Seperti rencana sebelumnya, kini Saleh membawa Egy, Raizel, Vano, Diva, Caca, dan Cindy ke rumahnya.
Tok! Tok! Tok!
"Asalammualaikum, Dek!" seru Saleh memberi salam, seraya mengetuk pintu rumah, memanggil istrinya untuk membukakan pintu untuknya.
"Waalaikumsallam ...," Jawab Ningsih dari dalam, kemudian terdengar suara kunci juga terlihat knop pintu yang bergerak menandakan pintu akan segera dibukakan.
"Mas Saleh!" Ningsih yang gembira melihat sosok lelaki yang sangat ia tunggu-tunggu kehadirannya, kini ia begitu kaget, Suami tercintanya sudah pulang secara tiba-tiba tidak mengabarinya terlebih dahulu.
Karena biasanya, Saleh dua atau satu hari sebelum pulang, akan menyempatkan diri mengabari sang istri terlebih dahulu, mengunakan ponsel milik tetangga kos yang juga temannya.
Dengan cepat, Ningsih mencium punggung tangan Saleh.
"Kok, Mas pulang nggak ngabarin dulu?" tanya Ningsih tersenyum bahagia.Jam menunjukukan pukul 21.56 malam.Di rumah Saleh yang biasanya hening, kini sangat ramai karena kedatangan Saleh, Raizel, Egy, Vano, Caca, Cindy, dan Diva.Mereka kini mengadakan makan malam bersama.Saat makan malam, Winda melirik Raizel yang duduk dekat dengan Diva. Entah mengapa saat melihat Diva dan Raizel tersenyum bersama. Hati Winda merasakan sakit yang belum pernah ia rasakan sebelumnya."Winda udahan ah! Makannya" pungkas gadis itu berlalu pergi masuk ke dalam kamar.Padahal ia baru saja makan beberapa sendok, sisa makannya pun masih banyak."Kok Winda makannya sedikit sekali" ucap Saleh heran, menatap kepada istrinya."Enggak tau, Mas. Biasanya juga nggak gitu" jawab Ningsih memandangi pintu kamar putrinya. Yang sudah ditutup oleh Winda.Mereka tidak tahu, bahwa Winda seperti itu sebenarnya karena cemburu.Di dalam kamar, Winda berdiri bersender pada pintu kamarnya.Ia memalingkan wajah
"KAK! PELAN-PELAN!!" pekik Reza pada gadis yang ada di depannya, gadis yang tengah mengayuh sepedanya dengan sangat kegilaan. Yaitu Winda."Pegangan yang kenceng!" jawab Winda masih terus mengayuh sepeda dengan cepat."PEGANGAN AAAPAAAA!!?" jawab Reza emosi juga penuh ketakutan, tangannya masih berpegangan erat pada pucuk sadel/jok yang ia duduki hingga pegal.Mata Reza mendelik tajam, saat melihat sepedanya yang akan meluncur melewati turunan jalan cor-coran."KAK! BERHENTI! MENDING AKU TURUN AJA!" Reza sudah mulai menyerah untuk dibonceng Winda. Namun, Winda menulikan telinganya. Dia tidak mendengarkan teriakan anak laki-laki yang ia bonceng.Kemudian, sepedanya pun meluncur tajam menuruni jalanan cor-coran itu.Karena Reza sangat takut terjatuh, ia nekat memeluk tubuh Winda dari belakang kemudian memejamkan matanya.Tidak berani untuk melihat ke depan.Winda pun membiarkan itu."Ya Allah! Ya
Di depan pintu rumah Gunawan, terlihat ada dua orang yang tengah duduk di teras depan di samping tiang rumah yang tinggi dan kokoh, mereka adalah Raizel dan Diva.Diva tersenyum kecil mengingat betapa hangatnya tadi pelukan Raizel, lagi-lagi Raizel berhasil membuat jantungnya dipenuhi oleh cinta.Kedua remaja itu menengadahkan kepalanya ke atas langit, memandangi sinar bulan yang berwarna putih terang dan banyaknya bintang di sekelilingnya."Rai ...," Panggil Diva sambil terus memandangi bulatan bercahaya di atas langit."Hem." jawab Raizel tanpa menoleh ke arah gadis yang duduk tepat di sampingnya, ia tengah memandangi satu persatu bintang yang cahayanya berbeda-beda.Ada yang redup ada pula yang bersinar terang, bahkan ada yang bercahaya merah keorange-orangenan."Sejak kapan lo bisa melihat hal-hal yang nggak bisa orang lain lihat?" tanya Diva tanpa menoleh kearah Raizel.Matanya masih setia pada peman
