Masuk"Hei, apa-apaan kamu? Siapa kamu?" teriak gadis yang sedang di tarik tiba-tiba oleh orang tidak di kenal begitu dia memasuki sebuah cafe. "Pleaseee, sebentar aja. Tolong bantuin aku sebentar ya Dek. Sepuluh menit, Lima menit, nggak ... nggak, dua menit," ujar pria muda yang menarik lengannya dengan wajah memelas. "Aku sedang terdesak dan tidak tahu harus minta tolong siapa lagi, tolong ya, Dek," ujar pria itu lagi karena dia di pelototin oleh gadis muda yang sembarang dia tarik. Karena tak kunjung di jawab, dengan keberanian yang datang entah dari mana, dia mendekat dan berbisik mengatakan maaf. Tangannya membelai rambut gadis itu dan mendekatkan bibirnya ke puncak kepala itu dan menciumnya. Entah apa tujuannya, tapi dia terlihat seolah-olah sedang memberi kekuatan pada gadis yang sedang di landa kebingungan itu. "Apa yang k--?" "Sttt, tolong berpura-puralah jadi kekasihku. Aku akan membalasnya dengan apapun yang kamu minta setelah ini. Aku lagi di awasi, sorry ya udah lancang pegang kepala kamu," jawab pria itu dengan nada penuh permohonan dan suaranya sangat halus dan terdengar tulus saat meminta maaf. "Lancang bangat malah," gumam gadis itu setelah mengingat bahwa selain di pegang dan di elus, kepalanya juga di cium. Dan sekarang, tangannya di gandeng tanpa permisi dengan begitu erat karena si pria juga khawatir gadis random yang di seretnya kabur tiba-tiba sebelum acara inti dari pencomotan random ini di mulai. "Sorry, nama kamu siapa, Dek?" "Ella!" "Tian, Sebastian," jawab pria itu nyaris berbisik walau gadis bernama Ella itu tidak menanyakan balik namanya. Pintu VIP di dorong dan Ella langsung berkeringat dingin begitu melihat beberapa orang sedang duduk melingkar di sebuah meja perjamuan yang cukup luas. Pria dan wanita, tua dan muda, semua mata menatap pada mereka yang baru saja menapakkan kaki di ambang pintu. "Mami, ini Ella. Pacar Tian."
Lihat lebih banyakBraaaaak
Suara pintu di banting menyita perhatian pasangan paruh baya yang sedang duduk santai sembari menonton televisi, kemudian seorang gadis mungil berlari sembari menangis. Gadis itu bernama Ella, putri sulung dari keluarga Reynold.
Ella langsung menubruk papanya yang langsung berdiri ketika melihat putrinya itu berlari.
"Pa, Ella mau batalin pernikahan. Ella nggak mau nikah sama Jere. No..." ujarnya sembari menangis tersedu-sedu di dalam pelukan papanya.
Pasangan orang tuanya mengerutkan kening karena sejauh ini tidak ada masalah kecuali komunikasi yang berkurang menjelang pernikahan. Hanya itu keluhan putri mereka namun mereka berhasil menyakinkan bahwa itu ujian bagi pasangan saat menyiapkan pernikahan.
Apakah hanya karena komunikasi yang kurang sampai membatalkan pernikahan?
Hey! Jangan kekanakan.
Pernikahannya dua hari lagi loh, semua sudah siap bahkan venue sudah mulai di dekor hari ini.
"Ka, kamu kenapa? Kalau bercanda jangan main-mainlah," ujar mamanya -Cecil- yang sempat berpikir bahwa anak gadisnya ini sedang sensitif dan kekanakan.
Semasa muda, dia juga pernah mengalami hal ini. Perubahan emosi yang drastis dan pikiran yang plin plan.
"Ella nggak lagi bercanda Mamaaaa, Ella nggak mau nikah lagi sama dia. Dia tukang selingkuh. Ella barusan mergokin dia lagi tidur sama perempuan lain di kantornya," ujar Ella membuat orang tuanya saling pandang. Lalu papanya -Juan- menggenggam kedua bahu Ella dan mendorong putrinya itu dengan pelan agar melepas pelukan.
Dengan nada tegas namun lembut Juan berkata, "Ulangi apa yang kakak bilang barusan."
Ella sesenggukan dan dia menatap papa mamanya sejenak, "Ella serius. Ella nggak bohong. Makanya Ella mau batalin pernikahan ini."
