dan melihat sang tuan yang seperti ingin meruntuhkan dunia. "Tuan, tenanglah. Dokter akan segera tiba." Alex bicara karena tidak bisa melihat tuannya cemas. "Bagaimana aku bisa tenang jika menantuku dalam keadaan seperti itu? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi kepadanya? Apakah kau tidak tahu betapa sulitnya mencari menantu yang sesuai sekarang? Aku butuh waktu 29 tahun untuk melihat Khahitna menikah, kau tahu!" Tuan Adiwara memarahi pengawalnya itu. "Bagaimana wanita itu? Sudahkah kau memberinya pelajaran? Aku tidak mau tahu. Aku ingin melihatnya menangis besok!" Adiwara memukul-mukul tangannya sendiri dengan harapan itu bisa menjadi Angel agar dia bisa menghabisinya. "Tenang saja, Tuan. Saya sudah mengurusnya. Besok, kita akan melihat berita itu. Saya pastilah, Angel Seremon tidak akan lolos." Alex meyakinkan dan memang sepert
Rafael bukan hanya pria pilihan Khahitna, tetapi juga pilihan Tuan dan Nyonya Adiwara. Bahkan jika dia bisa menaklukkan Khahitna, keluarga raksasa itu masih akan memilih Rafael daripada dirinya. Sungguh, inilah fakta paling menyakitkan yang pernah dia terima seumur hidup. Rafael tidak sadarkan diri sekarang. Alex memimpin bawahan menuju kediaman utama keluarga Adiwara. Perjalanan terlalu jauh ke rumah Nyonya Muda. Jadi, dia hanya bisa menghubungi Albert dan memberitahunya bahwa dia secara pribadi membuat keputusan. Khahitna tidak keberatan. Namun, pada malam itu, dia juga keluar dari rumah dan memacu kecepatan menuju kediaman utama. Dia tidak peduli dingin malam. Yang ada dalam pikirannya sekarang adalah Rafael. Tidak ada yang lain. "Nyonya, pakailah ini." Albert menyerahkan jaket bulu hangat kepada Khahitna. "Tidak perlu." Khahitna pergi tanpa peduli diri sendiri. Albert mendesah pelan. "Kalau sudah cinta, jangankan dingin malam, lautan api pasti akan diseberangi demi sang kekas
Lorong ini remang-remang. Lampu dipasang disesuaikan dengan kondisi. Tidak begitu terang karena dikhususkan untuk istirahat juga urusan lebih pribadi. Namun, Angel masih bisa melihat profil Arnold dengan jelas. Tampan, kejam, dingin, dan membawa aura penguasa yang mendominasi dan menindas. Dengan kehadiran Arnold yang muncul tiba-tiba di sini, entah telah melihat atau belum, Angel tidak berani bertindak gegabah. Dia hanya penuh pertanyaan, bagaimana Arnold bisa berada di sini? Mengacaukan rencananya? "Kau menyerangku? Arnold, apa maksudmu mengacau?" Angel berdiri dan berhadapan dengan Arnold tanpa ketakutan lagi. "Kau masih bertanya apa maksudku? Ketika aku melihat seorang j@l@ng mencoba melecehkan seseorang, apakah aku harus diam? Maafkan aku, Nona Angel, tetapi perbuatanmu sungguh tidak terpuji. Tidak heran jika kau ditolak olehnya." Arnold menjawab. "Ini bukan urusanmu. Pergi atau aku akan memerintahkan pihak restoran mengusirmu! Kau harus tahu bahwa aku telah mengobarkan sete
Arnold terdiam dan berpikir bahwa permintaan ini sungguh di luar dugaannya dan dia tidak yakin ingin melakukannya. Apa yang dipikirkan Khahitna? Dia tidak bisa memahaminya. Apakah Khahitna sedang khawatir kepada Rafael? Itu bukan tipe Khahitna sama sekali. Dia kenal Khahitna. Wanita itu tidak akan khawatir dengan orang selama tidak menyangkut hidupnya sendiri. Jadi, apakah Rafael menyangkut hidup Khahitna sekarang? Bagaimana dengannya? Arnold tertawa hampa. "Apakah kau menyukai pria itu sekarang?" Arnold pernah menanyakan pertanyaan ini sebelumnya dan dia mengulanginya lagi. Khahitna diam, tetapi beberapa saat kemudian, dia menjawab, "Ya! Aku menyukainya sekarang." "Apakah tidak ada sisa untukku? Aku juga mencintaimu. Bagaimana denganku?" Arnold mengepalkan tangan ketika mengungkap perasaannya setelah ditampar oleh fakta mengejutkan: Khahitna menyukai Rafael. "Aku minta maaf, Arnold. Tetapi, aku hanya memiliki satu hati yang bisa diisi oleh satu orang. Ruang di hatiku telah ditemp
Sudah hampir jam 12 malam, tetapi Rafael masih belum kembali. Khahitna menyelesaikan pekerjaannya dan pergi ke teras rumah raksasanya yang hanya dihuni 3 orang. Dia mondar-mandir, melihat ke jalan dengan harapan mobil Rafael segera muncul. Firasatnya buruk sekarang. Dia sedikit khawatir jika pria itu mengalami masalah. "Albert, apakah orang-orangmu masih menemukan Rafael?" Khahitna bertanya kepada Albert yang muncul di belakangnya. "Maafkan saya, Nyonya Muda. Akan tetapi, restoran yang telah dipesan itu tidak mengizinkan siapapun masuk ke ruang pertemuan Tuan. Orang-orangku tidak bisa masuk." Albert menjawab. "Berikan aku rincian situasinya." Suara wanita anggun berambut pirang itu menjadi sedingin es. "Baik!" Albert membungkuk sopan. "Tuan dan rekan kerjanya bertemu di lantai lima restoran. Di lantai lima, mereka memesan tempat di ruangan terpisah. Karena ini ruangan yang dipesan secara khusus, orang-orangku tidak bisa menerobos masuk begitu saja tanpa izin. Jadi, saya hanya meme