Di sisi kolam renang tepatnya di atas kursi santai yang panjang.Seorang cowok berambut coklat terlihat sedang memanjakan tubuhnya dengan setengah duduk dan setengah berbaring.Dia hanya memakai celana Boxer pendek dan bertelanjang dada, layaknya seperti di pantai. Ya, dia adalah Egy.Di samping kursinya, tepatnya di samping kakinya terduduk cowok berambut hitam lurus dengan tanda biru kecil di antara kedua alisnya.Kedua kakinya ia celupkan ke dalam air, sambil menyaksikan teman-teman perempuannya sibuk bermain Voli di dalam kolam bagian ujung yang dalamnya hanya 1,5 meter, dengan gembira.Ia hanya terdiam, nampak seperti sedang menimang-nimang sesuatu di dalam pikirannya. Dia adalah Raizel, memakai baju tangan pendek biru laut."Rai, nyemplung gih" ujar Egy yang sedang bersantai di atas kursi panjangMembuatnya tidak fokus berfikir."Nggak lah! Lo aja sana," jawab Raizel."Iya bentar lagi gu
Pada sore hari.Seorang gadis yang terlihat lebih muda dari tiga gadis yang sedang bersender di kepala ranjang, gadis itu berkulit sawo matang dan rambutnya yang selalu ia ikat satu di belakang lehernya. Dia adalah Dijah.Sedang meletakan nampan yang di atasnya ada tiga gelas susu putih."Kak, ini jangan lupa diminum susunya ya," ujar gadis berkulit sawo matang itu, kepada tiga gadis yang ada di atas kasur."Makasih ya." jawab Diva."Iya, Kak. Aku keluar dulu ya," pamit Dijah berlalu pergi ke luar kamar.Ketiga gadis itu hanya tersenyum memandangi Dijah yang ke luar meninggalkan mereka."Gila ... pengalaman yang paling buruk" celetuk Caca memerosotkan tubuhnya yang tadinya bersender di kepala ranjang menjadi tidur di atas kasur, sembari menarik selimut hingga menutupi pundaknya.Mengingat betapa horornya tadi mereka tenggelam secara tiba-tiba, hingga tak sadarkan diri.Diva dan Cindy hanya diam mengangg
Di salah satu ruangan kamar.Tepatnya di atas kasur.Dua gadis terbaring dengan nyaman, tubuhnya terbungkus oleh selimut bulu yang hangat.Hingga, salah satu dari mereka perlahan menggerakan tubuhnya. Dan membuka matanya dengan lesu.Tangan Cindy meraba-raba bagian kasur yang ada di sebelah kanannya. Sepertinya, dia sedang mencari seseorang.Matanya kini sudah terbuka sadar.Ia mulai bangun dan duduk di atas kasur.Cindy melihat ke semua arah di dalam kamar itu, nampak tidak terlihat ada Diva di sana.Cindy mengira, Diva sedang ada di kamar mandi. Jadi dia berniat mencaritahu ke dalamnya, untuk mencari Diva.Sedangkan Caca masih terlelap dengan tenang."Diva ...? Lo di dalem nggak?" seru Cindy pelan, sudah di depan pintu kamar mandi yang masih ada di dalam ruangan kamar tersebut.Tidak ada jawaban yang terdengar.Cindy mulai membuka pintu kamar mandi itu, sep
Caca yang kesal memilih duduk di kursi tempat makan, ia benar-benar tidak paham kenapa semua temannya mengacuhkan dirinya. Termasuk Egy.Padahal, kemarin malam mereka semua baru saja bercanda juga melakukan perang bantal.Caca menyangga dagunya dengan tangan kanannya, yang bertumpu di atas meja.Tangan kirinya memainkan sendok yang baru saja ia ambil dadakan dari sebuah wadah yang tidak jauh ada di depannya.Lalu, Dijah datang membawa buah-buahan di atas mangkok bulat nan lebar."Permisi, Kak. Mau naruh ini" ujar Dijah sopan."Iya, nggak pa-pa. Taro aja," jawab Caca.Kemudian, Dijah meletakan piring berisi buah itu di bagian tengah atas meja.Setelah itu, Dijah pamit untuk kembali ke dapur menyiapkan makanan lainnya.Tampak Egy keluar dari kamarnya.Badannya bersih, wangi dan rapi.Cowok itu baru saja selesai mandi.Sedangkan Caca masih mengenakan piyama tidurnya
Winda segera menyelesaikan menyapu kamarnya untuk menyusul membantu Ayahnya di depan.Lebih tepatnya, untuk bergabung bersama cowok yang ia sukai."Loh! Aden ... Neng, kenapa malah ikut bantuin... Jangan, biarin kita aja. Aden sama Neng, kan tamu di sini kok ikut bantuin" ujar Ningsih menarik perhatian semua pandangan orang di sana, ia baru saja sampai dari pasar, bersama Nita di sampingnya."Nggak pa-pa, Bu" jawab Egy."Iya. Kita akan lebih nggak enak kalo nggak ngebantuin" timpal Cindy."Udah Mas larang, tapi Aden sama Neng tetep mau bantuin" ujar Saleh menjelaskan kepada istrinya."Makasih Den, makasih Neng. Maaf ngrepotin" kata Ningsih sambil berjalan menghampiri mereka."Iya, Bu. Tenang aja," jawab Caca."Nita panggil Winda buat bikinin minuman ke sini" titah Ningsih pada putrinya yang membawa tas belanja."Iya, Bu." pungkasnya."Winda, kata Ibu, tolong buatin minuman buat Kak Egy sama temen