"Lebih jelas kakak!"
Itu adalah suara mamanya karena memang wanita itu tidak suka hal bertele-tele.
"Kami janjian mau lihat dekor Venue hari ini. Ella telpon telpon nggak di jawab akhirnya Ella pergi ke kantornya. Terus Ella lihat dia---"
Ella tidak sanggup mengatakannya justru tangisnya yang semakin kencang. Terdengar sangat pilu menyayat kalbu bagi siapa pun yang mendnegarnya.
"Bercin-ta maksudmu?" sambung Cecil lalu Ella mengangguk membuat kedua orang tua itu menarik nafas dalam-dalam.
"Hahaha, Jere kurang ajar," ujar Cecil dengan tawa hambar. Guratan kemarahan sudah muncul di wajahnya, tangannya mengepal dan giginya merapat. "Mama setuju, pernikahan batal," putusnya dengan tegas.
Lalu dia menatap suaminya, "Pa.."
Tanpa mengutarakan kalimat di otaknya, Juan langsung mengangguk dan mengambil ponselnya.
Pria itu menghubungi seseorang yang sudah sejak lama bekerja padanya. Sementara Cecil, dia duduk sambil memeluk putrinya yang masih saja menangis. Mengelus punggung putrinya itu sembari menenangkan dan berkata semua akan di bereskan dengan cepat.
"Xander, apa kamu tahu sesuatu tentang Jeremia calon menantuku?" tanya Juan usai sambungan teleponnya di jawab.
"Tidak, perlu kucari tahu?"
"Ya, tolong segera. Aku akan kirimkan nama alamat kantornya, pergilah kesana dan cari tahu apa yang sedang dia lakukan hari ini."
Juan memutus panggilan lalu duduk di sofa lain dan melihat istrinya yang sedang menenangkan putri mereka.
Dalam diam, dia mengingat semua pertemuan dengan Jere dan tidak ada yang mencurigakan. Pria itu manis dan sopan dan sangat menyayangi Ella. Bahkan dialah yang mengajukan pernikahan dan meyakinkan Ella karena sempat menolak mengingat usianya yang masih dua puluh tujuh tahun.
Jere juga bukanlah pria yang baru mereka kenal karena berpacaran dengan Ella. Jere merupakan anak dari kenalan lama Cecil dan dua keluarga sering bertemu hanya untuk lepas kangen.
"Kita terlalu percaya padanya," gumamnya.
Karena hubungan Ella dan Jere bukanlah paksaan orang tua atau perjodohan yang rancang melainkan mereka sendiri yang memang jatuh cinta dan sepakat pacaran bahkan dulu masih merasahasiakan hubungan mereka dari para orang tua. Karena itu, Juan dan Cecil tidak pernah menaruh rasa curiga dan tidak mencari tahu kebiasaan Jere di luar sana.
"Apa Jere tahu kamu ke kantornya tadi?"
Ella mengangguk di pelukan mamanya, "Dia bahkan berteriak saat melihatku di pintu," ujar Ella membuat Cecil semakin geram dan ingin menghajar Jere saat ini juga.
Dengan segera dia mengambil ponsel dan menghubungi Jansen -orang tua Jere-
Dengan napas memburu dan wajah penuh kemarahan dia menunggu panggilannya di jawab.
Sesekali dia melihat ponselnya yang masih berstatus berdering karena tidak sabar ingin segera melabrak Jansen lewat kata-kata mutiara dari mulutnya.
"Akhirnya Loe jawab juga," ujar Cecil begitu mendengar sapaan dari Jansen.
"Sorry Cil, kami sedang meeting. Lima belas menit lagi aku call balik," jawab Jansen dengan suara berbisik.
"Nggak perlu telepon balik. Gue cuma mau bilang, pernikahan anak kita batal."
Berita yang membuat syok dan pada akhirnya Jansen izin keluar dari ruang meeting sebentar dengan alasan panggilan darurat.
"Apa maksud kamu batal Cil?"
"Tanya sama anak loe yang tukang selingkuh itu."
"Cil, tolong jelaskan. Aku tidak mengerti. Siapa yang selingkuh?"
"Jeremia anakmu ke gap lagi ena-ena sama perempuan lain sama anakku. Maka dari itu, kami sekeluarga sepakat membatalkan pernikahan ini karena ora sudi punya menantu yang suka celap celup lubang sembarangan. Bilang sama anak kamu itu ya, jangan sampai aku melihat batang hidungnya, kalau dia sampai muncul di hadapanku, akan aku ratakan seperti aspal."
"Cil, tu--tung- tunggu Cil. Jangan ambil keputusan dalam keadaan emosi. Aku akan segera datang ke rumahmu dan kita bicarakan dengan baik."
"Nggak perlu. Mulai sekarang, pertemanan kita juga putus."
Usai berkata demikian dan langsung memutus panggilan, Cecil melihat putrinya yang masih menunduk dan sesekali sesenggukan. Dia kembali duduk di samping Ella dan mengusap pundaknya lagi.
"Kakak mau istirahat dulu?" tanyanya dengan lembut. "Mama sama papa akan bahas soal ini dan urus pembatalan pernikahan."
"Gimana mau batalin venue yang baru saja mulai dekor Mam?"
"Gampang itu mah, serahkan sama Mama. Mama kan ahlinya."
Ella tersenyum hambar karena dalam situasi seperti ini mamanya masih berusaha menghiburnya dengan menunjukkan seberapa berkuasanya wanita itu.
"Kalau kamu rasa sayang di batalin, biarin aja tamu-tamu datang. Ubah dari acara resepsi pernikahan jadi acara ramah tamah aja," ujar Juan menimpali karena putrinya itu sangat care dengan pekerja. Dia paling tidak tega melihat jerih payah orang berakhir tidak di hargai.
Ella mengangguk lalu pamit ke kamarnya.
Sementara itu,
Detektif suruhan Juan sudah berada di kantor Jere. Dia berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka.
Sambil memasang telinga, dia mengedarkan pandangan dan mengangguk karena pikiran licik Jere menjadikan kantornya saja di lantai ini.
Dengan keahliannya, Xander mendorong pintu sedikit lebih lebar dan memasukkan kamera pengintai kecil untuk melihat keadaan kantor.
Dia bisa melihat ada dua kepala sedang bersandar di sofa dan dari posisinya bisa di pastikan bahwa dua orang itu sedang dalam posisi bertindih.
Xander mendengus lalu mendorong pintu dengan pelan lalu merangkak masuk.
Dia mengaktifkan perekam untuk mendengarkan percakapan kedua orang itu setelah dia berada di posisi yang lebih dekat.
Tidak berselang lama, suara ponsel menggema di ruangan itu, dengan terpaksa perempuan yang berada di atas tubuh Jere turun dan menarik kemeja Jere untuk menutupi tubuh telan-jangnya.
"Iya Pah," jawab Jere usai melihat nama papanya sebagai pemanggil.
"Anak kurang ajar. Apa yang kau lakukan sampai keluarga Reynold membatalkan pernikahan, hah?"
Jere terpaku karena tidak menyangka reaksi Ella dan keluarganya akan seperti ini. Dia memang tertangkap basah, tapi mengingat siapa Ella, tadi dia yakin bahwa Ella hanya akan bungkam dan menyendiri untuk menenangkan pikiran. Pernikahan yang di depan mata tidak akan mungkin dia batalkan karena tidak akan tega mempermalukan orang tuanya.
Jere mengenal Ella dengan baik. Gadis itu lebih baik memendam sesuatu yang tidak menyenangkan dari pada membuat kekacauan apalagi sampai menyangkut harkat dan martabat keluarga.
"Apa maksud Papa?"
"Jangan pura-pura bodoh. Sekarang pergi ke rumah orang tua Ella dan minta maaflah sebelum mereka yang mendatangimu, sialaaaan!"
Jere melemparkan ponsel ke atas meja dan buru-buru meraih kemeja dari wanitanya itu lalu mengenakannya dengan terburu juga.
"Aku harus pergi, Ella membatalkan pernikahan."
"Kamu tahu apa yang kami alami dan berapa kerugian kami karena ulahmu?"Pria 60an tahun itu menatap lekat pada pria muda yang duduk di hadapannya.Pria muda itu menggeleng pelan."Siapa namamu?""Sebastian, Om."Juan mengangguk dengan bibir bawah mencebik."Sebastian!"Bastian mengangkat wajah begitu namanya di panggil dengan nada tegas. "Yang menyeretmu kesini adalah putriku. Namanya Ella. Dan dia seharusnya menikah besok tapi calon suaminya membatalkan pernikahan dengan alasan bahwa ada seseorang dari anggota keluarganya melihat dan mendengar seorang pria menggandeng dan mengakui putriku sebagai pacarnya di depan orang tuanya."Deg!Jantung Bastian langsung berdetak kuat sekali hentakan dan rasanya seperti berhenti berdetak setelah hentakan kuat itu.Bukankah itu yang pernah dia lakukan?"Kami tidak bisa membatalkan undangan yang tersebar karena waktunya sudah mepet. Karena itu, kamu harus bertanggungjawab! Kamu yang akan menggantikan pengantin pria yang membatalkan pernikahan."P
"Pa... Pa... Papa..." panggil Ella setelah sampai di rumah. Dia berjalan sembari memegang tangan Tian agar pria itu tidak kabur. Sementara Tian, matanya melihat ke segala penjuru rumah itu dan sadar bawa gadis yang sembarang dia seret bukan gadis biasa.Juan keluar dari ruang kerja di ikuti oleh Cecil di belakangnya. Kedua orang tua itu mengerutkan kening melihat wajah Ella yang berseri sembari menarik satu orang pria yang sepertinya masih muda."Jangan batalkan pernikahannya, Ella akan menikah dengannya saja!""APA?""APA?"Bastian dan Cecil berteriak bersamaan begitu mendengar ucapan Ella. Sementara Juan, dia menatap Bastian dari atas sampai ke bawah dan menemukan bahwa pria ini bukan orang biasa. Terlihat cerdas walau pun sedikit urakan."Hei, kenapa jadi menikah sih?" tanya Bastian hendak menarik tangannya tapi Ella mempererat genggamannya bahkan sampai menggunakan dua tangan. Giginya juga di rapatkan sebagai pertanda bahwa dia sudah mengerahkan semua tenaganya."Kamu bilang akan
Dari balik gorden jendela kamarnya, Ella memandangi pria berbaju hitam itu berjalan mundur kemudian berputar meninggalkan gerbang rumah mereka.Sejak hampir satu jam lalu pria itu berdiri disana dan memohon untuk di perbolehkan masuk tapi satpam tidak memperdulikannya karena sesuai aturan baru, Jere dan keluarganya di larang masuk.Jere mendongak dan bertemu tatap dengan Ella, pria itu mengatupkan tangan untuk meminta maaf lalu membuat kode memanggil dengan tangannya.Ella diam tanpa respon hingga pria itu benar-benar pergi dengan mobilnya."Aku menaruh harapanku padamu tapi kamu menghancurkannya dengan cara yang sangat mengerikan. Dimulai dari kemarin sampai selama-lamanya, kamu tidak akan pernah bisa mendekatiku lagi. Aku pastikan itu," gumam Ella seraya meraba dadanya yang masih bergetar.Sebegitu menyakitkannya perbuatan Jere, cinta yang sudah bertumbuh selama tiga tahun lebih tidak serta merta gugur begitu saja. Masih ada sisa-sisa rasa yang membuat dadanya masih berdegup kencang
Cecil berputar dan menatap Jansen dengan dingin. Tidak ada lagi aura pertemanan yang melingkupi mereka. Jika dulu setiap bertemu mereka akan bersenda gurau tanpa merasa tersakiti oleh setiap kata ejekan yang masing-masing mereka lontarkan, kini, hawa permusuhanlah yang bernaung di tengah-tengah mereka. Cecil tidak ingin bergurau justru ingin menggulat pria buncit itu."Itu urusanmu. Aku juga akan mengurus undanganku," jawabnya datar lalu melangkahkan kaki kembali."Kamu juga tidak bisa memaksakan kehendakmu pada Ella. Apa Ella setuju batal menikah?"Langkah Cecil berhenti dan dia berbalik menatap Jansen.Pandangannya remeh saat dia tersenyum dan mendesis pada pria berstatus anggota dewan itu."Aku ibunya, aku memilih keputusan yang terbaik buatnya. Sebelum aku memutuskan, aku juga sudah bertanya padanya. Sekalipun dia tidak mau membatalkan pernikahan ini seperti dugaan anakmu untuk menjaga kehormatan kami sekeluarga, aku tetap akan membatalkannya. Karena bagiku, kehormatan dan kebaha












Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.